Tinggal dan menetap di Saudi khususnya Kota Madinah Al Munawwarah memang menyimpan berjuta kesan Indah, diantaranya adalah seputar bertetangga.
Di sini kami dipertemukan dengan saudara sesama muslim dari berbagai negara bahkan lintas benua. Belajar untuk saling memahami, bertoleransi dalam banyak hal sesama mereka.
Semuanya tersaji indah dipersatukan dengan sistem kerajaan Saudi yang bersumber dari hukum syari'at Islam yang tidak tebang pilih dan pandang bulu, tidak tajam kebawah serta tumpul ke atas.
Inilah sepenggal kisah indah itu...
Security/harist (حارس) apartment kami berkebangsaan mesir, sosoknya sangat humble dan berjiwa penolong, anak-anak saya bahkan gemar sekali naik sepeda bareng beliau. Bahkan sering sekali saya melihat beliau menjadi tempat penitipan anak oleh tetangga yang lain yang sedang ada urusan keluar rumah dengan imbalan seikhlasnya.
Saya terkesan sejak pertama pindah ke sini, tanpa disuruh bahkan memaksa membantu saya pindah-pindah barang, bersih-bersih apartment bahkan membantu mengecat sebagian besar tembok apartment kami dengan bayaran seikhlasnya.
Seorang tetangga kami lainnya adalah Abu Muhammad saya memanggil beliau, berkebangsaan Yaman, anaknya banyak tapi MasyaAllah semua anak laki-laki beliau rutin ke Masjid Sholat lima waktu. Semua anaknya juga sangat ringan tangan.
Sekali waktu saya pernah beli 1 kasur springbed tebal ukuran double dan 2 ukuran single yang tebal dan cukup berat. Saya minta pegawai toko mengantar dulu dan menunggu saya depan pintu apartment agar saya bisa membantunya.
Saat tiba di depan apartment saya terkaget, karena tiga spring bed tersebut bahkan sudah diatas kepala dua orang pemuda anak tetangga kami. Satu orang anak Abu Muhammad dan satunya lagi anak tetangga kami beda gedung.
Di waktu yang lain, saat selesai sholat berjamaah anak bungsu beliau menyalami saya sambil memberikan kunci gerbang pagar apartment saya. Tertegun kemudian bertanya kepadanya. "حصلت في امام باب" hasoltu fii amami bab (saya menemukan ini depan Pintu). Ya Robb ternyata saya lupa telah menjatuhkan kunci.
Imam Masjid di lingkungan komplek kami berkebangsaan Yaman dan sangat senang sekali menyapa setiap jamaah. Saya dan jamaah bahkan selalu keduluan setiap mengucap salam kepada beliau. Dan yang paling uniknya adalah beliau juga menghafal berbagai macam bahasa untuk berkomunikasi dengan jamaahnya yang multi etnis dan RAS, bahkan dengan saya dan mas Fatih. Beberapa kalimat sapaan dalam Bahasa Indonesia selalu keluar dari mulut beliau mengiringi senyum beliau yang begitu meneduhkan. Bacaan Al Qurannya juga sangat merdu dan Indah. Menjadi mahnet kuat kami sekomplek para lelaki untuk selalu hadir saat waktu sholat tiba.
Selain beribadah, masjid juga menjadi tempat utama kami dalam berinteraksi, media bagi kami para lelaki untuk bertukar ilmu, berbagi bantuan bahkan berbagi informasi apapun. Biasanya kami lakukan sebelum atau selepas sholat berjamaah.
Seperti seorang tetangga kami seorang pengajar (guru). Selain mengajar beliau juga aktif sekali duduk di Majelis masyayikh di Masjid Nabawi. Sering bertukar informasi tentang seputar kajian ilmu/Dauroh dengan saya atau sesama jamaah lainnya.
Dua kasir minimarket dekat apartment kami juga beda kebangsaan, satu orang Bangladesh dan ke-2 kebangsaan India. Uniknya kedua minimarket ini juga mempersilahkan para tetangga yang kesusahan bayar cash untuk bisa nganjuk dulu saat berbelanja (bayar pas gajian) bahkan dengan harga yang sama seperti belanja kontan/cash. Ada buku khusus yang disiapkan untuk mencatat daftar belanja mereka.
Toko listrik dan alat-alat bangunan dekat apartment kami berkebangsaan Afghanistan, sudah berusia lanjut namun juga berjiwa sosial.
Seorang tukang sabbak سباك (teknisi pipa air) berkebangsaan Mesir yang pernah saya minta bantu memasang pipa baru mengisahkan jika dia biasa ambil barang dulu dan bayar belakangan di toko tersebut. Saya sendiri bahkan beberapa kali setiap belanja selalu diberi hadiah entah baut, paku, atau barang-barang kecil lainnya yang sering saya pake.
Terakhir yang juga sangat menginspirasi adalah sebuah apartment tua yang berusia 30 tahunan, pemiliknya adalah orang Saudi asli Madinah. Gedung tua dengan lima lantai tersebut diwakafkan untuk tempat tinggal orang-orang takroni berkebangsaan Afrika, yang bahkan listrik dan airnya juga diberikan cuma-cuma oleh pemilik gedung tersebut. MasyaAllah....
Semoga Allah senantiasa menjaga Tanah Suci ini dan melimpahkan keberkahan kepada penduduknya termasuk kepada para peziarah yang datang kepadanya. Aamin
--------------------
Tengah malam di bawah langit Kota Madinah yang Indah.
Fauzy (Aboe Fatih Al Anshari).
#madinahalmunawwarah
Tidak ada komentar: