Zina merupakan tindak kriminal berat dalam pandangan semua agama dan dianggap asusila paling kotor oleh semua peradaban, hingga monyet pun menolak zina seperti riwayat yang disebutkan dalam shahih Bukhari. Dengan demikian, monyet lebih mulia daripada sang doktor.
Sebetulnya tiada orang yang rela berpikir kotor, berkata kotor dan bertindak kotor kecuali orang yang memang menyimpan paham kotor atau tujuan kotor, sehingga apa pun bentuk kegilaan harus dianggap waras dan sehat.
Kenapa ada seorang doktor yang seharusnya mampu menghadirkan berbagai macam tulisan yang berbobot yang menunjukkan ketinggian intelektual dan keluhuran moralitas, ternyata rela menuangkan gagasan busuk dan pemikiran keropos serta tulisan comberan.
Hanya demi mengejar keuntungan dan ketenaran akademis murahan, dia ikhlas kuliah bertahun-tahun dengan berbagai macam pengorbanan baik waktu, harta, pikiran, dan tenaga yang berakhir dengan membawa gagasan yang orang tidak pernah kenal bangku sekolah pun tahu ZINA ITU HARAM.
Benar kata Syaddad bin Aus Radiallahu Anhu berkata, Wahai sisa-sisa orang Arab, Wahai sisa-sisa orang Arab! Sesungguhnya yang paling aku takutkan atas kalian adalah riya dan syahwat tersembunyi, ditanyakan kepada Abu Daud, Apakah yang dimaksudkan syahwat tersembunyi? Beliau berkata, Cinta popularitas.
Ciri khas seorang intelektual senantiasa berpikir benar, berkata benar dan bertindak benar sejalan dengan amanah firman Allah,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا [الأحزاب :70]
Hai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kamu sekalian kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar.
Ayat di atas memberi isyarat bahwa muara seluruh pikiran, ucapan dan tindakan yang benar berasal dari takwa kepada Allah, sementara takwa tersebut hanya bisa tumbuh dari keadaan hati yang lebih takut kepada Allah daripada kepada manusia, lebih merasa diawasi oleh malaikat daripada diawasi oleh guru besar yang meloloskan disertasi sampah, karena mereka paham setiap yang mereka katakan dicatat oleh malaikat sebagaimana firman Allah,
مَّا يَلْفِظُ مِن قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ [ق : 18]
Tiada suatu ucapan pun yang dikatakan melainkan ada malaikat pengawas yang selalu hadir.
Bagaimana ada seorang yang mengangkat simbol intelektualitas dengan kedunguan berpikir dan kepandiran bersikap, padahal Allah mendudukkan tingkat intelektualitas ulama begitu tinggi, luhur dan mulia sebagaimana firman Allah,
Bagaimana ada seorang yang mengangkat simbol intelektualitas dengan kedunguan berpikir dan kepandiran bersikap, padahal Allah mendudukkan tingkat intelektualitas ulama begitu tinggi, luhur dan mulia sebagaimana firman Allah,
شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ وَالْمَلَائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ ۚ[آل عمران : 18]
Allah menyaksikan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia, dan para malaikat dan orang-orang yang berilmu yang menegakkan keadilan.
Akal sehat yang berhias dengan kebenaran wahyu pasti akan melahirkan kebenaran dalam berpikir, kearifan dalam berucap dan keadilan dalam bertindak, sehingga seluruh kreasi intelektual disuguhkan pada pengabdian untuk menegakkan keadilan dan kebenaran tanpa dikotori dengan kebodohan, kedunguan dan kefanatisan akademis berbasis pada pedagogis iblis, sehingga menghasilkan sampah, racun, buih dan benalo akademis, bahkan bencana keilmuan.
Benar kata Imam Ibnu Baththah rahimahullah berkata, Ketahuilah wahai saudaraku, setelah aku renungkan tentang penyebab sekelompok kaum dari Ahli Sunnah wal Jamaah terjerumus ke dalam kebidahan dan kesesatan maka kita temukan dikarenakan dua hal:
Pertama, Membahas, mendalami dan menyoal tentang sesuatu yang tidak ada gunanya, bodohnya tidak membahayakan orang berakal dan tahunya tidak bermanfaat bagi orang beriman.
Kedua, Berteman dengan orang yang tidak aman fitnahnya dan bergaul dengannya merusak hati.
Apabila tujuan dunia mengemuka pada diri seorang hamba, maka ia akan memilih pujian dan sanjungan dan tidak suka celaan dan kritikan. Bahkan hal itu bisa mendorongnya untuk banyak meninggalkan kebenaran lantaran takut dicela dan ditinggalkan manusia dan sering melakukan kebatilan karena berharap pujian dan ridha manusia.
ZAINAL ABIDIN SYAMSUDDIN Lc. M M.
Akal sehat yang berhias dengan kebenaran wahyu pasti akan melahirkan kebenaran dalam berpikir, kearifan dalam berucap dan keadilan dalam bertindak, sehingga seluruh kreasi intelektual disuguhkan pada pengabdian untuk menegakkan keadilan dan kebenaran tanpa dikotori dengan kebodohan, kedunguan dan kefanatisan akademis berbasis pada pedagogis iblis, sehingga menghasilkan sampah, racun, buih dan benalo akademis, bahkan bencana keilmuan.
Benar kata Imam Ibnu Baththah rahimahullah berkata, Ketahuilah wahai saudaraku, setelah aku renungkan tentang penyebab sekelompok kaum dari Ahli Sunnah wal Jamaah terjerumus ke dalam kebidahan dan kesesatan maka kita temukan dikarenakan dua hal:
Pertama, Membahas, mendalami dan menyoal tentang sesuatu yang tidak ada gunanya, bodohnya tidak membahayakan orang berakal dan tahunya tidak bermanfaat bagi orang beriman.
Kedua, Berteman dengan orang yang tidak aman fitnahnya dan bergaul dengannya merusak hati.
Apabila tujuan dunia mengemuka pada diri seorang hamba, maka ia akan memilih pujian dan sanjungan dan tidak suka celaan dan kritikan. Bahkan hal itu bisa mendorongnya untuk banyak meninggalkan kebenaran lantaran takut dicela dan ditinggalkan manusia dan sering melakukan kebatilan karena berharap pujian dan ridha manusia.
ZAINAL ABIDIN SYAMSUDDIN Lc. M M.
Tidak ada komentar: