Turki tengah bertranformasi dari negara sekuler menjadi Republik Islam Turki di bawah kepemimpinan Recep Tayyip Erdogan. Islamisasi bertahap Turki akan menjadi ancaman langsung bagi Barat secara keseluruhan dan juga bagi negara-negara moderat di Timur Tengah.
“Barat, yang dipimpin oleh NATO perlu mengadopsi sikap bersama melawan Turki yang bukan lagi sekuler dan pro-Barat. Turki di bawah Erdogan adalah serigala, dan sebagian besar Eropa masih bertindak seperti menganggap remeh,” kata Ghanem Nuseibeh, pendiri Cornerstone Global Associates, seperti dilansir dari The Jerusalem Post, Rabu, (15/7/2020).
“Akan seperti apa negara Turki di bawah Erdogan? Ini seperti Syi’ah Iran dengan ambisi ekspansionisnya, tetapi Turki adalah Sunni,” ungkap Ghanem.
Erdogan banyak belajar dari kesalahan para Islamis di Turki dan Iran. Saat mendirikan AKP, Erdogan secara efektif menetralkan negara Turki dan menjadikannya sebuah kendaraan untuk gerakan Ikhwanul Muslimin global, yang sekarang telah menjadi partai berkuasa di Turki.
Kebijakan ekspansionis Turki di Libya saat ini adalah implementasi global dari gerakan Ikhwanul Muslimin dengan mendukung Perdana Menteri Libya Fayez al-Sarraj yang pro-Ikhwanul Muslimin. Intervensinya di Libya merupakan langkah besar untuk meningkatkan pengaruh Turki di kawasan Mediterania.
Erdogan sebelumnya mengancam akan membanjiri Eropa dengan para pengungsi. Dengan mengubah Libya menjadi “Suriah baru,” Turki dapat membuktikan ancamannya tidak hanya dari perbatasan timur Eropa, tetapi melintasi Mediterania ke Prancis, Italia, dan Spanyol, dan ke Inggris dan seluruh Eropa Barat. (DH/MTD)
source moslemtoday.com
Tidak ada komentar: