Rutinitas akhir tahun tersebut di antaranya, menjamurnya diskon di pelbagai pusat pembelanjaan; fashion, HP, elektronik, atau sembako.
Meskipun, awal dan akhir tahun di Saudi sejatinya adalah bulan Dzulhijjah-Muharram. Belakangan gaji pegawai negeri mengikuti penanggalan Masehi, tetapi budaya dan surat menyurat masih berpatokan kalender Hijriyah.
Adalah Rassd News Network, yang menviralkan sebuah foto pohon natal dengan caption: “Untuk pertama kali dalam sejarah…. Saudi merayakan christmas.”
Dijelaskan, bahwa Saudi menyelenggarakan perayaan natal di ibukota Riyadh pada 31 Desember, termasuk berbagai macam acara. Setelah sebelumnya perayaan tahun baru dan pohon natal dilarang.
Kemudian sebuah akun twitter “Kalender Saudi” men-share info perayaan Malam Tahun Baru dengan beragam acara, seperti pertunjukan api dan lain sebagainya. Lokasinya di daerah gurun pasir Malham, 1 jam dari kota Riyadh.
Dua acara yang berdekatan waktunya tersebut, seperti melengkapi kehebohan di Saudi yang akhir-akhir ini berubah, menjajakan kemaksiatan secara terbuka.
Tentang natal, info tersebut berasal dari media di Mesir yang dikenal selalu mengangkat berita yang mendisreditkan Saudi. Benar tidaknya berita yang dishare, sama sekali bukan ukuran media tersebut.
Ketika Rassd menyebarkan sebuah video berisi seorang wanita berhijab berjoget di keremunan massa di Riyadh, media tersebut ingin menyampaikan imej kepada netizen; keburukan di Saudi merajalela. Padahal telah jelas bahwa kasus tersebut dilaporkan dan si wanita ditangkap karena melanggar “Dzauq ‘Ammah.”
Pohon natal yang diklaim berada di Riyadh, tidak disebutkan di hotel atau mall mana. Tidak seperti di negara tetangga Saudi, mudah ditemui perayaan natal, pohon cemara simbol natal atau patung sinterklas dipajang di pusat perbelanjaan atau lobi hotel.
Maka, pertanyaan besar bagi media Rassd, mampukah menyajikan berita yang menjelaskan apa, kapan, siapa, dimana, kenapa dan bagaimana (5W+1H)? Atau seperti kebiasaannya hanya menyebar sesuatu untuk mencitrakan Saudi ini dan itu?
Sampai tulisan ini dirilis, tidak ada satupun media yang mengabarkan perayaan natal diizinkan atau sepengetahuan pemerintah Arab Saudi. Sementara kehidupan di bulan penghujung tahun ini, berjalan seperti apa adanya; weekend di hari Jum’at dan Sabtu, sisanya weekdays, hari-hari beraktivitas.
Di jalanan, tidak ada lambang atau simbol perayaan natal. Toko, pasar atau pusat perbelanjaan pun tidak ada yang menjual pernak-pernik natal, patung Santa Claus, kereta rusa, hadiah atau hal-hal terkait syiar natal. Jadi, di mana pemerintah Saudi merayakan natal? Ya, di media-media anti Saudi.
Media sosial dihebohkan lagi viral berita perayaan natal dan pesta malam akhir tahun (lailah ro`s as-sannah) di Arab Saudi. Sementara itu, di dunia nyata, suasana di Saudi berjalan rutin seperti tahun-tahun sebelumnya.
ini adalah hoax jika ada yang mengabarkan pemerintah Arab Saudi melegalkan perayaan Natal. Bahkan sambutan (tahniah) selamat pun, tidak pernah terucapkan.
Begitupula, toko, mall, pasar atau restoran tidak satupun yang menjadikan natal sebagai ajang promosi atau ikut merayakan dengan menghias tempatnya dengan suasana hari raya umat Kristiani. Hal ini terbukti dengan vlog dari salah seorang TKI di Wilayah Timur
Adapun twitter “Kalender Saudi” yang men-share info perayaan Malam Tahun Baru, lansung menjadi headline di pelbagai media mainstream dunia.
Media online fimadani.net misalnya, tanpa sabar menunggu konfirmasi dari Pemerintah Arab Saudi, langsung membuat judul “Pertama Kali Dalam Sejarah, Arab Saudi Mengadakan Perayaan Tahun Baru Masehi“
Pada hari Jum’at (17/12) ini, khatib shalat Jum’at di Arab Saudi mengangkat tema tentang larangan meniru (tasyabuh) budaya orang kafir, seperti memperingati malam Tahun Baru.
Sementara pemerintah Arab Saudi, melalui General Entertainment Authority (GEA) menyampaikan bahwa rencana acara perayaan tahun baru 2020 yang diunggah di akun twitter KSA-EV merupakan acara yang belum mendapatkan izin alias ilegal.
Dalam keterangan (bayan) GEA yang diunggah di akun resmi twitter, memastikan bahwa telah melarang Event Organizer tersebut menyelenggarakan pesta perayaan akhir tahun. Sekaligus, akan menindaknya sebagaimana peraturan yang berlaku.
Oleh karenanya, telah jelas posisinya, bahwa natal dan tahun baru tidak mendapatkan tempat di Arab Saudi. Meski, akhir-akhir ini telah dibuka keran keterbukaannya dengan izin berbagai macam even yang mengundang maksiat.
Seperti biasanya, media yang semangat menulis keburukan Saudi, sering kali mendahulukan merilis berita yang mengesankan negatif daripada menyebar kebaikannya. Kini, mereka apakah akan merilis Bayan dari GEA tentang larangan perayaan malam tahun baru tersebut atau tidak?
sumber : https://saudinesia.com/
Meskipun, awal dan akhir tahun di Saudi sejatinya adalah bulan Dzulhijjah-Muharram. Belakangan gaji pegawai negeri mengikuti penanggalan Masehi, tetapi budaya dan surat menyurat masih berpatokan kalender Hijriyah.
Adalah Rassd News Network, yang menviralkan sebuah foto pohon natal dengan caption: “Untuk pertama kali dalam sejarah…. Saudi merayakan christmas.”
Dijelaskan, bahwa Saudi menyelenggarakan perayaan natal di ibukota Riyadh pada 31 Desember, termasuk berbagai macam acara. Setelah sebelumnya perayaan tahun baru dan pohon natal dilarang.
Kemudian sebuah akun twitter “Kalender Saudi” men-share info perayaan Malam Tahun Baru dengan beragam acara, seperti pertunjukan api dan lain sebagainya. Lokasinya di daerah gurun pasir Malham, 1 jam dari kota Riyadh.
Dua acara yang berdekatan waktunya tersebut, seperti melengkapi kehebohan di Saudi yang akhir-akhir ini berubah, menjajakan kemaksiatan secara terbuka.
Tentang natal, info tersebut berasal dari media di Mesir yang dikenal selalu mengangkat berita yang mendisreditkan Saudi. Benar tidaknya berita yang dishare, sama sekali bukan ukuran media tersebut.
Ketika Rassd menyebarkan sebuah video berisi seorang wanita berhijab berjoget di keremunan massa di Riyadh, media tersebut ingin menyampaikan imej kepada netizen; keburukan di Saudi merajalela. Padahal telah jelas bahwa kasus tersebut dilaporkan dan si wanita ditangkap karena melanggar “Dzauq ‘Ammah.”
Pohon natal yang diklaim berada di Riyadh, tidak disebutkan di hotel atau mall mana. Tidak seperti di negara tetangga Saudi, mudah ditemui perayaan natal, pohon cemara simbol natal atau patung sinterklas dipajang di pusat perbelanjaan atau lobi hotel.
Maka, pertanyaan besar bagi media Rassd, mampukah menyajikan berita yang menjelaskan apa, kapan, siapa, dimana, kenapa dan bagaimana (5W+1H)? Atau seperti kebiasaannya hanya menyebar sesuatu untuk mencitrakan Saudi ini dan itu?
Sampai tulisan ini dirilis, tidak ada satupun media yang mengabarkan perayaan natal diizinkan atau sepengetahuan pemerintah Arab Saudi. Sementara kehidupan di bulan penghujung tahun ini, berjalan seperti apa adanya; weekend di hari Jum’at dan Sabtu, sisanya weekdays, hari-hari beraktivitas.
Di jalanan, tidak ada lambang atau simbol perayaan natal. Toko, pasar atau pusat perbelanjaan pun tidak ada yang menjual pernak-pernik natal, patung Santa Claus, kereta rusa, hadiah atau hal-hal terkait syiar natal. Jadi, di mana pemerintah Saudi merayakan natal? Ya, di media-media anti Saudi.
Media sosial dihebohkan lagi viral berita perayaan natal dan pesta malam akhir tahun (lailah ro`s as-sannah) di Arab Saudi. Sementara itu, di dunia nyata, suasana di Saudi berjalan rutin seperti tahun-tahun sebelumnya.
ini adalah hoax jika ada yang mengabarkan pemerintah Arab Saudi melegalkan perayaan Natal. Bahkan sambutan (tahniah) selamat pun, tidak pernah terucapkan.
Begitupula, toko, mall, pasar atau restoran tidak satupun yang menjadikan natal sebagai ajang promosi atau ikut merayakan dengan menghias tempatnya dengan suasana hari raya umat Kristiani. Hal ini terbukti dengan vlog dari salah seorang TKI di Wilayah Timur
Adapun twitter “Kalender Saudi” yang men-share info perayaan Malam Tahun Baru, lansung menjadi headline di pelbagai media mainstream dunia.
Media online fimadani.net misalnya, tanpa sabar menunggu konfirmasi dari Pemerintah Arab Saudi, langsung membuat judul “Pertama Kali Dalam Sejarah, Arab Saudi Mengadakan Perayaan Tahun Baru Masehi“
Pada hari Jum’at (17/12) ini, khatib shalat Jum’at di Arab Saudi mengangkat tema tentang larangan meniru (tasyabuh) budaya orang kafir, seperti memperingati malam Tahun Baru.
Sementara pemerintah Arab Saudi, melalui General Entertainment Authority (GEA) menyampaikan bahwa rencana acara perayaan tahun baru 2020 yang diunggah di akun twitter KSA-EV merupakan acara yang belum mendapatkan izin alias ilegal.
بيان بخصوص فعالية الاحتفال برأس السنه الميلادية pic.twitter.com/rmhqTnLiuU— الهيئة العامة للترفيه (@GEA_SA) December 27, 2019
Dalam keterangan (bayan) GEA yang diunggah di akun resmi twitter, memastikan bahwa telah melarang Event Organizer tersebut menyelenggarakan pesta perayaan akhir tahun. Sekaligus, akan menindaknya sebagaimana peraturan yang berlaku.
Oleh karenanya, telah jelas posisinya, bahwa natal dan tahun baru tidak mendapatkan tempat di Arab Saudi. Meski, akhir-akhir ini telah dibuka keran keterbukaannya dengan izin berbagai macam even yang mengundang maksiat.
Seperti biasanya, media yang semangat menulis keburukan Saudi, sering kali mendahulukan merilis berita yang mengesankan negatif daripada menyebar kebaikannya. Kini, mereka apakah akan merilis Bayan dari GEA tentang larangan perayaan malam tahun baru tersebut atau tidak?
sumber : https://saudinesia.com/
Tidak ada komentar: