Seorang pemuda membawa ayahnya yang telah tua dan agak pikun ke sebuah restoran terbaik di kotanya.
Ketika makan, tangan sang ayah gemetar sehingga banyak makanan tumpah dan tercecer mengotori meja, lantai, dan bajunya sendiri.
Beberapa pengunjung restoran, melirik situasi tersebut.
Namun pemuda itu terlihat begitu tenang. Ia membantu dengan sabar dan menanti sang ayah selesai makan. Setelah selesai, ia membawa sang ayah ke kamar mandi, untuk dibersihkan tubuh dan pakaiannya dari kotoran.
Setelah itu, ia mendudukkan ayahnya kembali di kursi, dan dengan tenang ia pun membersihkan makanan yang tercecer di sekitar meja tempat ayahnya makan.
Kemudian, ia membayar tagihan makan malam pada kasir restoran itu, menghampiri ayahnya, dan menuntunnya keluar.
Pemilik restoran yang sedari tadi mencermati perilaku pelanggannya ini, bergegas keluar menyusul si pemuda yang sedang menuntun ayahnya itu.
Setelah berhasil menyusul, ia berkata, “Terima kasih, Anda telah meninggalkan sesuatu yang berharga di restoranku.”
Pemuda itu balik bertanya, “Memangnya barang berharga apa yang aku tinggalkan…?”
Sambil menepuk pundak si pemuda, pemilik restoran berkata, “Engkau telah meninggalkan pembelajaran yang mahal pada kami semua, tentang luhurnya nilai berbakti kepada orang tua.”
“Bakti” bagi setiap orang terhadap orangtuanya, tentu tidak sama satu sama lain, karena situasi yang berbeda-beda.
Tapi yang pasti bakti adalah hal yang tidak bisa kita abaikan. Seburuk apa pun rupa maupun kondisi orangtua kita, mereka tetap layak dan harus dihormati.
Mari berdoa semoga kita bisa menjadi orang tua yang berbakti kepada orang tua kita, yang masih hidup ataupun yang sudah tiada.
Dengan wasilah bakti kita itu semoga putra putri kitapun akan menjadi Anak-anak yang berbakti kepada kita orang tuanya. Aamiin.
Sumber: https://t.me/semangatsubuh
Sumber: https://t.me/semangatsubuh
Tidak ada komentar: