Syahdan, ada pencuri menyatroni rumah orang dengan membawa linggis kecil. Sesampai di jendela, dengan cekatan ia mencongkel engselnya memakai linggis. Krak! akhirnya terbuka. Setelah melompati jendela, ia terpergok seisi rumah yang ternyata sedang duduk di depan kamar. Maling .....!! teriak mereka serentak. Si pencuri panik. Ia memukul kepala pemilik rumah dengan linggis.
Berdarah. Setelah itu, ia hendak kabur lompat dari jendela yang ia buka. Malang nian hari itu untuknya. Ternyata seisi kampung telah ada di depan mukanya. Tertangkaplah ia. Raut ketakutan muncul di wajahnya, takut dibakar massa.
(-) : "Maaf pak, saya tidak sengaja mencuri".
(+) : "Bagaimana kau bisa katakan tidak sengaja?!. Engkau telah masuk rumah mencongkel jendela dengan linggismu. Engkau telah pula memukul pemilik rumah dengan linggismu itu", teriak Pak Lurah dengan amat marahnya.
(-) : "Sekali lagi maaf pak. Linggis itu tidak sengaja terbawa dari rumah. Sebenarnya saya hanya mengendap-endap di bawah jendela melihat isi rumah. Ternyata ada perhiasan. Tangan saya gatal dan kemudian tak sengaja mencongkel jendela dengan linggis saya. Begitu juga saya tidak sengaja memukul kepala pemilik rumah, karena sebenarnya saya ingin memukul ringan badannya. Saya kesal ia meneriaki saya maling. Eh kok malah kena kepalanya".
Gelak tawa orang-orang pecah mendengar omongan si pencuri. Si pencuri keterlaluan pandir dalam berapologi. Hanya orang pandir percaya pada alasan pandir.
Tanpa diduga, amarah Pak Lurah tiba-tiba mereda setelah mendengar penjelasannya. "Pencuri itu tidak sengaja mencongkel jendela dan memukul pemilik rumah. Tidak ada niat untuk mencuri dan menyakiti", pikir Pak Lurah.
"Saudara-saudara, saya putuskan untuk melepaskan pencuri ini ya"
Orang-orang ribut. Keputusan Pak Lurah sangat kontroversial. Melukai hati nurani pemilik rumah dan sekaligus akal sehat orang sekampung. Kok bisa ?. Apa boleh buat, karena Pak Lurah dianggap punya wewenang, mereka pun bubar sambil menggerutu dan bersungut wajah. "Goblok", kata mereka lirih.
---------
Di atas hanya cerita rekaan. Fiksi dan boleh diabaikan. Namun yang di bawah, katanya, benar.
source dony arif wibowo
(-) : "Maaf pak, saya tidak sengaja mencuri".
(+) : "Bagaimana kau bisa katakan tidak sengaja?!. Engkau telah masuk rumah mencongkel jendela dengan linggismu. Engkau telah pula memukul pemilik rumah dengan linggismu itu", teriak Pak Lurah dengan amat marahnya.
(-) : "Sekali lagi maaf pak. Linggis itu tidak sengaja terbawa dari rumah. Sebenarnya saya hanya mengendap-endap di bawah jendela melihat isi rumah. Ternyata ada perhiasan. Tangan saya gatal dan kemudian tak sengaja mencongkel jendela dengan linggis saya. Begitu juga saya tidak sengaja memukul kepala pemilik rumah, karena sebenarnya saya ingin memukul ringan badannya. Saya kesal ia meneriaki saya maling. Eh kok malah kena kepalanya".
Gelak tawa orang-orang pecah mendengar omongan si pencuri. Si pencuri keterlaluan pandir dalam berapologi. Hanya orang pandir percaya pada alasan pandir.
Tanpa diduga, amarah Pak Lurah tiba-tiba mereda setelah mendengar penjelasannya. "Pencuri itu tidak sengaja mencongkel jendela dan memukul pemilik rumah. Tidak ada niat untuk mencuri dan menyakiti", pikir Pak Lurah.
"Saudara-saudara, saya putuskan untuk melepaskan pencuri ini ya"
Orang-orang ribut. Keputusan Pak Lurah sangat kontroversial. Melukai hati nurani pemilik rumah dan sekaligus akal sehat orang sekampung. Kok bisa ?. Apa boleh buat, karena Pak Lurah dianggap punya wewenang, mereka pun bubar sambil menggerutu dan bersungut wajah. "Goblok", kata mereka lirih.
---------
Di atas hanya cerita rekaan. Fiksi dan boleh diabaikan. Namun yang di bawah, katanya, benar.
source dony arif wibowo
Tidak ada komentar: