wahai ibu, ketahuilah bahwa rezekimu bukanlah dari suami

๐•‚๐•–๐•ฅ๐•’๐•œ๐•ฆ๐•ฅ๐•’๐•Ÿ ๐•‹๐•–๐•ฃ๐•“๐•–๐•ค๐•’๐•ฃ ๐•Š๐•–๐• ๐•ฃ๐•’๐•Ÿ๐•˜ ๐•€๐•ค๐•ฅ๐•ฃ๐•š

Bagi seorang istri yang mendedikasikan diri sebagai ibu rumah tangga, terkadang ada perasaan takut dan gelisah. Takut, jikalau suatu saat ditinggal oleh sang belahan jiwa. Terlebih, ia yang memilih tidak bekerja. Tentulah ada rasa getir akan tak bisa menafkahi keluarga.

Ia berkata, "Jika aku yang lebih dulu, mungkin tak akan ada masalah. Suamiku masih bisa menafkahi anak-anak. Ia pun bisa menikah lagi untuk menggantikanku kelak. Tapi, bagaimana jika ia yang lebih dulu pergi? Aku harus bagaimana?"

Wahai ibu, ketahuilah bahwa rejekimu bukanlah dari suami, melainkan dari Allah. Lalu apa yang perlu engkau risaukan? Jika pun Allah mentakdirkan dia yang lebih dulu pulang, bukankah Allah tetap akan memberi rejeki itu untukmu?

Tidakkah engkau melihat pada burung itu? Setiap pagi ia pergi dan pulang di petang hari untuk menjalani hidupnya. Ia hanya memiliki sayap untuk membantunya mencari makan. Namun meski begitu, ia tetap bisa bertahan, bukan?

Lalu bagaimana dengan kita? Kita yang telah diberikan kelebihan oleh Allah berupa kecerdasan dan kemampuan, mengapa justru kita merasa takut?

Marilah kita kembali menyandarkan hidup ini kepada Allah. Bukankah Dia tak akan pernah abai kepada hamba-Nya? Maka tak perlu kita resah tak dapat berbuat apa-apa. Yakinlah bahwa rejeki yang telah Allah tetapkan bagi kita, tak akan pernah luput dari kita.

Bertawakallah kepada Allah. Dia lah yang memiliki kehendak atas rejeki yang datang kepada kita. Agar hati kita senantiasa tenang dan tidak bergantung kepada sebab perantara datangnya rejeki tersebut (manusia).

๐“ฝ๐“พ๐“ต๐“ฒ๐“ผ๐“ช๐“ท ๐“ผ๐“ฎ๐“ผ๐“ฎ๐“ธ๐“ป๐“ช๐“ท๐“ฐ, ๐“ผ๐“ฎ๐“ถ๐“ธ๐“ฐ๐“ช ๐“๐“ต๐“ต๐“ช๐“ฑ ๐“ถ๐“ฎ๐“ท๐“ณ๐“ช๐“ฐ๐“ช๐“ท๐”‚๐“ช

Tidak ada komentar: