Presiden Erdogan telah memenjarakan ratusan jurnalis yg mendukung oposisi, jumlah ini lebih banyak dari negara yg paling otoriter sekalipun. 6 Mei lalu, KPU di Turki juga telah membatalkan sepihak hasil pilkada kota Istanbul yg memenangkan calon gubernur dari pihak oposisi.
Presiden Erdogan telah menangkapi ribuan orang yg melakukan ujaran kebencian atau menghina dirinya. Di Turki, bahkan anda bisa bermasalah dengan pihak keamanan hanya karena memakai kaos atau baju bertuliskan 'HERO'. Pasca percobaan kudeta 2016, amnesty international menyebutkan sekira 57000 orang ditahan tanpa diadili dan 130ribu PNS, polisi, jaksa, tentara dipecat kehilangan pekerjaan.
Disisi lain, sejak tahun lalu ekonomi Turki juga memburuk tanpa ada tanda2 perbaikan; Inflasi dikisaran 20%, nilai tukar lira juga kehilangan nilai hampir separuh dalam kurun 1 tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi minus 3% alias resesi, pengangguran mencapai record tertinggi. Pokoknya mau dilihat dari sisi manapun, Turki is in very bad shape.
Kondisi di Turki itu sebenarnya tidak lebih baik dibanding kondisi Suriah sebelum revolusi 2011 atau bahkan bisa jadi lebih buruk dibanding Libya di zaman Moamar Khadafi. Nah, pertanyaannya mengapa di Turki setidaknya sampai hari ini tidak ada revolusi atau gerakan people power yg menuntut turunnya Presiden Erdogan? Percobaan kudeta 2016 pun hanya dilakukan segelintir orang dari kalangan militer tanpa dukungan rakyat. Tahu kenapa? Karena tidak atau belum ada provokator yg terlibat di Turki, karena memang faktanya provokator kerusakan di negeri2 muslim, Ikhwanul Muslimin mendukung pemerintah Turki.
Jadi paham ya, soub ... betapa penting peranan jahat provokator merusak suatu tatanan masyarakat. Karenanya, tinggalkan provokator yg suka bawa2 Islam, teriak jihad sana jihad sini. Jihad kaleng-kaleng itu mah ...
sumber fb katon kurniawan
Tidak ada komentar: