Allah Ta’ala berfirman:
2. Sesungguhnya agama para nabi adalah satu, yaitu memurnikan peribadahan kepada Allah dan meninggalkan kesyirikan, meskipun syariat mereka berbeda-beda.
3. Bahwa risalah (tauhid) ini berlaku untuk setiap umat dan hujjah telah tegak bagi seluruh umat manusia.
4. Ayat di atas menerangkan keagungan perkara tauhid dan bahwa tauhid wajib atas seluruh umat.
5. Di dalam ayat ini, terdapat kandungan kalimat Lâ Ilâha Illallâh berupa penafian (peniadaan) dan itsbat (penetapan). Hal ini menunjukkan bahwa tauhid tidak dapat ditegakkan, kecuali dengan keduanya (nafi dan itsbat). Adapun nafi saja, itu bukanlah penauhidan. Demikian pula, itsbat saja bukanlah penauhidan.
[Diringkas dari Kitab Penjelasan Ringkas Kitab Tauhid karya Syaikh Shalih Al-Fauzan]
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولاً أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
“Dan sesungguhnya, Kami telah mengutus rasul pada setiap umat (untuk menyerukan), ‘Beribadahlah kepada Allah (semata) dan jauhilah thaghut.’.” [An-Nahl: 36]
Allah Subhânahu wa Ta’ala telah mengabarkan bahwa Dia telah mengutus seorang rasul pada setiap umat dan kurun manusia, yang mengajak kepada manusia untuk beribadah kepada Allah semata dan meninggalkan peribadahan kepada selain-Nya. Allah terus mengutus para rasul-Nya kepada manusia sejak terjadinya kesyirikan pada bani Adam pada zaman Nabi Nuh hingga Allah menutup para nabi dengan Muhammad shallallâhu ‘alaihi wa sallam.
Faedah Ayat
Allah Subhânahu wa Ta’ala telah mengabarkan bahwa Dia telah mengutus seorang rasul pada setiap umat dan kurun manusia, yang mengajak kepada manusia untuk beribadah kepada Allah semata dan meninggalkan peribadahan kepada selain-Nya. Allah terus mengutus para rasul-Nya kepada manusia sejak terjadinya kesyirikan pada bani Adam pada zaman Nabi Nuh hingga Allah menutup para nabi dengan Muhammad shallallâhu ‘alaihi wa sallam.
Faedah Ayat
1. Sesungguhnya hikmah pengutusan para rasul adalah untuk berdakwah menyeru kepada tauhid dan melarang dari kesyirikan.
2. Sesungguhnya agama para nabi adalah satu, yaitu memurnikan peribadahan kepada Allah dan meninggalkan kesyirikan, meskipun syariat mereka berbeda-beda.
3. Bahwa risalah (tauhid) ini berlaku untuk setiap umat dan hujjah telah tegak bagi seluruh umat manusia.
4. Ayat di atas menerangkan keagungan perkara tauhid dan bahwa tauhid wajib atas seluruh umat.
5. Di dalam ayat ini, terdapat kandungan kalimat Lâ Ilâha Illallâh berupa penafian (peniadaan) dan itsbat (penetapan). Hal ini menunjukkan bahwa tauhid tidak dapat ditegakkan, kecuali dengan keduanya (nafi dan itsbat). Adapun nafi saja, itu bukanlah penauhidan. Demikian pula, itsbat saja bukanlah penauhidan.
[Diringkas dari Kitab Penjelasan Ringkas Kitab Tauhid karya Syaikh Shalih Al-Fauzan]
Dzulqarnain M. Sunusi
Tidak ada komentar: