هَذَا عَدُوِّيْ
"inilah musuhku"
Ketika Syaikh dipenjara, beliau mengirimi surat kepada Sultan:
"Dia harus disiksa atau dibunuh, jika tidak maka dia kafir" (ad-Duror al-Kaminah: 1/171)
Namun di penghujung usianya beliau berkata:
مَا رَأَيْنَا أَفْتَى مِنَ ابْنِ تَيْمِيَّةَ، سَعَيْنَا فِيْ دَمِّهِ، فَلَمَّا قَدَرَ عَلَيْنَا عَفَا عَنَّا
"Tidak pernah kami lihat orang yang lebih alim dalam berfatwa dari Ibnu Taimiyyah, kami berusaha menghinakannya, namun ketika dia berkuasa, dia memaafkan kami" (adz-Dzail 'alaa Thobaqot al-Hanabilah: 4/517)
Al-'Allamah Kamaluddin az-Zamlakani (727 H) menulis sebuah kitab bantahan untuk Ibnu Taimiyyah dalam masalah talak, di sela-sela bantahannya itu dia berkata:
كَانَ إِذَا سُئِلَ عَنْ فَنٍّ مِنَ العِلْمِ ظَنَّ الرَّائِيْ وَالسَّامِعُ أَنَّهُ لَا يَعْرِفُ غَيْرَ ذَلِكَ الفَنِّ
"Jika dia (Ibnu Taimiyyah) ditanya tentang suatu disiplin ilmu, maka yang melihat dan mendengar (jawabannya) akan mengira bahwa dia hanya mendalami ilmu itu saja (karena detailnya jawaban beliau)" (Thobaqot 'Ulama al-Hadits: 4/284)
Abu Hayyan (745 H) kecewa dengan kritikan Ibnu Taimiyyah terhadap pujaannya, yakni Sibawaih. Hingga akhirnya dia menuduh Syaikh termasuk dalam golongan mujassimah (ad-Duror al-Kaminah: 6/64), tapi siapa yang tahu bahwa dia pernah mengatakan:
مَا رَأَتْ عَيْنَايَ مِثْلَهُ
"Tidak pernah mataku melihat orang seperti dia" (Masalikul Abshor fi Mamalikil Amshor: 5/698).
Pesan: ternyata punya musuh yang berilmu jauh lebih baik daripada punya teman yang bodoh.
Tidak ada komentar: