Alloh Ta’ala berfirman:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ (56)
مَا أُرِيدُ مِنْهُمْ مِنْ رِزْقٍ وَمَا أُرِيدُ أَنْ يُطْعِمُونِ (57)
إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ (58)
56. Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada- Ku.
57. Aku tidak menghendaki rezki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya memberi makan kepada-Ku.
58. Sesungguhnya Allah Dialah Ar-Rozzaaq (Maha Pemberi rezki), Yang Mempunyai Kekuatan, Al-Matiin (Sangat Kokoh).
(QS. Adz-Dzariyat/51: 56-58)
PETUNJUK-PETUNJUK AYAT:
Dari ayat-ayat yang mulia ini, kita dapat memetik berbagai petunjuk, antara lain:
1- Alloh Ta’ala adalah Pencipta jin, manusia, dan seluruh makhluk.
Seluruh makhluk tidaklah terjadi dengan sendirinya secara kebetulan, dan tidak mungkin menciptakan dirinya sendiri.
Maka pastilah ada Yang Maha Kuasa yang telah menciptakan segala yang ada ini. Dialah Alloh Subhaanahu wa Ta’ala.
2- Penetapan adanya jin.
Yaitu makhluk ghoib (tidak tampak) yang Alloh ciptakan dari nyala api sebelum manusia.
3- Hikmah penciptaan jin dan manusia adalah tauhid.
Tauhid ini adalah tauhid ibadah atau tauhid uluhiyah. Yaitu mentauhidkan (mengesakan) Alloh di dalam ibadah.
Hikmah ini adalah hikmah syar’iyah diniyyah, yaitu hikmah yang berkaitan dengan syari’at (peraturan) dan din (agama) Alloh.
Barangsiapa beribadah kepada Alloh, maka Dia akan mencintainya.
Namun barangsiapa enggan beribadah kepada Alloh, maka Dia akan murka kepadanya.
4- Secara bahasa ibadah artinya: ketundukan dan merendahkan diri.
Adapun makna Ibadah kepada Alloh yaitu: merendahkan diri kepada Alloh dengan penuh kecintaan dan pengagungan, dengan cara menjalankan perintahNya dan menjauhi laranganNya.
Dan ibadah itu meliputi seluruh apa yang dicintai dan diridhai oleh Allah, yang berupa perkataan dan perbuatan, yang lahir dan yang batin. (Lihat Al-Qoulul Mufid Syarah Kitab Tauhid, hal:10, Syaikh Muhammad bin Sholih Al-Utsaimin)
5- Jin ada yang mukmin dan ada yang kafir
Karena jin juga berkewajiban beribadah kepada Alloh Ta’ala semata, maka di antara jin itu ada yang beriman dan ada yang kafir, sebagaimana keadaan manusia.
6- Ibadah tidak boleh dicampuri syirik
Kewajiban manusia dan jin untuk mengesakan ibadah kepada Alloh, sebab Allah berfirman “supaya mereka beribadah kepada-Ku”. Sehingga ibadah itu tidak boleh dicampuri dengan syirik, karena syirik akan membatalkan seluruh ibadah. Lihat QS. Az-Zumar/39: 65.
7- Menetapkan hikmah di dalam seluruh perbuatan Alloh.
Di antaranya adalah hikmah tentang penciptaan jin dan manusia untuk beribadah kepada Allah. Mereka tidaklah diciptakan untuk bermain-main dan bersenang-senang semata di dunia ini.
Barangsiapa tidak mengetahui atau tidak mengakui hal ini maka hidupnya seperti binatang atau lebih sesat lagi.Lihat QS. Al-A’rof/7: 179
8- Yang berhak diibadahi hanyalah Al-Kholiq (Alloh Yang Maha Pencipta).
Ini bantahan terhadap orang-orang yang beribadah kepada makhluk, seperti malaikat, nabi, wali, ulama’ (ahli agama), umaro’ kubaro’ (pemimpin, pembesar), kubur, patung, pohon, batu, binatang, matahari, bulan, bintang, benda-benda yang dianggap keramat, dan lainnya.
9- Menetapkan sifat Maha Kaya/Cukup bagi Alloh Ta’ala.
Allah tidak membutuhkan ibadah makhlukNya, bahkan makhluk yang membutuhkan untuk beribadah kepadaNya. Lihat QS. Fathir/35: 15.
10- Menetapkan Asmaul Husna bagi Alloh.
Yaitu bahwa Allah Ta’ala memiliki nama-nama yang paling indah. Di antaranya Ar-Rozzaaq (Maha Pemberi rezki) dan Al-Matiin (Sangat Kokoh).
11- Sumber rizqi adalah Alloh Ta’ala.
Rizqi telah ditetapkan oleh Alloh, manusia diperintahkan untuk berdoa memohon rizqi kepadaNya dan berusaha dengan cara yang halal.
Inilah sedikit penjelasan tentang ayat-ayat yang agung ini.
Semoga Alloh selalu memudahkan kita untuk melaksanakan ketaatan dan menjauhi kemaksiatan.
Dan selalu membimbing kita di atas jalan kebenaran menuju ridho dan sorga-Nya yang penuh kebaikan.
Ditulis oleh Muslim Atsari,
Sragen, Bakda Ashar Rabu, 05-Muharrom-1444 H / 03-Agustus-2022 M.
Tidak ada komentar: