1. Para masyayikh di gaji oleh donatur ( kebanyakan gaji mereka tidak mencukupi untuk kehidupan sebulan akan tetapi di cukup-cukupi)
2. Makan santri juga dari donatur ( walau makanan seadanya, kadang kalau mau jujur sangat belenek makannya seumur idup itu-itu aja)
Makan pagi dua roti sama fasulia
Makan siang nasi sama lauk kentang gk di apa-apain ketangnya cuma di rebus begitu aja, kadang lauknya kurma, seminggu sekali dapat ayam ( pas dapat lauk ayam pokoknya sudah bahagia sekali)
Makan malam roti lagi sama fasulia.
5 tahun antum di darul hadis 5 th juga makanan begitu gk berubah-ubah.
Akan tetapi masyayikh di yaman sangat qona’ah, mereka mengajar santri dari pagi sampai malam, kekurnagan dunia tidak pula menjadikan mereka sibuk memikirkan dunia.
Para lulusan darul hadis juga banyak sekali yang bisa memberikan manfaat untuk umat walau tidak bergelar.
Adapun perluasan masjid atau asrama mereka tidak muluk-muluk, kalau asrama tidak cukup yasudah di tolak dulu santri-santri yang mau masuk belajar, di suruh ke darul hadis yg masih longar, sampai Allah mudahkan mereka dgn di datangkan donatur yang membangun asrama untuk para santri, maka ketika itu mereka terima kembali murid-murid yg ingin belajar, bahkan sebagian santri sampai menyewa rumah di luar krn tidak kebagian asarama, akan tetapi sedikit yg bisa menyewa rumah di luar krn rata-rata penuntut ilmu di yaman memang dari keluarga yang seadanya.
Tidak ada komentar: