Demikian pemahaman sebagian orang, dan bahkan demikian sebagian orang mengajarkan kepada murid muridnya. Maka hasilnya ya seperti yang sudah diketahui bersama.
Benarkah demikian kejadiannya?
Simak riwayatnya sebagai berikut:
عَبْدِ اللَّهِ بْنِ شَدَّادٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ خَرَجَ عَلَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي إِحْدَى صَلَاتَيْ الْعَشِيِّ الظُّهْرِ أَوْ الْعَصْرِ وَهُوَ حَامِلُ حَسَنٍ أَوْ حُسَيْنٍ فَتَقَدَّمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَوَضَعَهُ ثُمَّ كَبَّرَ لِلصَّلَاةِ فَصَلَّى فَسَجَدَ بَيْنَ ظَهْرَيْ صَلَاتِهِ سَجْدَةً أَطَالَهَا قَالَ إِنِّي رَفَعْتُ رَأْسِي فَإِذَا الصَّبِيُّ عَلَى ظَهَرِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ سَاجِدٌ فَرَجَعْتُ فِي سُجُودِي فَلَمَّا قَضَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الصَّلَاةَ قَالَ النَّاسُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّكَ سَجَدْتَ بَيْنَ ظَهْرَيْ الصَّلَاةِ سَجْدَةً أَطَلْتَهَا حَتَّى ظَنَنَّا أَنَّهُ قَدْ حَدَثَ أَمْرٌ أَوْ أَنَّهُ يُوحَى إِلَيْكَ قَالَ كُلُّ ذَلِكَ لَمْ يَكُنْ وَلَكِنَّ ابْنِي ارْتَحَلَنِي فَكَرِهْتُ أَنْ أُعَجِّلَهُ حَتَّى يَقْضِيَ حَاجَتَهُ
Abdullah bin Syaddad mendengar cerita dari ayahnya, bahwa suatu hari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam keluar dari rumah beliau untuk memimpin kami mendirikan shalat zhuhur atau ashar (perawi ragu). Beliau keluar dengan membawa salah satu cucunya Hasan atau Husain,.
Setiba di masjid, beliau segera maju untuk menjadi imam, dan beliau meletakkan cucunya itu ( di dekat tempat beliau berdiri ). Kemudian beliau segera mengucapkan takbiratul ihram.
Di tengah tengah shalat, beliau bersujud dan memanjangkan sujudnya.
Sahabat Syaddad berkata: Karena begitu lama sujud beliau, maka aku memberanikan diri mengangkat kepalaku, dan ternyata cucu beliau sedang menunggangi punggung Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, yang sedang sujud, maka akupun segera kembali ke posisi sujudku.
Setelah beliau usai dari shalat, sebagian sahabat bertanya: Wahai Rasulullah, tadi engkau di tengah shalat, bersujud begitu lama, sampai sampai kami menduga telah terjadi sesuatu kejadian atau engkau sedang menerima wahyu.
Beliau menjawab: semua itu tidak terjadi, akan tetapi aku ditunggangi oleh cucuku, dan aku tidak ingin menghentikannya sampai ia merasa puas. (ِAhmad dan lainya)
Apakah kejadian ini terjadi setiap hari? atau minimal sering terjadi?
Coba cermati lagi haditsnya: andai kejadian ini sering terjadi, mana mungkin para sahabat bertanya alasan beliau memanjangkan sujud ?
Dan apakah yang dilakukan oleh cucu Nabi shallallahu 'alaihimas salam?
Apakah ia berteriak-teriak?
apakah ia berlari lari?
Apakah ia membawa mainan yang dipermainkan bersama teman temannya?
Apakah ia berjalan keliling diantara shaf shaf shalat, atau menyela nyela jamaah shalat untuk berkejar kejaran bagaikan adegan film tom and jerry ?
Agar lebih jelas, simak penuturan sahabat lain, yaitu sahabat Abu Hurairah radhiallahu 'anhu:
Setiba di masjid, beliau segera maju untuk menjadi imam, dan beliau meletakkan cucunya itu ( di dekat tempat beliau berdiri ). Kemudian beliau segera mengucapkan takbiratul ihram.
Di tengah tengah shalat, beliau bersujud dan memanjangkan sujudnya.
Sahabat Syaddad berkata: Karena begitu lama sujud beliau, maka aku memberanikan diri mengangkat kepalaku, dan ternyata cucu beliau sedang menunggangi punggung Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, yang sedang sujud, maka akupun segera kembali ke posisi sujudku.
Setelah beliau usai dari shalat, sebagian sahabat bertanya: Wahai Rasulullah, tadi engkau di tengah shalat, bersujud begitu lama, sampai sampai kami menduga telah terjadi sesuatu kejadian atau engkau sedang menerima wahyu.
Beliau menjawab: semua itu tidak terjadi, akan tetapi aku ditunggangi oleh cucuku, dan aku tidak ingin menghentikannya sampai ia merasa puas. (ِAhmad dan lainya)
Apakah kejadian ini terjadi setiap hari? atau minimal sering terjadi?
Coba cermati lagi haditsnya: andai kejadian ini sering terjadi, mana mungkin para sahabat bertanya alasan beliau memanjangkan sujud ?
Dan apakah yang dilakukan oleh cucu Nabi shallallahu 'alaihimas salam?
Apakah ia berteriak-teriak?
apakah ia berlari lari?
Apakah ia membawa mainan yang dipermainkan bersama teman temannya?
Apakah ia berjalan keliling diantara shaf shaf shalat, atau menyela nyela jamaah shalat untuk berkejar kejaran bagaikan adegan film tom and jerry ?
Agar lebih jelas, simak penuturan sahabat lain, yaitu sahabat Abu Hurairah radhiallahu 'anhu:
كنا نصلي مع رسول الله صلى الله عليه و سلم العشاء فإذا سجد وثب الحسن والحسين على ظهره فإذا رفع رأسه أخذهما بيده من خلفه أخذا رفيقا ويضعهما على الأرض فإذا عاد عادا
Suatu hari kami mendirkan shalat Isya' bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Bila beliau sujud, maka segera Al Hasan dan Al Husain meloncat menaiki punggung beliau. BIla tiba saatnya bangkit dari sujud, beliau secara perlahan lahan menarik keduanya dari arah belakang, dan mendudukkan keduanya di lantai. Dan bila beliau kembali bersujud, maka keduanya juga kembali melakukan hal serupa. (Ahmad dll)
Pada hadits lain Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
Pada hadits lain Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
( إني لأدخل في الصلاة وأنا أريد إطالتها فأسمع بكاء الصبي فأتجوز في صلاتي مما أعلم من شدة وجد أمه من بكائه )
Kadang kala aku memulai shalat, sedangkan aku berkeinginan memanjangkan shalat, tiba tiba aku mendengar suara tangis anak kecil, maka akupun memendekkan shalat, karena aku menyadari betapa susahnya perasan ibu kandung anak kecil yang menangis tersebut
Pada riwayat lain, beliau bersabda:
Pada riwayat lain, beliau bersabda:
مخافة أن تفتن أمه
Kawatir ibadah shalat ibu kandung anak yang menangis itu menjadi rusak atau (terganggu). (Muttafaqun 'alaih)
Demikianlah wanita yang sejati, namun demikiankah wanita wanita sekarang, yang membawa anak anak kecil ke masjid atau majlis pengajian?
Sebagian ibu milenial, anaknya menangis, menjerit karena memperebutkan mainan atau lainnya, atau anaknya lari lari blusukan dari satu shaf ke shaf lainnya, atau menyusuri shaf shalat, seakan tidak terjadi apa apa. Bahkan seusai shalatpun sang ibu hidup damai tentram "khusyu' dalam ibadah dan dzikirnya".
Ibu itu nampaknya berbaik sangka bahwa jamah masjid atau pengajian tetap khusyu' dan konsentrasi penuh walau anaknya lari-lari kesana sini, blusukan di antara shaf atau kegaduhan lainnya.
Lalu bagaimana dong, bukankah kita diperintahkan untuk mengajari anak anak kita untuk mendirikan shalat ?
Betul, namun simak kembali keteladan Nabi shallallahu 'alaihi wa salam di atas, beliau meletakkan cucunya di sebelah beliau, bukan melepasnya di pintu masuk masjid, lalu sang anak segera meluncur dan bersatu dengan kawan kawannya dan tidak pula dengan membekali sang anak dengan sejumlah mainan, yang siap dimainkan bersama temannya, .
Karena itu dalam kisah lain, beliau mendirikan shalat sambil menggendong cucu beliau yang lain, yang bernama Umamah Bintu Abi Al 'Ash radhiallahu 'anhuma.
Semoga mencerahkan.
Demikianlah wanita yang sejati, namun demikiankah wanita wanita sekarang, yang membawa anak anak kecil ke masjid atau majlis pengajian?
Sebagian ibu milenial, anaknya menangis, menjerit karena memperebutkan mainan atau lainnya, atau anaknya lari lari blusukan dari satu shaf ke shaf lainnya, atau menyusuri shaf shalat, seakan tidak terjadi apa apa. Bahkan seusai shalatpun sang ibu hidup damai tentram "khusyu' dalam ibadah dan dzikirnya".
Ibu itu nampaknya berbaik sangka bahwa jamah masjid atau pengajian tetap khusyu' dan konsentrasi penuh walau anaknya lari-lari kesana sini, blusukan di antara shaf atau kegaduhan lainnya.
Lalu bagaimana dong, bukankah kita diperintahkan untuk mengajari anak anak kita untuk mendirikan shalat ?
Betul, namun simak kembali keteladan Nabi shallallahu 'alaihi wa salam di atas, beliau meletakkan cucunya di sebelah beliau, bukan melepasnya di pintu masuk masjid, lalu sang anak segera meluncur dan bersatu dengan kawan kawannya dan tidak pula dengan membekali sang anak dengan sejumlah mainan, yang siap dimainkan bersama temannya, .
Karena itu dalam kisah lain, beliau mendirikan shalat sambil menggendong cucu beliau yang lain, yang bernama Umamah Bintu Abi Al 'Ash radhiallahu 'anhuma.
Dan perlu diingat pula bahwa dibawa ke masjid untuk diajari shalat berjamaah, bukan untuk ketemu dengan kawan-kawannya di masjid, dan juga bukan sekedar diajari alamat masjid .
Semoga mencerahkan.
sumber Dr Muhammad Arifin Badri
Tidak ada komentar: