Tim peneliti Inggris dikabarkan telah mengidentifikasi ancaman tsunami di Selat Makassar, antara pulau Kalimantan dan Sulawesi. Wilayah itu adalah rumah bagi lebih dari 1,6 juta orang dan calon ibu kota baru yang diusulkan oleh rezim Joko Widodo di Teluk Balikpapan, Kalimantan.
Para peneliti telah menganalisis data geologis yang mencakup lebih dari 2,5 juta tahun untuk menunjukkan sumber tanah longsor bawah air yang berulang. Tanah longsor diduga terjadi setiap 160.000 tahun.
Melansir Express, peneliti mengatakan jika tanah longsor terulang, maka dapat memicu tsunami yang cukup besar untuk merendam Teluk Balikpapan. Para peneliti, yang dipimpin oleh tim dari Universitas Heriot-Watt di Edinburgh Inggris mengatakan masyarakat pesisir menjadi paling berisiko karena tak ada sistem peringatan dini tsunami.
Namun, para peneliti mengaku masih harus melihat apakah suatu peristiwa longsor dahsyat itu akan terjadi lagi. Peneliti Universitas Heriot-Watt, Uisdean Nicholson mengatakan pihaknya masih memiliki banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk menilai situasi itu dengan benar.
"Ini adalah sesuatu yang mungkin harus dimasukkan oleh pemerintah Indonesia pada daftar risiko di suatu tempat, masuk ke tingkat yang tinggi," ujar Nicholson.
Sejauh ini, Nicholson dan timnya telah menemukan bukti setidaknya 19 tanah longsor kuno di dasar laut Selat Makassar. Rachel Brackenridge, yang mengambil bagian dalam penelitian itu mengaku pihaknya menemukan bukti tanah longsor kapal selam terjadi lebih dari 2,5 juta tahun.
"Fenomena itu terjadi setiap 160.000 tahun atau lebih dan berukuran sangat besar. Tanah longsor terbesar terdiri dari 600 kilometer kubik sedimen, sedangkan yang terkecil yang kami identifikasi adalah lima kilometer kubik," ujar Brackenridge.
Tanah longsor terbesar disebut menghasilkan puing-puing yang cukup untuk memenuhi pelabuhan Sydney 1.000 kali lipat. Para peneliti khawatir Teluk Balikpapan berpotensi memperkuat kekuatan tanah longsor di masa depan.
Tahun lalu, Jokowi mengumumkan ibukota Indonesia akan pindah dari Jakarta di pulau Sumatra ke Kalimantan. Nicholson mengatakan peristiwa semacam itu dapat terkonsestrasi dan terjadi di Teluk Balikpapan, lokasi yang dipilih untuk ibu kota baru Indonesia.
Melasnir ABC 14 News, tim analisis Inggris-Indonesia-nya menerapkan fakta-fakta seismik untuk memeriksa sedimen dan strukturnya di dasar laut Makassar.
Studi ini mengungkap 19 zona unik di sepanjang selat itu persis di mana lumpur, pasir, dan lanau jatuh ke lereng lebih jauh. Beberapa slide itu menyangkut ratusan kilometer kubik konten, volume yang tidak dapat mengganggu kolom H2O dan menghasilkan gelombang besar di wilayah laut.
"Tanah longsor ini atau mass transport deposits (MTDs) cukup mudah untuk menemukan informasi seismik," ujar Brackenridge.
Peneliti mengatakan semua MTDs berada di sebelah barat saluran Selat Makassar sedalam 3 ribu meter. Sebagian besar lagi berada di sebelah selatan pulau Mahakam di pulau Kalimantan yang sedimennya dikeruk sebanyak 8 juta meter kubik setiap tahun.
Selama ini, pengeruk mengira sedimen dihasilkan arus di selat. Padahal, tumpukan sedimen curam yang dipahat dari waktu ke waktu akhirnya runtuh ke bawah lereng, diaktifkan kemungkinan besar oleh goncangan gempa bumi regional.
Hasil riset ilmuwan Inggris tersebut juga didukung oleh tim peneliti yang berasal dari Indonesia. Peneliti Institut Teknologi Bandung (ITB), Ben Sapiie menyebut investigasi itu memperkaya kesadaran masyarakat geologi dan geofisika Indonesia tentang bahaya sedimentasi dan tanah longsor di Selat Makassar.
"Penelitian ilmu bumi menerapkan strategi multi-ilmiah. Tsunami akan sangat mungkin terjadi ketika tingkat pasokan sedimen cukup tinggi tetapi pemicunya jarang terjadi, ini bahwa ketika kegagalan itu nyata mereka sangat besar," kata Sapiie.
Indonesia pernah mengalami dua aktivitas tsunami yang didorong oleh tanah longsor pada tahun 2018, yakni ketika sisi gunung berapi Anak Krakatau runtuh dan secara independen ketika gempa bumi mengaktifkan lereng yang gagal di Teluk Palu di Sulawesi.
Pada intinya, tsunami dapat terjadi dari sumber daya selain dari gempa megathrust dasar laut seperti saat terjadi di Sumatra pada tahun 2004.
Sebelumnya, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyebut potensi gempa yang paling tinggi di pulau Kalimantan terletak di Kalimantan Timur, tepatnya di sebelah selatan kota Samarinda.
"Sebab, di sekitar kota Samarinda bagian selatan terdapat Selat Makassar yang rawan gempa dan berpotensi tsunami," kata Peneliti Geoteknologi LIPI Danny Hilman Natawijaya kepada CNNIndonesia.com saat dihubungi melalui sambungan telepon, Senin (26/8).
Menurut Danny selat Makassar yang memisahkan Kalimantan dan Sulawesi ini terdapat patahan aktif. Patahan inilah yang menimbulkan kerawanan gempa dan tsunami.
Lebih lanjut, Danny menjelaskan kawasan Samarinda selatan itu juga rawan bencana tsunami jika terjadi gempa di tempat lain. Ia mencontohkan jika gempa terjadi di Nusa Tenggara Barat (NTB), efek gelombang tsunaminya berpotensi sampai di kawasan ini.
"(Contohnya) gempa Lombok itu kan bisa terus sampai Bali, (sehingga) masih ada kontribusinya (menjalarkan) tsunami (hingga) ke Kalimantan Timur walaupun cukup jauh ya. Tapi, saya enggak tahu seberapa tinggi," tuturnya.
source cnnindonesia.com
Tidak ada komentar: