Apa mereka tidak rindu untuk thawaf mengelilingi Ka’bah?
Apa mereka lupa keutamaan umrah di bulan Ramadhan?
Apa mereka juga ndak takut ditutup hatinya karena tidak shalat jum’at lebih dari tiga kali berturut turut?
Apa mereka ndak takut dosa membiarkan masjid kosong dari jamaah shalat lima waktu?
Ataukah di Saudi Arabia sudah tidak ada kaum pria, semua sudah meninggal karena corona & yang tersisa hanya kaum wanita saja?
Apa mereka sudah lupa keutamaan tarawih di malam malam Ramadhan dan juga keutamaan I’itikaf di masjidl haram dan masjid an nabawi?
Heran ndak habis pikir, selama ini mereka ngajar tauhid, tawakkal, dan hanya takut kepada Allah, kok sama corona takut sekali? Kayak ndak membekas belajar akidahnya!
La, di negri seberang saja banyak yang tetap shalat jum’at, dan ndak pada mati kok!
Juga di negri ujung dunia juga pada tarawih berjamaah di masjid.
Eeh iya ya, kan kalau di Saudi ndak ada wilayah hijau, adanya wilayah merah atau coklat padang pasir.
Kalau di negri sebelah kan dari satelit semuanya hijau semua, subur gemah ripah loh jinawi, jadi beda dong.
Jelas jelas di Saudi korban corona lebih sedikit kali ya? Fasilitas kesehatannya masih ala baduwi, hand sanitizer langka, adanya kencing onta, maka wajar ya pada ketakutan segitunya.
Jadi ndak usah heran, bila sampai saat ini mereka masih lauk daun, walau sudah berbulan bulan, Pada takut mati dan pada takut kepada corona melebihi takutnya kepada Allah.
ustadz DR muhammad arifin badri
Tidak ada komentar: