Ketika seseorang ditanya,
"Mas, kenapa sampeyan tidak memelihara jenggot, justru kumis yang dipanjangkan?"
"Mas, kenapa sampeyan pakai celana dibawah mata kaki (isbal), tidak dinaikkan di atas mata kaki?"
Dia pun berkata, "Itukan hanya sunnah, bukan wajib. Dikerjakan dapat pahala, tidak dikerjakan tidak berdosa."
Itulah pemahaman sebagian orang, bahwa sunnah itu sesuatu yang bukan wajib. Dikerjakan dapat pahala, ditinggalkan tidak berdosa. Sunnah yang mereka pahami, adalah sunnah hanya dalam istilah Fiqh.
Padahal pengertian sunnah, lebih luas daripada pengertian di atas. Perhatikan perkataan-perkataan ulama tentang apa itu sunnah.
Berkata Ibnu Rajab rahimahullah,
السَّنَةُ هِيَ الطَّرِيقُ المَسْلُوْكُ فَيَشْمُلُ ذَلِكَ التَّمَسُّكَ بِمَا كَانَ عَلَيْهِ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَخُلَفَاؤُهُ الرَّاشِدُونَ مِنْ الاِعْتِقَادَاتِ وَالأَعْمَالِ وَالأَقْوَالِ.
Sunnah itu adalah jalan yang ditempuh, yang mencakup berpegang teguh dengan ajaran Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan Khulafa Ar-Rasyidin, baik berupa akidah, perbuatan maupun ucapan.
(Jaami’ul Uluum Wal Hikam (hal. 262))
Berkata Asy-Syaukani rahimahullah,
وأما معناها شرعا : أي في اصطلاح أهل الشرع ، فهي : قول النبي صلى الله عليه وآله وسلم وفعله وتقريره ، وتطلق بالمعنى العام على الواجب وغيره في عرف أهل اللغة والحديث ، وأما في عرف أهل الفقه فإنما يطلقونها على ما ليس بواجب ، وتطلق على ما يقابل البدعة كقولهم : فلان من أهل السنة .
“Adapun maknanya (sunnah) secara syar’i, yaitu dalam istilah para ulama, artinya adalah perkataan, perbuatan, dan taqrir (persetujuan) Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan dimaknai dengan makna umum, baik itu perkara yang wajib atau yang selainnya, menurut ahli bahasa dan ahli hadits. Adapun dalam kebiasaan ahli fikih, yang dimaksud as-sunnah adalah semua ibadah yang tidak wajib. Dan terkadang juga maksud as-sunnah adalah lawan dari bid’ah, sebagaimana dalam perkataan ulama: Fulan adalah ahlus sunnah.” (Irsyadul Fuhul ila Tahqiqil Haq min Ilmil Ushul, 1/131-132).
Berkata Syaikh DR. Abdussalam bin Salim as-Suhaimi hafizhahullah,
السنة عند كثير من السلف أوسع من ذلك إذ يعنون بالسنة معنى أوسع من معناها عند المحدثين وعند الأصوليين وعند الفقهاء إذ يعنون بالسنة موافقة الكتاب وسنة رسول الله صلى الله عليه وسلم وأصحابه سواء في أمور الاعتقادات أو العبادات ويقابلها البدعة.
Sunnah itu menurut kebanyakan salaf adalah lebih luas dari yang diungkapkan oleh Pakar Hadits, Ushul dan Fiqih; karena yang dimaksud dengan sunnah adalah segala sesuatu yang sesuai dengan Al-Quran, sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat beliau, baik berkaitan dengan Akidah maupun Ibadah, sebagai kebalikan dari bid’ah.
Maka seseorang dikatakan di atas sunnah, apabila amalannya sesuai dengan Al-Quran dan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan seseorang dikatakan di atas bid’ah, apabila amalannya menyelisihi Al-Quran dan sunnah atau menyelisihi salah satu dari keduanya.
(Kun Salafiyyan Ala Jaddah).
Oleh karena itu seseorang tidak boleh menentang sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Dia mesti mentaati Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, jangan mendurhakainya. Apa yang diperintahkan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dikerjakan, apa yang beliau larang, ditinggalkan.
Allah Ta’ala berfirman,
وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ. (الحشر : 7).
Apa yang diberikan (diperintahkan) Rasul kepada-mu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah; dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya. (Al Hasyr : 7).
Berkata Ibnu Katsir rahimahullah,
أي : مهما أمركم به فافعلوه ، ومهما نهاكم عنه فاجتنبوه ، فإنه إنما يأمر بخير وإنما ينهى عن شر .
Yakni apa pun yang diperintahkan oleh Rasul kepada kalian, maka kerjakanlah; dan apa pun yang dilarang olehnya, maka tinggalkanlah. Karena sesungguhnya yang diperintahkan oleh Rasul itu hanyalah kebaikan belaka, dan sesungguhnya yang dilarang olehnya hanyalah keburukan belaka. (Tafsir Ibnu Katsir).
Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda,
مَا نَهَيْتُكُمْ عَنْهُ فَاجْتَنِبُوهُ وَمَا أَمَرْتُكُمْ بِهِ فَافْعَلُوا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ (رواه مسلم).
Apa yang aku larang terhadap kalian, maka JAUHILAH. Dan apa yang aku perintahkan, maka KERJAKANLAH semampumu. (HR. Muslim).
Dan Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda,
كُلُّ أُمَّتِي يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ إِلاَّ مَنْ أَبَى قَالُوا : يَا رَسُولَ اللهِ ، وَمَنْ يَأْبَى قَالَ مَنْ أَطَاعَنِي دَخَلَ الْجَنَّةَ ، وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ أَبَى. (البخاري).
Setiap umatku akan masuk surga, kecuali yang ENGGAN. Para sahabat bertanya : “Ya Rasulullah, siapa yang enggan itu?”. Beliau menjawab : “Siapa yang MENTAATIKU, dia akan masuk SURGA dan siapa yang MENDURHAKAIKU (tidak mentaatiku) maka sungguh dia orang yang enggan. (HR. Bukhari).
Menyelisihi sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bukan perkara yang remeh dan sepele. Ancamannya sungguh sangat berat, berupa azab dari Allah Ta'ala, baik di dunia, maupun di akhirat.
Allah Ta'ala berfirman,
فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi (menyelisihi) perintahnya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih. (An Nur 63).
Berkata Ibnu Katsir rahimahullah,
أي : عن أمر رسول الله صلى الله عليه وسلم ، وهو سبيله ومنهاجه وطريقته [ وسنته ] وشريعته ، فتوزن الأقوال والأعمال بأقواله وأعماله ، فما وافق ذلك قبل ، وما خالفه فهو مردود على قائله وفاعله ، كائنا ما كان
Yakni menyalahi perintah Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam, yaitu menentang jalannya, metodanya, jalannya, (SUNNAHNYA), dan syariatnya. Maka semua ucapan dan amal perbuatannya ditimbang dengan semua ucapan dan amal perbuatan Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam Mana yang sesuai, dapat diterima; dan mana yang bertentangan, ditolak dan dikembalikan kepada pelakunya, siapa pun dia adanya.
كما ثبت في الصحيحين وغيرهما ، عن رسول الله صلى الله عليه وسلم أنه قال : " من عمل عملا ليس عليه أمرنا فهو رد " .
أي : فليحذر وليخش من خالف شريعة الرسول باطنا أو ظاهرا
Seperti yang telah disebutkan di dalam kitab Sahihain dan kitab-kitab hadis lainnya dari Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam bahwa beliau Shalallahu'alaihi Wasallam pernah bersabda:
Barang siapa yang mengerjakan suatu amal perbuatan yang bukan termasuk urusan kami, maka hal itu ditolak.
Dengan kata lain, hendaklah orang-orang yang menyalahi syariat Rasulullah Shalallahu'alaihi Wasallam berhati-hati dan takut lahir dan batinnya. (Tafsir Ibnu Katsir).
Disebutkan dalam tafsir Al Muyassar, penjelasan ayat di atas,
فليَحْذَر الذين يخالفون أمر رسول الله أن تنزل بهم محنة وشر، أو يصيبهم عذاب مؤلم موجع في الآخرة.
Maka hendaknya orang-orang yang menyalahi PERINTAH RASULULLAH takut akan turun pada mereka cobaan dan keburukan atau akan menimpa mereka siksaan pedih lagi menyakitkan di akhirat kelak. (Tafsir Al Muyassar).
Berkata az-Zubair bin Bakkar rahimahullah,
سَمِعْت سُفْيَانَ بْنَ عُيَيْنَةَ يَقُولُ : سَمِعْت مَالِكَ بْنَ أَنَسٍ ، وَأَتَاهُ رَجُلٌ ، فَقَالَ : يَا أَبَا عَبْدِ اللَّهِ ، مِنْ أَيْنَ أُحْرِمُ ؟ قَالَ : مِنْ ذِي الْحُلَيْفَةِ مِنْ حَيْثُ أَحْرَمَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ . فَقَالَ : إنِّي أُرِيدُ أَنْ أُحْرِمَ مِنْ الْمَسْجِدِ . فَقَالَ : لَا تَفْعَلْ . قَالَ : إنِّي أُرِيدُ أَنْ أُحْرِمَ مِنْ الْمَسْجِدِ مِنْ عِنْدِ الْقَبْرِ . قَالَ : لَا تَفْعَلْ ، فَإِنِّي أَخْشَى عَلَيْك الْفِتْنَةَ . قَالَ : وَأَيُّ فِتْنَةٍ فِي هَذَا ؟ إنَّمَا هِيَ أَمْيَالٌ أَزِيدُهَا . قَالَ : وَأَيُّ فِتْنَةٍ أَعْظَمُ مِنْ أَنْ تَرَى أَنَّك سَبَقْت إلَى فَضِيلَةٍ قَصَّرَ عَنْهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، إنِّي سَمِعْتُ اللَّهَ يَقُولُ : { فَلْيَحْذَرْ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ }
Aku mendengar Sufyan bin Uyainah berkata: Aku mendengar Malik bin Anas saat beliau didatangi oleh seseorang dan berkata: Wahai Abu Abdillah (Malik bin Anas), dari mana aku (mulai) berihram (meniatkan haji/ umroh)? Al-Imam Malik berkata: dari Dzulhulaifah, sebagaimana Rasulullah shollallahu alaihi wasallam mulai berihram. Orang itu berkata: Aku ingin berihram dari Masjid (Nabawi). Al-Imam Malik berkata: Jangan lakukan itu. Orang itu berkata: Aku ingin (mulai) berihram dari Masjid (Nabawi) dari sisi kubur (Nabi). Al-Imam Malik berkata: Jangan engkau lakukan itu. Karena aku mengkhawatirkan fitnah (bencana) terjadi padamu. Orang itu berkata: Fitnah apakah itu? Aku hanya menambah beberapa mil saja (dari miqot yang seharusnya)? Al-Imam Malik berkata: Fitnah apakah yang lebih besar dibandingkan engkau merasa mendahului mendapatkan keutamaan, sedangkan Rasulullah shollallahu alaihi wasallam menahan diri untuk tidak melakukannya? Sesungguhnya aku mendengar Allah (Ta’ala) berfirman (yang artinya): “Semestinya orang-orang yang MENYELISIHI PERINTAH BELIAU (NABI) takut akan tertimpa fitnah (bencana) atau tertimpa adzab yang pedih “
(Q.S anNuur ayat 63).
(Kitab Al I'tishom).
سعيد بن المسيب رجلا يصلي بعد طلوع الفجر أكثر من ركعتين يكثر فيها الركوع والسجود فنهاه. فقال: يا أبا محمد! أيعذبني الله على الصلاة؟! قال: لا ولكن يعذبك على خلاف السنة
“Sa’id bin al Musayyab melihat seorang yang shalat (shalat sunnah fajar) setelah terbit fajar lebih dari dua raka’at, yang ia MEMPERPANJANG RUKUK dan SUJUDNYA. Lalu Sa’id bin al Musayyab melarangnya.
Maka orang tadi berkata: Wahai Abu Muhammad, apakah Allah akan MENGAZAB saya gara-gara saya SHALAT ?
Sa’id bin al Musayyab menjawab: bukan demikian, namun Allah akan mengazabmu karena MENYELISIHI SUNNAH”
(Diriwayatkan Al Baihaqi dalam Sunan Al Kubra dan Ad Darimi. Hadits Shahih).
Orang yang memangkas jenggotnya, isbal atau yang lainnya, apakah orang ini mengikuti sunnah dan mengikuti perintah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam atau orang yang menyelisihi sunnah dan perintahnya?
Maka takutlah dengan ancaman Allah Ta'ala bagi orang yang menyelisihi sunnah dan perintah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.
AFM
Tidak ada komentar: