Bismillaah..
Hari ini, sepulang kuliah, hati saya berdebar tak karuan, perasaan saya campur aduk, mata saya ingin menangis tapi entahlah, udara yang terlalu dingin dan kerumunan orang ramai di sini melarang air mata saya untuk keluar.
Guru saya, hari ini menyampaikan sebuah hadits, yang sebenarnya sudah sering saya dengar, terngiang ngiang di telinga saya, bahkan sampai ke tahap saya sudah hafal hadits tersebut hanya karena sering mendengarnya, bukan karena saya hafalkan dengan sengaja. Hadits itu adalah perkataan kekasih saya yg tercinta; Rosulullah Muhammad shollallahu ‘alaihi wa sallam :
Hari ini, sepulang kuliah, hati saya berdebar tak karuan, perasaan saya campur aduk, mata saya ingin menangis tapi entahlah, udara yang terlalu dingin dan kerumunan orang ramai di sini melarang air mata saya untuk keluar.
Guru saya, hari ini menyampaikan sebuah hadits, yang sebenarnya sudah sering saya dengar, terngiang ngiang di telinga saya, bahkan sampai ke tahap saya sudah hafal hadits tersebut hanya karena sering mendengarnya, bukan karena saya hafalkan dengan sengaja. Hadits itu adalah perkataan kekasih saya yg tercinta; Rosulullah Muhammad shollallahu ‘alaihi wa sallam :
يُقَالُ لِصَاحِبِ الْقُرْآنِ اقْرَأْ وَارْتَقِ وَرَتِّلْ كَمَا كُنْتَ تُرَتِّلُ فِى الدُّنْيَا فَإِنَّ مَنْزِلَكَ عِنْدَ آخِرِ آيَةٍ تَقْرَؤُهَا
Dikatakan kepada orang yang membaca (menghafalkan) al-Qur’an nanti, ‘Bacalah dan naiklah serta tartillah (bacalah) sebagaimana engkau di dunia mentartilnya (membacanya) ! Karena kedudukanmu adalah pada akhir ayat yang engkau baca (hafal).”
Tetapi, alasan hati saya terenyuh setelah mendengar hadits ini, adalah cerita yang disampaikan oleh guru saya, terjadi pada dirinya sendiri…
Pada suatu waktu, beliau menyampaikan sebuah kajian di sebuah tempat di Kota Madinah, kemudian beliau menyebutkan hadits ini, menjelaskan kepada para jemaah dengan gaya bicaranya yang sangat saya sukai, menyentuh, dari hati ke hati, membara, dan banyak lagi yang tak bisa saya ungkapkan di sini. Saya yakin, saat itu, para jemaah tersentuh hatinya sebagaimana biasanya beliau menyentuh hati saya dan teman teman dengan kalimat2 indahnya, menghidupkan jiwa yang mati di dalam diri kami, menyulutkan semangat belajar ketika datang kemalasan dan rasa kantuk.
Setelah kajian selesai, datang seorang nenek kepada beliau. Tua, renta. Umurnya kisaran 75 tahun. Bayangkan sekarang juga, nenek berumur 75 tahun. Bayangkan bagaimana lemah tubuhnya, keriput mukanya dan getaran tangan juga kakinya. Beliau datang, dengan hati yang tulus, semangat yang menggebu berkata kepada guru saya
” Wahai anakku, aku, ingin berada di tingkat yang tertinggi di surga itu, aku ingin bisa berada di sana, tapi, aku tidak bisa membaca alquran sama sekali”
Saudara saudariku yang kucintai karena Allah..
Sebelum saya melanjutkan cerita ini, saya ingin saudara saudari para pembaca semua bertanya kepada diri sendiri, bertanya berapa umurku saat ini lalu tanyakan lagi, apa ada di dalam diriku semangat menghafal alquran dan semangat mencapai surga tertinggi seperti yang dimiliki si nenek ? Tanyakan dan simpan jawabannya.
Kemudian guru saya, bergegas pergi ke kantor beliau, mengambil sebuah tas yang isinya paket lengkap kaset murottal Syekh Al Minsyawi hafizhohullahu ta’ala (saat itu belum ada/belum tersebar alquran2 digital seperti sekarang), guru saya berikan kepada nenek itu, agar nenek itu bisa menghafal dengan kaset2 itu, karena beliau sama sekali tak bisa membaca alquran.
nenek itu pulang, tentu dengan kebahagiaan yang teramat sangat, yang hanya dirasakan oleh orang orang yang bersih hatinya, yang merindu akan surga dan Robb nya ‘azza wa jalla, mulailah dari saat itu sang nenek menghafal, mendengarkan kaset pemberian guru saya setiap hari, menghafalkan 1 HALAMAN setiap harinya, menyetorkan nya kepada guru saya, kemudian duduk menghabiskan waktunya mengulang ulang hafalan di sisi guru saya
Yang terlewat saya sampaikan di awal adalah bahwa sang nenek sudah tinggal sendirian di rumahnya, karena anak2 nya sudah membangun bahtera mereka masing -masing. Sebelumnya, beliau hampir setiap hari menelpon anak-anaknya, menanyakan kabar mereka, meminta mereka mengunjunginya, menyampaikan bahwa beliau merindukan mereka dan sebagainya sampai hari hari dimana beliau mulai menghafalkan alquran, beliau melarang anak-anaknya untuk mengunjunginya kecuali di Hari Kamis dan Jumat, karena beliau tak mau waktunya banyak terbuang sebelum ajal menjemputnya. Karena dia punya tujuan, SURGA TERTINGGI.
Lihatlah bagaimana alquran memalingkan kita dari dunia.
Akan hilang sedikit demi sedikit kecintaan akan dunia bersama banyaknya ayat yang kita hafalkan. Sampai datang masanya kita memandang dunia dengan penuh kehinaan karena apa yang tersimpan di dalam dada jauh lebih mulia dibanding gemerlapnya dunia.
Singkat cerita, karena kesungguhan sang nenek dalam menghafal alquran, beliau dapat menyelesaikan hafalannya dalam waktu 2 tahun saja. Istiqomah dalam menghafal setiap harinya, mengulang hafalannya, memperbarui dan merevisi terus menerus niat beliau dalam menggapai surga, membuat Allah memudahkan beliau untuk menyelesaikan hafalannya. Bacaan beliau, jangan ditanya, mutqin, bersih dari kesalahan2, tidak kalah dari orang yang bisa membaca alquran dengan lancar.
Sebelum saya lanjutkan lagi, ingat2 lagi berapa umur nenek ini, dan kurangkan dengan umur anda. Setelah dapat selisihnya, bila tak timbul rasa malu, sepertinya ada yang perlu ditanyakan tentang hati anda.
Guru saya begitu terharu, sampai akhirnya meminta sang nenek berbicara di depan khalayak ramai bagaimana dia bisa menghafal alquran dalam waktu dua tahun saja, sang nenek berkata
Guru saya terus meRayu beliau, menyampaikan berbagai alasan, bahwasanya beliau ingin org lain pun melakukan hal yang sama seperti halnya si nenek, membagikan semangat beliau yang begitu segar di umur beliau yang telah hampir layu, guru saya ingin orang orang mengambil pelajaran, dari si nenek.
Dan akhirnya, dengan izin Allah, si nenek menyetujuinya, kemudian ditentukanlah tempat dan tanggal pertemuan tersebut..
Pada hari yang ditentukan, setelah guru saya memberikan sedikit muqoddimah dan nasehat, dengan perasaan gembira dan rindu yang mendalam, guru saya memanggil nama si nenek, dengan penuh harapan bahwa kebaikan yang banyak akan mengalir di kota madinah, akan tumbuh penghafal penghafal alquran dari kalangan muda dan tua, karena saya yakin siapapun yang melihat nenek ini akan tersulut semangatnya untuk menghafal alquran, saya sangat yakin.
Namun apa yang terjadi tak seperti yang diperkirakan, karena Allah yang Maha Mengatur lagi Maha Mengetahui, manusia berencana, namun keputusan ada di tangan – Nya..
Berdirilah seorang anak gadis, remaja, umurnya sekitar 15 tahun, padahal yang diharapkan berdiri adalah ibu tua berumur 75 tahun.. dia berkata, di depan para jemaah
“Wahai ustadzah…sesungguhnya nenekku, telah meninggal, dua hari yang lalu”
Allahu Akbar
Semua terdiam, guru saya, para jemaah, dan tentunya kami semua, yang mendengar cerita itu hari ini, ada yang tertunduk, ada yang sudah menangis tersedu sedu, ada yang termenung, ada yang sibuk mencari tissue di tasnya, adapun saya, tak henti hentinya mengucap kalimat takjub, tangan saya dingin, hati saya menangis dan teriris, bukan karena sang nenek sudah meninggal dunia, atau karena sang nenek tak jadi berbicara di depan orang ramai, bukan sama sekali, yang membuat saya begitu sedih dan terharu, adalah bagaimana Allah menginginkan kebaikan untuk beliau di sisa sisa hidupnya.
Tetapi, alasan hati saya terenyuh setelah mendengar hadits ini, adalah cerita yang disampaikan oleh guru saya, terjadi pada dirinya sendiri…
Pada suatu waktu, beliau menyampaikan sebuah kajian di sebuah tempat di Kota Madinah, kemudian beliau menyebutkan hadits ini, menjelaskan kepada para jemaah dengan gaya bicaranya yang sangat saya sukai, menyentuh, dari hati ke hati, membara, dan banyak lagi yang tak bisa saya ungkapkan di sini. Saya yakin, saat itu, para jemaah tersentuh hatinya sebagaimana biasanya beliau menyentuh hati saya dan teman teman dengan kalimat2 indahnya, menghidupkan jiwa yang mati di dalam diri kami, menyulutkan semangat belajar ketika datang kemalasan dan rasa kantuk.
ilustrasi |
Setelah kajian selesai, datang seorang nenek kepada beliau. Tua, renta. Umurnya kisaran 75 tahun. Bayangkan sekarang juga, nenek berumur 75 tahun. Bayangkan bagaimana lemah tubuhnya, keriput mukanya dan getaran tangan juga kakinya. Beliau datang, dengan hati yang tulus, semangat yang menggebu berkata kepada guru saya
” Wahai anakku, aku, ingin berada di tingkat yang tertinggi di surga itu, aku ingin bisa berada di sana, tapi, aku tidak bisa membaca alquran sama sekali”
Saudara saudariku yang kucintai karena Allah..
Sebelum saya melanjutkan cerita ini, saya ingin saudara saudari para pembaca semua bertanya kepada diri sendiri, bertanya berapa umurku saat ini lalu tanyakan lagi, apa ada di dalam diriku semangat menghafal alquran dan semangat mencapai surga tertinggi seperti yang dimiliki si nenek ? Tanyakan dan simpan jawabannya.
Kemudian guru saya, bergegas pergi ke kantor beliau, mengambil sebuah tas yang isinya paket lengkap kaset murottal Syekh Al Minsyawi hafizhohullahu ta’ala (saat itu belum ada/belum tersebar alquran2 digital seperti sekarang), guru saya berikan kepada nenek itu, agar nenek itu bisa menghafal dengan kaset2 itu, karena beliau sama sekali tak bisa membaca alquran.
nenek itu pulang, tentu dengan kebahagiaan yang teramat sangat, yang hanya dirasakan oleh orang orang yang bersih hatinya, yang merindu akan surga dan Robb nya ‘azza wa jalla, mulailah dari saat itu sang nenek menghafal, mendengarkan kaset pemberian guru saya setiap hari, menghafalkan 1 HALAMAN setiap harinya, menyetorkan nya kepada guru saya, kemudian duduk menghabiskan waktunya mengulang ulang hafalan di sisi guru saya
Yang terlewat saya sampaikan di awal adalah bahwa sang nenek sudah tinggal sendirian di rumahnya, karena anak2 nya sudah membangun bahtera mereka masing -masing. Sebelumnya, beliau hampir setiap hari menelpon anak-anaknya, menanyakan kabar mereka, meminta mereka mengunjunginya, menyampaikan bahwa beliau merindukan mereka dan sebagainya sampai hari hari dimana beliau mulai menghafalkan alquran, beliau melarang anak-anaknya untuk mengunjunginya kecuali di Hari Kamis dan Jumat, karena beliau tak mau waktunya banyak terbuang sebelum ajal menjemputnya. Karena dia punya tujuan, SURGA TERTINGGI.
Lihatlah bagaimana alquran memalingkan kita dari dunia.
Akan hilang sedikit demi sedikit kecintaan akan dunia bersama banyaknya ayat yang kita hafalkan. Sampai datang masanya kita memandang dunia dengan penuh kehinaan karena apa yang tersimpan di dalam dada jauh lebih mulia dibanding gemerlapnya dunia.
Singkat cerita, karena kesungguhan sang nenek dalam menghafal alquran, beliau dapat menyelesaikan hafalannya dalam waktu 2 tahun saja. Istiqomah dalam menghafal setiap harinya, mengulang hafalannya, memperbarui dan merevisi terus menerus niat beliau dalam menggapai surga, membuat Allah memudahkan beliau untuk menyelesaikan hafalannya. Bacaan beliau, jangan ditanya, mutqin, bersih dari kesalahan2, tidak kalah dari orang yang bisa membaca alquran dengan lancar.
Sebelum saya lanjutkan lagi, ingat2 lagi berapa umur nenek ini, dan kurangkan dengan umur anda. Setelah dapat selisihnya, bila tak timbul rasa malu, sepertinya ada yang perlu ditanyakan tentang hati anda.
Guru saya begitu terharu, sampai akhirnya meminta sang nenek berbicara di depan khalayak ramai bagaimana dia bisa menghafal alquran dalam waktu dua tahun saja, sang nenek berkata
“Wahai anakku, sungguh aku tidak mau berbicara di depan khalayak ramai kemudian dikatakan seorang hafizhoh alquran dan dipuji puji oleh manusia. Bukankah aku sudah katakan dari awal, seperti katamu wahai anakku, bahwa aku hanya ingin naik dan naik nanti di hari kiamat ke surga yang tertinggi”
Guru saya terus meRayu beliau, menyampaikan berbagai alasan, bahwasanya beliau ingin org lain pun melakukan hal yang sama seperti halnya si nenek, membagikan semangat beliau yang begitu segar di umur beliau yang telah hampir layu, guru saya ingin orang orang mengambil pelajaran, dari si nenek.
Dan akhirnya, dengan izin Allah, si nenek menyetujuinya, kemudian ditentukanlah tempat dan tanggal pertemuan tersebut..
Pada hari yang ditentukan, setelah guru saya memberikan sedikit muqoddimah dan nasehat, dengan perasaan gembira dan rindu yang mendalam, guru saya memanggil nama si nenek, dengan penuh harapan bahwa kebaikan yang banyak akan mengalir di kota madinah, akan tumbuh penghafal penghafal alquran dari kalangan muda dan tua, karena saya yakin siapapun yang melihat nenek ini akan tersulut semangatnya untuk menghafal alquran, saya sangat yakin.
Namun apa yang terjadi tak seperti yang diperkirakan, karena Allah yang Maha Mengatur lagi Maha Mengetahui, manusia berencana, namun keputusan ada di tangan – Nya..
Berdirilah seorang anak gadis, remaja, umurnya sekitar 15 tahun, padahal yang diharapkan berdiri adalah ibu tua berumur 75 tahun.. dia berkata, di depan para jemaah
“Wahai ustadzah…sesungguhnya nenekku, telah meninggal, dua hari yang lalu”
Allahu Akbar
Semua terdiam, guru saya, para jemaah, dan tentunya kami semua, yang mendengar cerita itu hari ini, ada yang tertunduk, ada yang sudah menangis tersedu sedu, ada yang termenung, ada yang sibuk mencari tissue di tasnya, adapun saya, tak henti hentinya mengucap kalimat takjub, tangan saya dingin, hati saya menangis dan teriris, bukan karena sang nenek sudah meninggal dunia, atau karena sang nenek tak jadi berbicara di depan orang ramai, bukan sama sekali, yang membuat saya begitu sedih dan terharu, adalah bagaimana Allah menginginkan kebaikan untuk beliau di sisa sisa hidupnya.
Bagaimana Allah mengantarkan beliau untuk mendatangi majelis guru saya di hari itu, bagaimana Allah menggerakkan hati beliau untuk bisa menghafal alquran. Bagaimana Allah membuat beliau istiqomah. Bagaimana Allah timbulkan kecintaan beliau kepada Al-quran..Itu membuat saya berpikir, Bagaimana dengan saya? Apakah Allah menginginkan kebaikan untuk saya? Ada di mana saya nanti di hari kiamat?
Saudara saudariku yang kucintai karena Allah
Percayalah, selalu ada jalan menuju kebaikan
Selalu ada jalan menuju surga Allah
Tidak ada tempat ketiga di akhirat nanti, bila kita tak bisa menggapai surga-Nya maka sudah jelas kita akan berada di mana, wal ‘iyaadzu billah
Selalu ada jalan apabila kita mau berjuang
Tak ada yang tak mungkin
Umur dan kesibukan bukan penghalang untuk menghafal Al-Quran
Rosulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam, diutus ketika beliau berumur 40 tahun, dari situ wahyu turun dan beliau mulai menghafalnya, begitu pula para sahabat, menghafal alquran di umur mereka yang telah senja
Tak ada kenikmatan lain selain ketika Allah memilih kita sebagai keluarga dan orang-orang terdekat-Nya. Siapa keluarga Allah? Merekalah orang- orang yang berjalan di atas bumi dan Al-Quran tersimpan di dalam dada mereka.
Mulailah
Kita tak tau kapan nafas kita akan habis, jantung kita berhenti berdetak, bisa jadi satu tahun lagi, satu bulan lagi, satu minggu lagi, satu hari lagi, atau bahkan tepat setelah kita membaca tulisan ini….
Mari bangun dari tidur yang panjang ini, saudara saudariku yang kurindukan karena Allah..
Semoga Allah mengumpulkan kita di SURGA yang TERTINGGI, dengan suara aliran sungai dan udara sejuk serta pepohonan hijau, berkumpul dan tertawa bahagia, bersama.
Uhibbukum Fillah….
Madinah Al-Munawwarah, 12 Jumadal Akhir 1439 H
(di tulis oleh muslimah berusia muda merupakan salah satu murid sang istri yang sekarang Lagi belajar di kota suci madinah kerjaaan arab saudi )
======
buku kisah inspiratif para penghafal Al-qur'an
buku andapun bisa hafal 30 juz al-Qur'an
semoga bermanfaaat
Saudara saudariku yang kucintai karena Allah
Percayalah, selalu ada jalan menuju kebaikan
Selalu ada jalan menuju surga Allah
Tidak ada tempat ketiga di akhirat nanti, bila kita tak bisa menggapai surga-Nya maka sudah jelas kita akan berada di mana, wal ‘iyaadzu billah
Selalu ada jalan apabila kita mau berjuang
Tak ada yang tak mungkin
Umur dan kesibukan bukan penghalang untuk menghafal Al-Quran
Rosulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam, diutus ketika beliau berumur 40 tahun, dari situ wahyu turun dan beliau mulai menghafalnya, begitu pula para sahabat, menghafal alquran di umur mereka yang telah senja
Tak ada kenikmatan lain selain ketika Allah memilih kita sebagai keluarga dan orang-orang terdekat-Nya. Siapa keluarga Allah? Merekalah orang- orang yang berjalan di atas bumi dan Al-Quran tersimpan di dalam dada mereka.
Mulailah
Kita tak tau kapan nafas kita akan habis, jantung kita berhenti berdetak, bisa jadi satu tahun lagi, satu bulan lagi, satu minggu lagi, satu hari lagi, atau bahkan tepat setelah kita membaca tulisan ini….
Mari bangun dari tidur yang panjang ini, saudara saudariku yang kurindukan karena Allah..
Semoga Allah mengumpulkan kita di SURGA yang TERTINGGI, dengan suara aliran sungai dan udara sejuk serta pepohonan hijau, berkumpul dan tertawa bahagia, bersama.
Uhibbukum Fillah….
Madinah Al-Munawwarah, 12 Jumadal Akhir 1439 H
(di tulis oleh muslimah berusia muda merupakan salah satu murid sang istri yang sekarang Lagi belajar di kota suci madinah kerjaaan arab saudi )
======
buku kisah inspiratif para penghafal Al-qur'an
buku andapun bisa hafal 30 juz al-Qur'an
semoga bermanfaaat
Tidak ada komentar: