Oleh : Ustadz Abu Isma’il Muslim al-Atsari
Diantara tanda hari kiamat adalah tersebarnya perbuatan khianat. Sekarang, lihatlah bagaimana perbuatan khianat dengan berbagai bentuknya sudah terjadi di banyak tempat. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
وَلَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَظْهَرَ الْفُحْشُ وَالتَّفَاحُشُ، وَقَطِيعَةُ الرَّحِمِ، وَسُوءُ الْمُجَاوَرَةِ، وَحَتَّى يُؤْتَمَنَ الْخَائِنُ وَيُخَوَّنَ الْأَمِينُ
Tidak akan terjadi hari kiamat sehingga muncul perkataan keji, kebiasaan berkata keji, memutuskan kerabat, keburukan bertetangga, dan sehingga orang yang khianat diberi amanah (kepercayaan) sedangkan orang yang amanah dianggap berkhianat. [HR. Ahmad, no. 6514, dari Abdullah bin ‘Amr Radhiyallahu anhu. Hadits ini dihukumi shahih oleh Syaikh Ahmad Syakir rahimahullah dan Syaikh Syu’aib al-Arnauth rahimahullah]
● MAKNA KHIANAT
Khianat adalah lawan dari amanah. Kalau amanah berarti melaksanakan kewajiban yang sudah disanggupi, maka khianat adalah kebalikannya. Yaitu: berlaku curang atau mengurangi, atau membatalkan kewajiban.
Al-Munawi rahimahullah berkata, “Khianat adalah menyia-nyiakan amanah. Ada yang mengatakan, khianat adalah menyelisihi kebenaran dengan membatalkan perjanjian secara rahasia.” [At-Tauqîf, hlm. 162]
Al-Qurthubi rahimahullah mengatakan, “Khianat adalah curang dan menyembunyikan sesuatu.” [Al-Jâmi’ li Ahkâmil Qur’ân, 7/395]
Al-Jâhizh berkata, “Khianat adalah melanggar sesuatu yang diamanahkan orang kepadanya, berupa harta, kehormatan, kemuliaan, dan mengambil milik orang yang dititipkan dan mengingkari orang yang menitipkan. Termasuk khianat juga tidak menyebarkan berita yang dianjurkan disebarkan, merubah surat-surat (tulisan-tulisan) jika dia mengurusinya dan merubahnya dari maksud-maksudnya”. [Tahdzîbul Akhlâq, hlm. 31]
Lihat makna-makna di atas dalam kitab Nadhratun Na’îm fi Akhlâqir Rasûl al-Karîm, 10/4483
● HUKUM KHIANAT
Para Ulama telah memasukkan perbuatan khianat ke dalam daftar dosa-dosa besar.
Imam Dzahabi rahimahullah memasukkan perbuatan khianat ke dalam dosa-dosa besar yang ke-39 di dalam kitabnya, al-Kabâir, walaupun perbuatan khianat itu juga bertingkat-tingkat dosanya.
Imam Dzahabi berkata, “Khianat merupakan perbuatan keji dalam segala sesuatu, tetapi sebagiannya lebih buruk dari yang lain. Orang yang berkhianat kepadamu dalam hal uang, tidak seperti orang yang berkhianat kepadamu dalam keluargamu, hartamu, dan melakukan perbuatan-perbuatan dosa yang sangat besar.” [Al-Kabâ-ir, hlm. 149]
Ibnu Hajar al-Haitami rahimahullah berkata, “Dosa Besar ke-240 yaitu khianat dalam amanat, seperti barang titipan, barang yang digadaikan, barang yang disewakan, dan lainnya”. [Az-Zawâjir ‘an Iqtirâfil Kabâ-ir, hlm. 442]
● BAHAYA-BAHAYA KHIANAT
Bahaya-bahaya khianat banyak sekali di antaranya:
1. Khianat adalah salah satu sifat orang munafik
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: ” آيَةُ المُنَافِقِ ثَلاَثٌ: إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ، وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ “
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu , dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , beliau bersabda, “Tanda orang munafik ada tiga yaitu apabila bercerita dia berdusta, apabila berjanji dia menyelisihi janjinya, dan apabila diberi amanah (kepercayaan) ia berkhianat”. [HR. Al-Bukhâri, no. 33, 2682, 2749, 6095 dan Muslim, no. 59]
2. Orang yang khianat tidak memiliki iman
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: مَا خَطَبَنَا نَبِيُّ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَّا قَالَ: ” لَا إِيمَانَ لِمَنْ لَا أَمَانَةَ لَهُ، وَلَا دِينَ لِمَنْ لَا عَهْدَ لَهُ “
Dari Anas bin Mâlik Radhiyallahu anhu , dia berkata, “Nabiyullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak berkhutbah kepada kami, melainkan Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak ada iman bagi orang yang tidak memiliki (sifat) amanah, dan tidak ada agama bagi orang yang tidak menepati janjinya”. [HR. Ahmad, no. 12383, 12567, 13199; Ibnu Hibban, no. 194. Hadits ini dihukumi hasan oleh Syaikh Syu’aib al-Arnauth dalam Takhrîj Musnad Ahmad; dan dan dihukumi shahih oleh Syaikh al-Albani di dalam Shahîh Jâmi’ush Shaghîr, no. 7179]
3. Orang yang khianat adalah calon penduduk neraka
Ketika menjelaskan calon-calon penghuni neraka, antara lain Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
وَالْخَائِنُ الَّذِي لَا يَخْفَى لَهُ طَمَعٌ، وَإِنْ دَقَّ إِلَّا خَانَهُ
Pengkhianat, orang yang tidak samar sifat tamaknya, walaupun sesuatu yang kecil dia selalu berbuat khianat. [HR. Muslim, no. 2865, dari ‘Iyadh bin Himar al-Mujaasi’iy]
● MACAM-MACAM KHIANAT
Khianat bisa berkaitan dengan hak Allâh Azza wa Jalla , karena sesungguhnya menjalankan kewajiban-kewajiban agama merupakan amanah bagi hamba dari Allâh Azza wa Jalla , sebagaimana firman-Nya:
إِنَّا عَرَضْنَا الْأَمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَنْ يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْإِنْسَانُ ۖ إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولًا
Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, namun semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan semuanya khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zhalim dan amat bodoh. [Al-Ahzâb/33:72]
Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di rahimahullah berkata, “Allâh Subhanahbu wa Ta’ala mengagungkan urusan amanah yang Allâh Subhanahbu wa Ta’ala wajibkan amanah itu kepada para mukallaf, amanah itu adalah melaksanakan perintah-perintah dan menjauhi larangan-larangan, dalam keadaan rahasia dan tersembunyi seperti keadaan terang-terangan.” (Tafsir as-Sa’di, surat Al-Ahzâb/33: 72)
Dengan demikian, meninggalkan perintah Allâh Subhanahbu wa Ta’ala dan melanggar larangan-Nya merupakan bentuk khianat terhadap amanah dari Allâh Subhanahbu wa Ta’ala .
Khianat juga bisa berkaitan dengan urusan manusia. Sebagaimana penjelasan al-Jâhizh di atas yang mengatakan, “Khianat adalah melanggar sesuatu yang diamanahkan orang kepadanya, berupa harta, kehormatan, kemuliaan, dan mengambil milik orang yang dititipkan dan mengingkari orang yang menitipkan. Termasuk khianat juga tidak menyebarkan berita yang dianjurkan disebarkan, merubah surat-surat (tulisan-tulisan) jika dia mengurusinya dan merubahnya dari maksud-maksudnya”. [Tahdzîbul Akhlâq, hlm. 31]
Dengan tersebarnya khianat dengan berbagai bentuknya di zaman ini, maka seharusnya manusia segera bertaubat kepada Allâh yang Maha Kuasa, sebelum datangnya hukuman dari-Nya.
Wahai Allâh ampunilah dosa-dosa kami dengan ampunan dan kelembutan-Mu.
Tidak ada komentar: