Hukum asalnya siksa kubur itu terjadi di alam kubur, bukan di kuburan, tetapi "TERKADANG" Allah menampakkan apa yang dialami oleh para penghuni kubur itu di kuburan mereka kepada sebagian manusia yang masih hidup. Dimana terkadang peristiwa itu diceritakan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, para sahabatnya atau yang lainnya.
Anas bin Malik tlah رضي الله عنه menceritakan tentang mayit yang pernah ditolak oleh bumi dengan dilemparkan kembali di atas tanah karena murtad serta menghina Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam (HR. Bukhari no. 3617 & Muslim no. 2781). Ada juga kuburan yg pernah terbelah sesudah ashar, lalu anak yang durhaka kepada ibunya itu meringkik 3 kali, kmudian kuburan itu pun menimbunnya (HR. Al-Ashbahani dll, lihat Shahiihut Targhiib wat Tarhiib no. 2517)
Imam Ibnu Taimiyah رحمه الله berkata :
"Hal tersebut sungguh telah tersingkap bagi sebagian manusia sehingga mereka dapat mendengar suara (jeritan) orang-orang yang sedang disiksa di dalam kubur mereka dan juga dapat melihatnya dengan mata kepala mereka sendiri bahwa para penghuninya itu diadzab di dalam kubur mereka. Tetapi hal tersebut tidak dapat dilakukan selamanya di dalam setiap waktu, tetapi hanya dapat dirasakan pada waktu tertentu saja" (Majmu’ Fatawa IV/ 296)
Seseorang yang sampai mati tetap dalam kondisi tidak pernah bertaubat dari berbagai dosa besar, maka ancamannya jelas telah disebutkan di dalam dalil bahwa orang itu akan mendapatkan siksa kubur, kecuali jika Allah berkehendak untuk mengampuninya, di antaranya karena Allah melihatnya "ada syubhat", dan sebagai contoh misalnya :
Nabi ﷺ brsbda : "Pernah terjadi seseorang sebelum kalian yang telah berburuk sangka terhadap amalnya. Lalu ia berpesan kepada keluarganya : "Apabila aku mati, maka ambil tindakan kepadaku (dalam riwayat yang lain disebutkan : “Bakarlah aku”), lalu taburkanlah (abuku itu) di lautan pada hari di mana angin sedang bertiup kencang. Kemudian mereka pun mlakukan (perintahnya). Lalu Allah Ta'ala mengumpulkan (kembali jasadnya), lalu Dia berfirman : "Apa yang mendorongmu untuk mengerjakan hal itu?”. Ia menjawab : “Tidak ada yang mendorongku untuk melakukannya, kecuali karena rasa takut kepada-Mu”. Maka Allah pun mengampuninya" (HR. Bukhari no. 6480, hadits dari Hudzaifah)
Ustadz Najmi Umar Bakkar
@najmiumar
Tidak ada komentar: