Kemarin, hari pertama di tahun 2020, di Jakarta, Bekasi, dan sekitarnya, jalanan yang biasanya penuh sesak dengan kendaraan bermotor sekarang berubah menjadi kolam renang gratis bagi bocah-bocah. Rumah-rumah warga terendam air yang belum tahu kapan susutnya. Entah berapa jumlah pastinya dari mereka yang harus mengungsi meninggalkan rumah. Bahkan ada pool taksi yang berubah jadi danau sementara, merendam mobil-mobil yang tengah diparkir bahkan ada yang sampai ke atapnya.
Banjir yang melanda dan merendam semuanya, hingga kita benar-benar kehilangan makanan dan tempat tinggal. Rumah-rumah terendam, air bersih terputus. Terpaksa, mengungsi dan harus tidur di tenda-tenda, atau ketempat saudara, kejadian alam sematakah ini?!
Tidak, sekali-kali tidak. Tsunami, gempa bumi, tanah longsor, banjir, dan semua musibah adalah tentara Allah subhanahu wata’ala. Mereka tidak butuh undangan, mereka hanya menunggu perintah Tuhan. Lalu buat apakah mereka datang?! Untuk mengingatkan kita semua, dari dosa dan kesalahan yang telah kita perbuat. Allah berfirman:
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar) (QS. Ar-Rum: 41)
Jangan saling menyalahkan dan melempar tuduhan kepada orang lain. Tidak perlu kita berteriak-teriak bahwa banjir ini karena sifulan dan sifulan yang tidak benar mengatur ini dan itu, atau malah menyalahkan hujan. Cukuplah jadikan pelajaran dan bahan muhasabah diri kita sendiri. Jangan merasa suci dan bersih seolah musibah ini hanya karena sifulan dan sihujan sedangkan kita tidak turut serta dalam hal ini. Apakah kita tidak punya dosa?!
Mari kita renungkan ayat yang mulia, firman Allah subhanahu wata’ala:
Jangan saling menyalahkan dan melempar tuduhan kepada orang lain. Tidak perlu kita berteriak-teriak bahwa banjir ini karena sifulan dan sifulan yang tidak benar mengatur ini dan itu, atau malah menyalahkan hujan. Cukuplah jadikan pelajaran dan bahan muhasabah diri kita sendiri. Jangan merasa suci dan bersih seolah musibah ini hanya karena sifulan dan sihujan sedangkan kita tidak turut serta dalam hal ini. Apakah kita tidak punya dosa?!
Mari kita renungkan ayat yang mulia, firman Allah subhanahu wata’ala:
ولاَ تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَاحِهَا
Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya. (QS. Al-A’raf: 56)
Sekarang coba tanyakan kepada diri kita masing-masing, kemanakah kita buang kresek makanan, botol air kemasan, setelah kita nikmati? Ketempat sampahkah ataukah tidak? Jika selama ini kita yang kerap kali membuang sampah sembarangan, tidak peduli, kemudian hari ini terjadi banjir yang merendam kita sendiri, apakah pantas dan adil kita salahkan orang lain?!
Jika kita berkelakuan seperti ini yaitu mudah menuduh sebab kesialan itu datang dari pihak-pihak tertentu tanpa mau intropeksi diri sendiri, maka kelakuan kita sama halnya dengan kelakuan Fir’aun dan kaumnya yang mudah menisbatkan kesialan kepada nabi Musa dan orang-orang beriman. Allah berfirman:
فَإِذَا جَاءَتْهُمُ الْحَسَنَةُ قَالُوا لَنَا هَٰذِهِ ۖ وَإِن تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌ يَطَّيَّرُوا بِمُوسَىٰ وَمَن مَّعَهُ ۗ أَلَا إِنَّمَا طَائِرُهُمْ عِندَ اللَّهِ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ
Kemudian apabila datang kepada mereka kemakmuran, mereka berkata: “Itu adalah karena (usaha) kami”. Dan jika mereka ditimpa kesusahan, mereka lemparkan sebab kesialan itu kepada Musa dan orang-orang yang besertanya. Ketahuilah, sesungguhnya kesialan mereka itu adalah ketetapan dari Allah, akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. (QS. Al-A’raf: 131)
Oleh sebab itu, banjir yang melanda adalah bahan muhasabah diri kita masing-masing, bukan untuk menyalahkan orang lain, lihat dimana kita berada. Apakah kita ini orang baik yang selalu berusaha memperbaiki, baik memperbaiki hubungan dengan Allah atau hubungan dengan lingkungan, atau malah kitalah yang selama ini merusak tapi kita tidak kunjung sadar. Allah timpakan banjir hendaknya kita intropeksi bukan malah menghina dan menjelekkan pihak-pihak tertentu.
Semoga bermanfaat.
Ditulis oleh: Zahir al-Minangkabawi
artikel maribaraja.com
Oleh sebab itu, banjir yang melanda adalah bahan muhasabah diri kita masing-masing, bukan untuk menyalahkan orang lain, lihat dimana kita berada. Apakah kita ini orang baik yang selalu berusaha memperbaiki, baik memperbaiki hubungan dengan Allah atau hubungan dengan lingkungan, atau malah kitalah yang selama ini merusak tapi kita tidak kunjung sadar. Allah timpakan banjir hendaknya kita intropeksi bukan malah menghina dan menjelekkan pihak-pihak tertentu.
Semoga bermanfaat.
Ditulis oleh: Zahir al-Minangkabawi
artikel maribaraja.com
Tidak ada komentar: