“Penulis” tidak tahu persis, sejak kapan orang ini mulai menyeruak muncul meramaikan jagad raya Indonesia dengan sekian kedustaan dan propaganda kesesatannya ……
Namun dalam beberapa penelusuran dapat disimpulkan dengan “yakin” bahwa hadzar rojul laisa minas Salafi ……
Di beberapa pernyataan videonya yang tersebar, ia tidaklah sekedar berusaha untuk menjatuhkan kredibilitas dan keilmuan para ‘Ulama, bahkan dalam sebuah video yang membahas hadits budak Jariyyah ( أين الله؟ ), perkataannya sungguh sangatlah mengerikan ……
Disana Bapak Ar–Rozy Hasyim as-Shufi hadahullah ini “terang” mencela dan merendahkan Sahabiyyah (budak Jariyyah dalam riwayat tersebut-pen), dengan mengatakan, “Aiqiunya rendah”, wal’iyyadzubillah ……
Dalam bahasanya lanjutannya, ia menyebut dikarenakan “aiqiu” sahabiyyah tersebut rendah, maka kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengujinya dengan pertanyaan “ainallah” (أين الله ؟) ……
Sehingga baginya (tersirat-pen), pertanyaan “ainallah” itu tepat diarahkan kepada orang-orang yang “aiqiunya” rendah, dan jawaban “fiis-sama” (في السماء), itu adalah jawaban dari orang-orang yang “aiqiunya rendah”? Ya subhanallah ……
Ini adalah celaan yang ia sematkan kepada Sahabiyyah, bahkan akan menyasar kepada sahabat dan sahabiyyah lainnya……
Lantas, bagaimana dengan Ibunda Zainab binti Jahsy radhiyallahu ‘anha, beliau berkata tatkala membanggakan dirinya dihadapan istri-istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
قَالَ فَكَانَتْ تَفْخَرُ عَلَى أَزْوَاجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَقُولُ زَوَّجَكُنَّ أَهْلُوكُنَّ وَزَوَّجَنِي اللَّهُ مِنْ فَوْقِ سَبْعِ سَمَاوَاتٍ
“Kalian dinikahkan oleh bapak-bapak kalian… Sedangkan aku langsung dinikahkan oleh Allah dari atas langit ketujuh.” [HR. al-Bukhari dalam Kitab Tauhid 6984 dan at-Turmudzi 3213)]
Bagaimana dengan Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma yang membenarkan seorang pengembala yang meyakini Rabbnya di atas langit……
Dalam hadits Zaid bin Aslam, dia berkata,
مر ابن عمر براع فقال هل من جزرة فقال ليس هاهنا ربها قال ابن عمر تقول له أكلها الذئب قال فرفع رأسه إلى السماء وقال فأين الله فقال ابن عمر أنا والله أحق أن أقول أين الله واشترى الراعي والغنم فأعتقه وأعطاه الغنم
“(Suatu saat) Ibnu ‘Umar melewati seorang pengembala. Lalu beliau berkata, “Adakah hewan yang bisa disembelih?” Pengembala tadi mengatakan, “Pemiliknya tidak ada di sini.”
Ibnu Umar mengatakan, “Katakan saja pada pemiliknya bahwa ada serigala yang telah memakannya…” Kemudian pengembala tersebut menghadapkan kepalanya ke langit…
Lantas mengajukan pertanyaan pada Ibnu Umar, ”Lalu di manakah Allah?”Ibnu ‘Umar malah mengatakan, “Demi Allah, seharusnya aku yang berhak menanyakan padamu ‘Di mana Allah?’.”
Kemudian setelah Ibnu Umar melihat keimanan pengembala ini, dia lantas membelinya, juga dengan hewan gembalaannya (dari Tuannya)…
Kemudian Ibnu Umar membebaskan pengembala tadi dan memberikan hewan gembalaan tadi pada pengembara tersebut… [Lihat Al ‘Uluw lil ‘Aliyyil Ghoffar no. 311]
Lalu bagaimana juga dengan Ulamanya para Ulama Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, yang meyakini Allah berada di atas langit yang tujuh……
Ibnu Abbas menemui ‘Aisyah ketika ia baru saja meninggal, Ibnu Abbas berkata padanya,
كنت أحب نساء رسول الله صلى الله عليه وسلم ولم يكن يحب إلا طيبا وأنزل الله براءتك من فوق سبع سموات
“Engkau adalah wanita yang paling dicintai oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam… Tidaklah engkau dicintai melainkan kebaikan (yang ada padamu). Allah pun menurunkan perihal kesucianmu dari atas langit yang tujuh.” [Al ‘Uluw lil ‘Aliyyil Ghoffar no. 335]
Begitu pula dalam riwayat lainnya, dari Ibnul Mubarok, dari Sulaiman At Taimi, dari Nadhroh, Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma mengatakan,
ينادي مناد بين يدي الساعة أتتكم الساعة – فيسمعه الأحياء والأموات – ثم ينزل الله إلى السماء الدنيا
“Ketika hari kiamat ada yang menyeru, “Apakah datang pada kalian hari kiamat?” Orang yang hidup dan mati pun mendengar hal tersebut, kemudian Allah pun turun ke langit dunia.” [Al ‘Uluw lil ‘Aliyyil Ghoffar no. 296]
Dalam riwayat lainnya, Ibnu ‘Abbas mengatakan,
إذا نزل الوحي سمعت الملائكة صوتا كصوت الحديد
“Jika wahyu turun, aku mendengar malaikat bersuara seperti suara besi.” [Lihat Al ‘Uluw lil ‘Aliyyil Ghoffar no. 295]
Jika dikatakan bahwa wahyu itu turun dan wahyu itu dari Allah, ini menunjukkan bahwa Allah berada di atas karena sesuatu yang turunn pasti dari atas ke bawah ……
Maka bagaimana mungkin Ar-Razy Hasyim as-Shufi hadahullah ini berujar bahwa pertanyaan “ainallah” ini dimaklumi oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada budak jariyyah tersebut tersebab rendah “aiqiunya” ??
Lalu bagaimana bisa jawaban “fiis-sama” (di langit) adalah jawaban dari orang yang “beraiqiu rendah” ??
Apakah Ibunda Zainab binti Jahsy, Ibnu Umar, Ibnu Abbas radhiyallahu anhum adalah kelompok sahabat yang beraiqiu rendah sebagaimana sahabiyyah dalam hadits budak jariyyah tersebut?
Padahal banyak sekali perkataan sahabat yang menunjukkan bahwa mereka meyakini bahwa Allah berada di atas langit di atas ‘Arsy yaitu dapat dilihat dari hadits-hadits yang mereka bawakan ……
Karena bagaimana mungkin para sahabat tersebut membawakan hadits tersebut dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, namun mereka tidak memahami dan meyakininya ……
Ar–Razy Hasyim as-Shufi hadahullah ini berusaha menuangkan pemahaman sesatnya yang basi, sebagaimana kalam ahlul bid’ah lainnya untuk menafikan ketinggian Allah Azza wa Jalla ……
Lalu mengganti dengan perkataan bathil Allah berada dimana-mana, bersama makhluk-Nya, dan menyebut jauh sekali orang-orang yang meyakini Allah “fiis-sama” ……
Padahal dapatlah diketahui perkataan ahlu bid’ah : Allah itu berada dimana-mana, merupakan hal yang sangat batil……
Perkataan ini merupakan pernyataan firqoh yang beranggapan bahwa alam ini penjelmaan Allah, suatu aliran bid’ah lagi sesat, bahkan aliran kafir lagi sesat serta mendustakan Allah dan Rasul-Nya Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam……
Dikatakan demikian karena dalam riwayat yang sah dari beliau shalallahu ‘alaihi wa sallam dinyatakan bahwa Allah ada dilangit, sebagaimana sabda beliau shalallahu ‘alaihi wa sallam,
أَلاَ تَأْمَنُوْنِي وَ أَنَا أَمِيْنُ مَنْ فِي السَّمَاءِ
“Tidakkah kalian mau percaya kepadaku padahal aku adalah kepercayaan dari Tuhan yang ada di langit“. [Bukhari no.4351 Kitabul Maghazi ; Muslim no.1064 Kitabuz Zakat]
Hal ini juga disebutkan pada hadits-hadits (tentang) Isra’ Mi’raj, dan lain-lain……
Maka siapakah yang “aiqiunya” rendah wahai bapak Ar–Razy Hasyim as-Shufi hadahullah? Beranikan engkau arahkan kalam itu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam? Ya subhanallah ……
Atau mungkin ia akan mengatakan sebagaimana dalam video tersebut, “haditsnya shohih, pemahaman mereka yang tidak shohih” !!
Video: https://youtu.be/W3yqdI8T9P4
Kita katakan, keyakinan Allah di atas ‘Arsy tidaklah bertentangan dengan keyakinan ilmu Allah yang maha luas dan kebersamaan Allah bersama hamba-Nya……
Allah menetap tinggi di atas ‘Arsy sedangkan ilmu-Nya di mana-mana dan bukanlah Dzat-Nya ……
Dan kalam para Imam berikut yang akan membantah diri mu……
= Muhammad bin Isma’il Al Bukhari…
قال الإمام أبو عبد الله محمد بن إسماعيل في آخر الجامع الصحيح في كتاب الرد على الجهمية باب قوله تعالى وكان عرشه على الماء قال أبو العالية استوى إلى السماء إرتفع وقال مجاهد في استوى علا على العرش وقالت زينب أم المؤمنين رضي الله عنها زوجني الله من فوق سبع سموات
Imam Abu ‘Abdillah Muhammad bin Isma’il Al Bukhari berkata dalam akhir Al Jaami’ Ash Shohih dalam kitab bantahan kepada Jahmiyah, beliau membawakan Bab firman Allah Ta’ala,
وَكَانَ عَرْشُهُ عَلَى الْمَاءِ
“Dan adalah singgasana-Nya (sebelum itu) di atas air.” [Hud / 7]
Abul ‘Aliyah mengatakan bahwa maksud dari ‘istiwa’ di atas langit’ adalah naik… Mujahid mengatakan bahwa istiwa’ adalah menetap tinggi di atas ‘Arsy… Zainab Ummul Mukminin mengatakan, “Allah yang berada di atas langit ketujuh yang telah menikahkanku.” [Al ‘Uluw, hal. 186 dan Mukhtashor Al ‘Uluw, hal. 202]
Imam pakar hadits yang terkemuka yang semua orang mengakui kitab shahihnya yaitu Al Jaami’ Ash Shohih menyatakan dengan tegas bahwa Allah menetap tinggi di atas ‘Arsy dengan menukil perkataan ulama salaf……
Maka yang aneh adalah pendapat yang berseberangan dengan Imam Al Bukhari ini! Silahkan tuduhlah akalmu!!
= Abu Zur’ah Ar Rozi…
قال أبو إسماعيل الأنصاري مصنف ذم الكلام وأهله أنبا أبو يعقوب القراب أنبأنا جدي سمعت أبا الفضل إسحاق حدثني محمد ابن إبراهيم الأصبهاني سمعت أبا زرعة الرازي وسئل عن تفسير الرحمن على العرش استوى فغضب وقال تفسيره كما تقرأ هو على عرشه وعلمه في كل مكان من قال غير هذا فعليه لعنة الله
Abu Isma’il Al Anshori –penulis Dzammul Kalam wa Ahlih-, Abu Ya’qub Al Qurob menceritakan, kakekku menceritakan pada kami, aku mendengar Abul Fadhl Ishaq, Muhammad bin Ibrohim Al Ash-bahani telah menceritakan padaku, aku mendengar Abu Zur’ah Ar Rozi ditanya mengenai tafsir firman Allah,
الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى
“(Yaitu) Rabb Yang Maha Pemurah yang menetap tinggi di atas ‘Arsy .” [Thoha / 5] … Beliau lantas marah. Kemudian beliau pun berkata, “Tafsirnya sebagaimana yang engkau baca… Allah di atas ‘Arsy-Nya sedangkan ilmu Allah yang berada di mana-mana… Siapa yang mengatakan selain ini, maka dialah yang akan mendapat laknat Allah.” [Al ‘Uluw, hal. 187-188 dan Mukhtashor Al ‘Uluw, hal. 203]
أنبأنا أحمد بن أبي الخير عن يحيى بن يونس أنبأنا أبو طالب اليوسعي أنبأنا أبو إسحاق البرمكي أنبأنا علي بن عبد العزيز قال حدثنا عبد الرحمن بن أبي حاتم قال سألت أبي وأبا زرعة رحمهما الله تعالى عن مذهب أهل السنة في أصول الدين وما أدركا عليه العلماء في جميع الأمصار وما يعتقدان من ذلك فقالا أدركنا العلماء في جميع الأمصار حجازا وعراقا ومصرا وشاما ويمنا فكان من مذهبهم أن الله تبارك وتعالى على عرشه بائن من خلقه كما وصف نفسه بلا كيف أحاط بكل شيء علما
Ahmad bin Abul Khoir telah menceritakan kepada kami, dari Yahya bin Yunus, Abu Tholib menceritakan pada kami, Abu Ishaq Al Barmaki telah menceritakan pada kami, ‘Ali bin ‘Abdul ‘Aziz telah menceritakan pada kami, ia berkata bahwa ‘Abdurrahman bin Abu Hatim telah menceritakan pada kami, bahwa dia bertanya pada ayahnya dan Abu Zur’ah mengenai aqidah Ahlus Sunnah dalam ushuluddin dan apa yang dipahami oleh keduanya mengenai perkataan para ulama di berbagai negeri dan apa saja keyakinan mereka……
Abu Hatim dan Abu Zur’ah berkata,
Yang kami ketahui bahwa ulama di seluruh negeri di Hijaz, ‘Iraq, Mesir, Syam, Yaman; mereka semua meyakini bahwa Allah Tabaroka wa Ta’ala berada di atas ‘Arsy-nya, terpisah dari makhluk-Nya sebagaimana yang Allah sifati pada diri-Nya sendiri dan tanpa kita ketahui hakikatnya, sedangkan ilmu Allah meliputi segala sesuatu… [Lihat Al ‘Uluw, hal. 188 dan Mukhtashor Al ‘Uluw, hal. 204]
Dari perkataan Abu Zur’ah Ar Rozi, kita dapat menyaksikan para ulama di berbagai negeri sepakat (berijma’) bahwa Allah menetap tinggi di atas ‘Arsy sedangkan ilmu Allah yang berada di mana-mana……
Maka yang harus dibilang aneh adalah orang yang menyelisihi kesepakatan ulama ini! Bahkan Abu Zur’ah menyatakan bahwa siapa saja yang menyelisihi keyakinan ini, dialah yang pantas mendapatkan laknat Allah……
Tuduhlah akal dan aiqiumu yang rendah!!
= Abu Hatim Ar Rozi…
قال الحافظ أبو القاسم الطبري وجدت في كتاب أبي حاتم محمد بن إدريس بن المنذر الحنظلي مما سمع منه يقول مذهبنا وإختيارنا إتباع رسول الله وأصحابه والتابعين من بعدهم والتمسك بمذاهب أهل الأثر مثل الشافعي وأحمد وإسحاق وأبي عبيد رحمهم الله تعالى ولزوم الكتاب والسنة ونعتقد أن الله عزوجل على عرشه بائن من خلقه ليس كمثله شيء وهو السميع البصير
Al Hafizh Abul Qosim Ath Thobari mengatakan bahwa beliau mendapati dalam kitab Abu Hatim Muhammad bin Idris bin Al Mundzir Al Hanzholi, perkataan yang didengar darinya, Abu Hatim mengatakan,
“Pilihan kami adalah mengikuti Rasulullah, para sahabat, para tabi’in dan yang setelahnya… Kami pun berpegang dengan madzhab Ahlus Sunnah semacam Asy Syafi’i, Ahmad , Ishaq, Abu ‘Abdillah rahimahumullah. Kami pun konsekuen dengan Al Kitab dan As Sunnah…
Kami meyakini bahwa Allah ‘azza wa jalla menetap tinggi di atas ‘Arsy, terpisah dari makhluk-Nya… Tidak ada yang semisal dengan-Nya, Dialah (Allah) yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”
Lantas Abu Hatim Ar Rozi menyebutkan perkataan,
وعلامة أهل البدع الوقيعة في أهل الأثر وعلامة الجهمية أن يسموا أهل السنة مشبهة
“Di antara tanda ahlul bid’ah adalah berbagai tuduhan keliru yang mereka sematkan pada Ahlus Sunnah… Tanda Jahmiyah adalah mereka menyebut Ahlus Sunnah dengan musyabbihah (orang yang menyerupakan Allah dengan makhluk).” [Lihat Al ‘Uluw, hal. 189-190 dan Mukhtashor Al ‘Uluw, hal. 206-207]
Lihatlah bagaimana penjelasan Abu Hatim di sini!
Jika kita menyatakan bahwa Allah berada di atas langit atau menetap tinggi di atas ‘Arsy, maka di sini bukan berarti Allah itu berada dalam makhluk (berada dalam langit) atau butuh pada makhluk……
Inilah yang banyak disangkakan sebagian orang, dikira jika kita menyatakan Allah berada di atas langit, itu berarti Allah berada di dalam langit! Ini sungguh sangkaan keliru……
= Yahya bin Mu’adz Ar Rozi…
قال أبو إسماعيل الأنصاري في الفاروق بإسناد إلى محمد بن محمود سمعت يحيى بن معاذ يقول إن الله على العرش بائن من خلقه أحاط بكل شيء علما لا يشذ عن هذه المقالة إلا جهمي يمزج الله بخلقه
Abu Isma’il Al Anshori berkata dalam Al Faruq dengan sanad sampai ke Muhammad bin Mahmud, aku mendengar Yahya bin Mu’adz berkata, “Sesungguhnya Allah di atas ‘Arsy, terpisah dari makhluk-Nya…
Namun ilmu Allah meliputi segala sesuatu, tidak ada yang memiliki perkataan nyleneh selain Jahmiyah… Jahmiyah meyakini bahwa Allah bercampur dengan makhluk-Nya.”[Lihat Al ‘Uluw, hal. 190 dan Mukhtashor Al ‘Uluw, hal. 207-208]
Perkataan Yahya di atas menunjukkan bahwa pendapat Jahmiyah yang tidak meyakini Allah menetap tinggi di atas ‘Arsy adalah keyakinan yang nyleneh, alias aneh……
Masih banyak lagi perkataan ulama masa silam semacam dari ulama pakar hadits yang belum kami sebutkan……
Intinya, pernyataan orang-orang yang menyatakan Allah tidak di atas langit, adalah pernyataan “basi”, pernyataan semacam itu hanyalah mengadopsi pendapat Jahmiyah yang para ulama banyak mencelanya……
Terakhir ingin kami bagikan kalam tegas seorang Ulama besar di zamannya, yakni al Imam Al Muzanni……
أنبأنا ابن سلامة عن أبي جعفر الطرطوسي عن يحيى بن منده حدثنا أحمد بن الفضل أنبأ الياطرقاني سمعت أبا عمر السلمي سمعت أبا حفص الرفاعي سمعت عمرو بن تميم المكي قال سمعت محمد بن إسماعيل الترمذي سمعت المزني يقول لا يصح لأحد توحيد حتى يعلم أن الله على العرش بصفاته قلت مثل أي شيء قال سميع بصير عليم قدير أخرجها ابن منده في تاريخه
Ibnu Salamah telah menceritakan pada kami, dari Abu Ja’far Ath Thurthusi, dari Yahya bin Mandah, Ahmad bin Al Fadhl telah menceritakan kepada kami, Al Yathuqorni telah menceritakan, aku mendengar ‘Umar As Sulami, aku mendengar Abu Hafsh Ar Rifa’i, aku mendengar ‘Amr bin Tamim Al Makki, ia berkata, aku mendengar Muhammad bin Isma’il At Tirmidzi, aku mendengar Al Muzanni berkata,
لا يصح لأحد توحيد حتى يعلم أن الله على العرش بصفاته
“Ketauhidan seseorang tidaklah sah sampai ia mengetahui bahwa Allah berada di atas ‘Arsy-nya dengan sifat-sifat-Nya.”
Aku pun berkata, “Sifat-sifat yang dimaksud semisal apa?” Ia berkata, “Sifat mendengar, melihat, mengetahui dan berkuasa atas segala sesuatu.” Ibnu Mandah mengeluarkan riwayat ini dalam kitab tarikhnya.[Mukhtashor Al ‘Uluw, hal. 201]
Semoga dengan perkataan ulama yang kami nukilkan ini bisa membuka hati setiap orang yang masih ragu tentang keberadaan Allah di atas seluruh makhluk-Nya……
وبالله التوفيق والسداد وهذا والله أعلم بالصواب ……
= مهاتير محمد الفلوريسي =
Sumber Machatir Muhammad
Tidak ada komentar: