Di antara kesalahan pendidik atau orang tua ialah menanamkan perasaan kepada anak agar takut kepada manusia atau makhluk. Misalnya: ketika anak melakukan pelanggaran, sang ibu berkata, “Awas, jika ayahmu datang, kamu akan dipukuli! Kamu akan diusir!." Atau ketika pendidik menjumpai anak didiknya susah diatur, dia mengancam, "Aku akan jemur kamu di bawah terik matahari!, Aku bawa kamu ke polisi", atau perkataan lainnya.
Kata-kata ini tentu akan membuat sedih hati anak yang belum sampai umur dan merasa ketakutan. Mungkin anak akan kabur dari rumah, enggan masuk sekolah karena tindakan orang tua atau pendidik yang keliru.
Kita dilarang menanamkan pada anak kecil perasaan takut kepada manusia atau kepada makhluk yang membahayakan kepada pemikiran anak. Allah Subhanahu wata'ala berfirman:
Tatkala anak melanggar larangan Allah, enggan mengerjakan yang wajib, atau melanggar yang haram, hendaknya orang tua atau pendidik menanamkan kepada mereka perasaan takut akan siksaan Allah, bukan takut kepada hantu, takut kepada bapak, polisi dan yang lainnya.
Ketika anak membentak orang tua, memukul saudaranya, mengambil barang yang bukan miliknya, atau meninggalkan perintah yang wajib, enggan makan dengan tangan kanan atau pelanggaran lainnya, maka orang tua atau pendidik hendaknya tidak mengancam mereka dengan ancaman akan dipukul oleh orang tua, guru dan lainnya, tetapi nasihati mereka agar takut siksaan Allah Azza wajalla.
Oleh karena itu orang tua hendaknya melatih anaknya agar takut hanya kepada Allah Azza wajalla semenjak masih kecil, mulai dia bisa bicara dan berfikir sekalipun belum sempurna. Demikianlah seharusnya kita mendidik anak, agar anak tetap shalih dan shalihah. Semoga Allah memberi hidayah kepada kita semua tatkala mendidik anak kita, dan semoga menjadi anak yang baik akhlaknya.
Semoga bermanfaat.
Oleh: Ust. Aunur Rofiq bin Ghufron, Lc
artikel maribaraja.com
Kita dilarang menanamkan pada anak kecil perasaan takut kepada manusia atau kepada makhluk yang membahayakan kepada pemikiran anak. Allah Subhanahu wata'ala berfirman:
فَلَا تَخَافُوهُمۡ وَخَافُونِ إِن كُنتُم مُّؤۡمِنِینَ
Karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika kamu benar-benar orang yang beriman. (QS. Āli ‘Imrān: 175)
Anak yang penakut tentu berbahaya bagi perkembangan fisik dan akalnya. Akan hilang sifat berani yang menunjang perkembangan pikirannya. Anak penakut lebih suka menyendiri daripada bergaul dengan ayahnya atau guru yang berwatak keras, suka mengancam dan memukul, bahkan akan menjauhi temannya, karena dia malu dicaci dan dihukum oleh orang tua dan gurunya.
Ketika anak mau keluar malam, mau ke WC, ditakut-takuti oleh ibunya “Nanti kamu akan diambil genderuwo". Kata-kata ini akan direkam oleh anak, sehingga anak akan takut keluar malam kapan saja, di mana saja.
Ketika anak sering dibentak dan dimarahi oleh orang tuanya, tentu dia akan takut berkomunikasi dengan orang tuanya, bahkan orang lain. Maka waspadalah wahai orang tua. Jangan sampai memberi pendidikan yang mengakibatkan anak bertambah ketakutan kepada makhluk, tetapi tanamkan perasaan takut kepada Allah Azza wajalla ketika mereka melanggar dan meninggalkan perintah, sekalipun mereka belum baligh.
Kapankah anak perlu ditanamkan perasaan takut kepada makhluk?
Yaitu ketika anak melakukan pelanggaran yang mengakibatkan rusak badan dan pemikirannya, misalnya; mereka bermain api, pisau, benda berbahaya lainnya, ataudi tempat yang ada binatang buasnya, atau berteman dengan yang suka memukul, maka orang tua hendaknya menasihatinya dengan mengucapkan semisal, "Awas, tanganmu terbakar nanti!, Hati-hati, kamu digigit ular nanti!, “Hati-hati, kamu dipukul oleh dia". Itu semua merupakan nasihat kepada anak agar menjauhi hal yang membahayakan dirinya. Ini termasuk takut secara tabiat yang manusiawi, dan tentunya tidak tercela.
Syaikh Abdurrahman Alu Syaikh berkata, "Takut jenis ketiga: Takut pembawaan manusia (tabiat), yaitu takut kepada musuh, binatang buas atau selain itu, maka ini tidak tercela, sebagaimana Allah Subhanahu wata'ala menceritakan kisah Nabi Musa Alaihissalam ketika ketakutan,
Anak yang penakut tentu berbahaya bagi perkembangan fisik dan akalnya. Akan hilang sifat berani yang menunjang perkembangan pikirannya. Anak penakut lebih suka menyendiri daripada bergaul dengan ayahnya atau guru yang berwatak keras, suka mengancam dan memukul, bahkan akan menjauhi temannya, karena dia malu dicaci dan dihukum oleh orang tua dan gurunya.
Ketika anak mau keluar malam, mau ke WC, ditakut-takuti oleh ibunya “Nanti kamu akan diambil genderuwo". Kata-kata ini akan direkam oleh anak, sehingga anak akan takut keluar malam kapan saja, di mana saja.
Ketika anak sering dibentak dan dimarahi oleh orang tuanya, tentu dia akan takut berkomunikasi dengan orang tuanya, bahkan orang lain. Maka waspadalah wahai orang tua. Jangan sampai memberi pendidikan yang mengakibatkan anak bertambah ketakutan kepada makhluk, tetapi tanamkan perasaan takut kepada Allah Azza wajalla ketika mereka melanggar dan meninggalkan perintah, sekalipun mereka belum baligh.
Kapankah anak perlu ditanamkan perasaan takut kepada makhluk?
Yaitu ketika anak melakukan pelanggaran yang mengakibatkan rusak badan dan pemikirannya, misalnya; mereka bermain api, pisau, benda berbahaya lainnya, ataudi tempat yang ada binatang buasnya, atau berteman dengan yang suka memukul, maka orang tua hendaknya menasihatinya dengan mengucapkan semisal, "Awas, tanganmu terbakar nanti!, Hati-hati, kamu digigit ular nanti!, “Hati-hati, kamu dipukul oleh dia". Itu semua merupakan nasihat kepada anak agar menjauhi hal yang membahayakan dirinya. Ini termasuk takut secara tabiat yang manusiawi, dan tentunya tidak tercela.
Syaikh Abdurrahman Alu Syaikh berkata, "Takut jenis ketiga: Takut pembawaan manusia (tabiat), yaitu takut kepada musuh, binatang buas atau selain itu, maka ini tidak tercela, sebagaimana Allah Subhanahu wata'ala menceritakan kisah Nabi Musa Alaihissalam ketika ketakutan,
فَخَرَجَ مِنۡهَا خَاۤىِٕفا یَتَرَقَّبُۖ قَالَ رَبِّ نَجِّنِی مِنَ ٱلۡقَوۡمِ ٱلظَّـٰلِمِینَ
Maka keluarlah Musa dari kota itu dengan rasa takut menunggu-nunggu dengan khawatir, dia berdoa, "Ya Rabbku, selamatkanlah aku dari orang-orang yang zalim itu.” (QS. al-Qashash: 21)
Anak wajib dilatih takut kepada Allah Azza wajalla
Orang tua atau pendidik hendaknya mengajari anaknya membiasakan diri takut kepada Allah, sekalipun mereka belum mampu memahaminya dengan sempurna.
Anak wajib dilatih takut kepada Allah Azza wajalla
Orang tua atau pendidik hendaknya mengajari anaknya membiasakan diri takut kepada Allah, sekalipun mereka belum mampu memahaminya dengan sempurna.
Tatkala anak melanggar larangan Allah, enggan mengerjakan yang wajib, atau melanggar yang haram, hendaknya orang tua atau pendidik menanamkan kepada mereka perasaan takut akan siksaan Allah, bukan takut kepada hantu, takut kepada bapak, polisi dan yang lainnya.
Ketika anak membentak orang tua, memukul saudaranya, mengambil barang yang bukan miliknya, atau meninggalkan perintah yang wajib, enggan makan dengan tangan kanan atau pelanggaran lainnya, maka orang tua atau pendidik hendaknya tidak mengancam mereka dengan ancaman akan dipukul oleh orang tua, guru dan lainnya, tetapi nasihati mereka agar takut siksaan Allah Azza wajalla.
Oleh karena itu orang tua hendaknya melatih anaknya agar takut hanya kepada Allah Azza wajalla semenjak masih kecil, mulai dia bisa bicara dan berfikir sekalipun belum sempurna. Demikianlah seharusnya kita mendidik anak, agar anak tetap shalih dan shalihah. Semoga Allah memberi hidayah kepada kita semua tatkala mendidik anak kita, dan semoga menjadi anak yang baik akhlaknya.
Semoga bermanfaat.
Oleh: Ust. Aunur Rofiq bin Ghufron, Lc
artikel maribaraja.com
Tidak ada komentar: