Galibnya, bahasa resmi suatu bangsa atau negaranya biasanya diambil dari bahasa mayoritas penutur di tempat tersebut. Kemudian ada satu tanya terbetik, ‘Bukankah suku terbesar di Indonesia itu Jawa? Tapi kenapa Bahasa Jawa tidak menjadi bahasa Nasional? Alih-alih, bahasa nasional adalah bahasa melayu (kelak menjadi bahasa official Indonesia) yang penuturnya hanya segelintir dari beberapa suku di Riau dan Sumatera.
Perlu kita ketahui bahwa pada masa dahulu, bahasa melayu bukanlah bahasa asing untuk suku-suku di nusantara.
Pertama, bahasa Melayu asli adalah bahasa suku suku Melayu di Riau, sebuah provinsi di Pulau Sumatera, Indonesia. Orang melayu dari riau berkerabat dengan suku melayu di malaysia, bahasanya hampir sama. Suku Melayu Riau merupakan minoritas di Indonesia.
Namun, pada abad ke-19, versi bahasa Melayu yang disebut “Bahasa Melayu Pasaran” (orang Barat menyebutnya Bazaar Malay) telah dipahami secara luas di seluruh nusantara. Kemudian bahasa tersebut (setelah bercampur dengan bahasa Jawa, Cina, Belanda, Portugis, Arab dan India).
Bahasa melayu pasaran adalah bahasa perdagangan de-facto yang menghubungkan semua suku yang berbeda dari banyak pulau di Indonesia. Misalnya seorang pedagang Tionghoa dari Surabaya Jawa Timur dapat berkomunikasi dengan pedagang Arab dari Palembang Sumatera Selatan dengan menggunakan Bahasa Melayu Pasaran. Komunikasi tidak mungkin terjadi jika orang Cina menggunakan Hokkien (bahasa sukunya) dan orang Arab menggunakan bahasa Arab Yaman (bahasa sukunya).
Seorang pedagang Batak dari Medan bisa berkomunikasi dengan penjual batik Jawa dari Yogyakarta menggunakan Bahasa Melayu Pasaran. Komunikasi akan sangat sulit jika orang Batak menggunakan bahasa Karo dan orang batik Jawa menggunakan dialek Yojo, karena kedua bahasa tersebut sama sekali berbeda satu sama lain. Membuat komunikasi antar suku tidak memungkinkan.
Belakangan, dengan penyatuan berbagai kerajaan, kesultanan dan pulau-pulau di Indonesia di bawah pemerintahan Belanda (Indonesia dijadikan koloni resmi Belanda yang disebut Nederland Oost Indie / Hindia Belanda), Belanda sendiri menggunakan Bahasa Melayu Pasaran sebagai bahasa pilihan untuk komunikasi formal di Hindia Belanda, karena mereka menemukan bahwa bahasa ini sudah menjadi bahasa yang diterima di seluruh koloni mereka.
Perwira-perwira Belanda itu akan sangat kesulitan jika berkomunikasi dengan tukang becak jika menggunakan bahasa Belanda: D .. tapi karena mengerti bahasa Melayu Pasaran, komunikasi bisa dilakukan.
Pada tahun 1928, perwakilan dari suku utama di Indonesia (Jawa, Sumatera, Bali dll) mengadakan pertemuan di Jakarta, yang menghasilkan kesepakatan mereka untuk mendapatkan kemerdekaan bagi Hindia Belanda, dan mereka juga setuju untuk memilih Bahasa Melayu Pasaran, yang mereka ubah namanya menjadi "Bahasa Indonesia", sebagai bahasa nasional untuk bangsa baru mereka.
Begitulah perkembangan dialek bahasa Melayu yang berasimilasi menjadi bahasa nasional Indonesia. Jauh pada 28 Oktober 1928, jauh sebelum Indonesia mendeklarasikan Kemerdekaan dari 3 abad penjajahan Belanda pada 17 Agustus 1945, para pendiri Indonesia berjanji membangun: Satu Negara, Satu Bangsa, dan Satu Bahasa: Indonesia.
Saat itu meskipun pulau-pulau di Indonesia sekarang disebut Hindia Belanda, namun pulau-pulau tersebut terdiri dari banyak kesultanan dan kerajaan dan hingga saat ini terdiri dari ratusan suku bangsa dengan bahasa yang semakin banyak. Tetapi karena perdagangan dilakukan di seluruh pulau, bahasa yang digunakan adalah bahasa Melayu.
Sementara penduduk yang dominan hingga saat ini adalah orang Jawa yang memiliki budaya yang canggih dan bahasa yang rumit, dengan tingkatan yang tergantung dengan siapa Anda berbicara. Jadi ini bukan bahasa yang demokratis. Padahal para founding fathers kita bertekad untuk menciptakan republik demokratis dan bukan kerajaan. Jadi bahasa Melayu dipilih sebagai bahasa nasional Indonesia. Bahasa Melayu yang dipilih berasal dari Bintan di Kepulauan Riau. Jadi walaupun akarnya adalah bahasa Melayu, bahasa Indonesia berbeda dengan bahasa Malaysia.
source husni-magz
Tidak ada komentar: