TADABBUR
Mari buka Mushaf masing-masing, tepatnya pada Surah AL-Dzariyat; 22-23
Allah azza wa jalla berfirman:
Allah azza wa jalla berfirman:
السَّمَاءِ رِزْقُكُمْ وَمَا تُوعَدُونَ فَوَرَبِّ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ إِنَّهُ لَحَقٌّ مِثْلَ مَا أَنَّكُمْ تَنْطِقُونَ.
"Dan di langit terdapat (sebab-sebab) rezekimu dan terdapat (pula) apa yang dijanjikan kepadamu. Maka demi Tuhan langit dan bumi, sesungguhnya yang dijanjikan itu adalah benar-benar (akan terjadi) seperti perkataan yang kamu ucapkan. [QS: Al-Dzariyat; 22-23]
Di dalam Al-Qur’an belum pernah ada satu ayat pun yang menggunakan ta’kid (penegasan) yang sedemikian kuat melebihi ayat rizki ini.
Penegasan tersebut diawali dengan sumpah bahwa rizki dan segala sebabnya ada di tangan Allah.
Kemudian diikuti oleh huruf ta’kid, yaitu Innahu, yang berarti “sesungguhnya rizki”.
Kemudian ditambah dengan huruf lam at-ta’kid, yaitu Lahaqqun, yang artinya “benar-benar akan terjadi”.
Kemudian penegasan dengan menggunakan huruf ta’kid, yaitu Innakum, yang artinya “sesungguhnya kamu”.
Dan penegasan dengan menggunakan lafadz Tanthiqun (kamu berbicara) dan bukan yang lain.
Bila diperhatikan antara lafadz Tanthiqun dan Rizq disatukan dalam satu konteks kalimat, yang menunjukan bahwa antara rizki dengan bicara tersebut mempunyai tempat yang sama, yang sekaligus menunjukkan hubungan antara rizki dengan mulut.
Itu artinya, bahwa “Kalian tidak bisa berbicara dengan menggunakan mulut orang lain, selain mulut kalian sendiri, maka kalian juga tidak bisa memakan rizki orang lain, selain rizki kalian sendiri”.
Di dalam Al-Qur’an belum pernah ada satu ayat pun yang menggunakan ta’kid (penegasan) yang sedemikian kuat melebihi ayat rizki ini.
Penegasan tersebut diawali dengan sumpah bahwa rizki dan segala sebabnya ada di tangan Allah.
Kemudian diikuti oleh huruf ta’kid, yaitu Innahu, yang berarti “sesungguhnya rizki”.
Kemudian ditambah dengan huruf lam at-ta’kid, yaitu Lahaqqun, yang artinya “benar-benar akan terjadi”.
Kemudian penegasan dengan menggunakan huruf ta’kid, yaitu Innakum, yang artinya “sesungguhnya kamu”.
Dan penegasan dengan menggunakan lafadz Tanthiqun (kamu berbicara) dan bukan yang lain.
Bila diperhatikan antara lafadz Tanthiqun dan Rizq disatukan dalam satu konteks kalimat, yang menunjukan bahwa antara rizki dengan bicara tersebut mempunyai tempat yang sama, yang sekaligus menunjukkan hubungan antara rizki dengan mulut.
Itu artinya, bahwa “Kalian tidak bisa berbicara dengan menggunakan mulut orang lain, selain mulut kalian sendiri, maka kalian juga tidak bisa memakan rizki orang lain, selain rizki kalian sendiri”.
Karena itu setiap makhluk yang diberikan kehidupan oleh Allah pasti telah Dia tetapkan rizkinya, sebagaimana dijelaksan Allah azza wa jalla dalam firman-Nya:
وَما مِن دابَّةٍ فِي الأَرضِ إِلّا عَلَى اللَّهِ رِزقُها وَيَعلَمُ مُستَقَرَّها وَمُستَودَعَها ۚ كُلٌّ في كِتابٍ مُبينٍ
Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata [Lauh mahfuzh). (QS: Hud: 6)]
Ayat ini secara tegas memaparkan, bahwa tidak satu pun makhluk yang diberi kebodohan oleh Allah, kemudian dibiarkan hidup tanpa jaminan rizki dari-Nya. Sebab, siapalagi yang akan menjamin rizki makhluk-Nya kalau bukan Allah azza wa jalla yang telah menciptakan mereka. Maka bekerjalah dan tak perlu gelisah dengan rezekimu.
Wallahu a'lam
ACT El Gharantaly
Ayat ini secara tegas memaparkan, bahwa tidak satu pun makhluk yang diberi kebodohan oleh Allah, kemudian dibiarkan hidup tanpa jaminan rizki dari-Nya. Sebab, siapalagi yang akan menjamin rizki makhluk-Nya kalau bukan Allah azza wa jalla yang telah menciptakan mereka. Maka bekerjalah dan tak perlu gelisah dengan rezekimu.
Wallahu a'lam
ACT El Gharantaly
Tidak ada komentar: