Hanya layangan putuslah yang terbangnya mengikuti arah angin. Dan hakikatnya pun ia bukan terbang tapi dipermainkan oleh angin, tersiksa tak tentu arah tujuan dan akhirnya tersangkut di pohon, talinya ditarik bocah-bocah hingga ia pun terkoyak-koyak.
Begitu juga kehidupan kita, terkadang kita harus menyelisi banyak orang agar selamat. Dan itu tidak apa-apa. Sebab, mayoritas bukanlah tolak ukur sebuah kebenaran, akan tetapi yang menjadi tolak ukur adalah kecocokan dengan Al-Quran dan hadits Nabi di atas pemahaman yang benar.
Bahkan, mengikuti mayoritas sangat rentan dan berpotensi besar menjatuhkan seorang ke dalam kesesatan. Allah berfirman:
وَإِن تُطِعْ أَكْثَرَ مَن فِي الأَرْضِ يُضِلُّوكَ عَن سَبِيلِ الله
“Jika engkau mengikuti kebanyakan manusia di muka bumi niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah” (QS. Al-An’am: 116)
Ketika seorang menyelisihi mayoritas lantaran pengetahuannya bahwa mayoritas tersebut berada di jalan yang salah, maka itu adalah sebuah sikap yang tepat dan terpuji.
Kita butuh menjadi layang-layang di hari ini. Ingat, kita tidak akan ditanya kenapa menyelisihi banyak orang, tapi akan ditanya kenapa menyelisi satu orang yaitu Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam.
Semoga bermanfaat.
Ditulis oleh: Zahir al-Minangkabawi
artikel maribaraja.com
Ketika seorang menyelisihi mayoritas lantaran pengetahuannya bahwa mayoritas tersebut berada di jalan yang salah, maka itu adalah sebuah sikap yang tepat dan terpuji.
Kita butuh menjadi layang-layang di hari ini. Ingat, kita tidak akan ditanya kenapa menyelisihi banyak orang, tapi akan ditanya kenapa menyelisi satu orang yaitu Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam.
Semoga bermanfaat.
Ditulis oleh: Zahir al-Minangkabawi
artikel maribaraja.com
Tidak ada komentar: