Semoga dengan mendengar perkataan-perkataan dari mereka, kita akan semakin Istiqomah dalam menegakkan Sunnah dan meninggalkan pendapat yang menyelisihinya.
Berikut perkataan para Imam-imam tersebut , semoga Allah merahmati mereka :
Pertama, ABU HANIFAH (Imam Madzhab Hanafi)
Imam Abu Hanifa berkata;
1. Apabila hadits itu shahih (dalil -pen), maka hadits itu adalah madzhabku.” (Ibnu Abidin di dalam Al-Hasyiyah 1/63)
2. ‘Tidak dihalalkan bagi seseorang untuk berpegang pada perkataan kami, selagi ia tidak mengetahui dari mana kami mengambilnya (dali -pen)”. (Ibnu Abdil Barr di dalam Al-Intiqa’u fi Fadha ‘ilits Tsalatsatil A’immatil Fuqaha’i, hal. 145)
3. Dalam sebuah riwayat dikatakan: ‘Adalah haram bagi orang yang tidak mengetahui alasanku (dalil -pen) untuk memberikan fatwa dengan perkataanku”.
4. “Jika aku mengatakan suatu perkataan yang bertentangan dengan kitab Allah dan kabar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (dalil -pen), maka tinggalkanlah perkataanku”. (Al-Fulani di dalam Al-lqazh, hal. 50)
_________
Kedua, MALIK BIN ANAS (Imam Madzhab Maliki)
Imam Malik berkata;
1. “Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang manusia yang salah dan benar. Maka perhatikanlah pendapatku. Setiap pendapat yang sesuai dengan Kitab dan Sunnah (dalil -pen), ambillah dan setiap yang tidak sesuai dengan Al Kitab dan Sunnah (dalil -pen), tinggalkanlah”. (Ibnu Abdil Barr di dalam Al-Jami’, 2/32)
2.’Tidak ada seorang pun setelah Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, kecuali dari perkataannya itu ada yang diambil dan yang ditinggalkan, kecuali Nabi Shallallahu alaihi wa sallam (dalil -pen)“. (Ibnu Abdil Hadi di dalam Irsyadus Salik, 1/227)
___________
Ketiga, ASY-SYAFI’I (Imam Madzhab Syafi’i)
Imam Syafi'i berkata
1.Tidak ada seorangpun, kecuali dia harus bermadzab dengan Sunnah Rasulullah dan menyendiri dengannya (dalil -pen). Walaupun aku mengucapkan satu ucapan dan mengasalkannya dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam (dalil -pen) yang bertentangan dengan ucapanku. Maka peganglah sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam (dalil -pen). Inilah ucapanku.” (Tarikhu Damsyiq karya Ibnu Asakir,15/1/3)
2.”Kaum muslimin telah sepakat bahwa barang siapa yang telah terang baginya Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam (dalil -pen), maka tidak halal baginya untuk meninggalkannya, hanya karena mengikuti perkataan seseorang.” (Ibnul Qayyim, 2/361, dan Al-Fulani, hal.68)
3.”Apabila kamu mendapatkan di dalam kitabku apa yang bertentangan dengan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka berkatalah dengan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (dalil -pen), dan tinggalkanlah apa yang aku katakan.” (Al-Harawi di dalam Dzammul Kalam,3/47/1)
4.”Apabila Hadist itu Shahih (dalil -pen), maka dia adalah madzhabku. ” (An-Nawawi di dalam AI-Majmu’, Asy-Sya’rani,10/57)
5..”Setiap masalah yang didalamnya terdapat kabar dari Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam adalah shahih (dalil -pen)…..dan bertentangan dengan apa yang aku katakan, maka aku meralatnya di dalam hidupku dan setelah aku mati.” (Al-¬Harawi, 47/1)
_________
Keempat, AHMAD BIN HAMBAL (Imam Madzhab Hambali)
Imam Ahmad berkata;
1. “Janganlah engkau mengikuti aku dan jangan pula engkau mengikuti Malik, Syafi’i, Auza’i dan Tsauri, Tapi ambillah dari mana mereka mengambil (dalil -pen).” (Al Fulani, 113 dan Ibnul Qayyim di dalam Al-I’lam, 2/302)
2. “Pendapat Auza’i, pendapat Malik, dan pendapat Abu Hanifah semuanya adalah pendapat, dan ia bagiku adalah sama, sedangkan alasan (dalil -pen) hanyalah terdapat di dalam atsar-atsar (hadits-hadits. Red.)” (Ibnul Abdl Brr di dalam Al-Jami`, 2/149)
3. “Barang siapa yang menolak hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (dalil -pen), maka sesungguhnya ia telah berada di tepi kehancuran” (Ibnul Jauzi, 182).
(Di sadur dan diringkas dari Mukaddimah Kitab Shifatu Shalatiin Nabii shallallahu ‘alaihi wa sallam, karya Al-Imam Al-Muhaddits Muhammad Nashiruddin AI-Albani rahimahullah dengan sedikit perubahan oleh Tim Redaksi)
Oleh Asy Syaikh Muhammad Nashiruddin AI-Albani rahimahullah
(Di sadur dan diringkas dari Mukaddimah Kitab Shifatu Shalatiin Nabii shallallahu ‘alaihi wa sallam, karya Al-Imam Al-Muhaddits Muhammad Nashiruddin AI-Albani rahimahullah dengan sedikit perubahan tanpa merubah makna)
Berikut perkataan para Imam-imam tersebut , semoga Allah merahmati mereka :
Pertama, ABU HANIFAH (Imam Madzhab Hanafi)
Imam Abu Hanifa berkata;
1. Apabila hadits itu shahih (dalil -pen), maka hadits itu adalah madzhabku.” (Ibnu Abidin di dalam Al-Hasyiyah 1/63)
2. ‘Tidak dihalalkan bagi seseorang untuk berpegang pada perkataan kami, selagi ia tidak mengetahui dari mana kami mengambilnya (dali -pen)”. (Ibnu Abdil Barr di dalam Al-Intiqa’u fi Fadha ‘ilits Tsalatsatil A’immatil Fuqaha’i, hal. 145)
3. Dalam sebuah riwayat dikatakan: ‘Adalah haram bagi orang yang tidak mengetahui alasanku (dalil -pen) untuk memberikan fatwa dengan perkataanku”.
4. “Jika aku mengatakan suatu perkataan yang bertentangan dengan kitab Allah dan kabar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (dalil -pen), maka tinggalkanlah perkataanku”. (Al-Fulani di dalam Al-lqazh, hal. 50)
_________
Kedua, MALIK BIN ANAS (Imam Madzhab Maliki)
Imam Malik berkata;
1. “Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang manusia yang salah dan benar. Maka perhatikanlah pendapatku. Setiap pendapat yang sesuai dengan Kitab dan Sunnah (dalil -pen), ambillah dan setiap yang tidak sesuai dengan Al Kitab dan Sunnah (dalil -pen), tinggalkanlah”. (Ibnu Abdil Barr di dalam Al-Jami’, 2/32)
2.’Tidak ada seorang pun setelah Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, kecuali dari perkataannya itu ada yang diambil dan yang ditinggalkan, kecuali Nabi Shallallahu alaihi wa sallam (dalil -pen)“. (Ibnu Abdil Hadi di dalam Irsyadus Salik, 1/227)
___________
Ketiga, ASY-SYAFI’I (Imam Madzhab Syafi’i)
Imam Syafi'i berkata
1.Tidak ada seorangpun, kecuali dia harus bermadzab dengan Sunnah Rasulullah dan menyendiri dengannya (dalil -pen). Walaupun aku mengucapkan satu ucapan dan mengasalkannya dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam (dalil -pen) yang bertentangan dengan ucapanku. Maka peganglah sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam (dalil -pen). Inilah ucapanku.” (Tarikhu Damsyiq karya Ibnu Asakir,15/1/3)
2.”Kaum muslimin telah sepakat bahwa barang siapa yang telah terang baginya Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam (dalil -pen), maka tidak halal baginya untuk meninggalkannya, hanya karena mengikuti perkataan seseorang.” (Ibnul Qayyim, 2/361, dan Al-Fulani, hal.68)
3.”Apabila kamu mendapatkan di dalam kitabku apa yang bertentangan dengan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka berkatalah dengan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (dalil -pen), dan tinggalkanlah apa yang aku katakan.” (Al-Harawi di dalam Dzammul Kalam,3/47/1)
4.”Apabila Hadist itu Shahih (dalil -pen), maka dia adalah madzhabku. ” (An-Nawawi di dalam AI-Majmu’, Asy-Sya’rani,10/57)
5..”Setiap masalah yang didalamnya terdapat kabar dari Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam adalah shahih (dalil -pen)…..dan bertentangan dengan apa yang aku katakan, maka aku meralatnya di dalam hidupku dan setelah aku mati.” (Al-¬Harawi, 47/1)
_________
Keempat, AHMAD BIN HAMBAL (Imam Madzhab Hambali)
Imam Ahmad berkata;
1. “Janganlah engkau mengikuti aku dan jangan pula engkau mengikuti Malik, Syafi’i, Auza’i dan Tsauri, Tapi ambillah dari mana mereka mengambil (dalil -pen).” (Al Fulani, 113 dan Ibnul Qayyim di dalam Al-I’lam, 2/302)
2. “Pendapat Auza’i, pendapat Malik, dan pendapat Abu Hanifah semuanya adalah pendapat, dan ia bagiku adalah sama, sedangkan alasan (dalil -pen) hanyalah terdapat di dalam atsar-atsar (hadits-hadits. Red.)” (Ibnul Abdl Brr di dalam Al-Jami`, 2/149)
3. “Barang siapa yang menolak hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (dalil -pen), maka sesungguhnya ia telah berada di tepi kehancuran” (Ibnul Jauzi, 182).
(Di sadur dan diringkas dari Mukaddimah Kitab Shifatu Shalatiin Nabii shallallahu ‘alaihi wa sallam, karya Al-Imam Al-Muhaddits Muhammad Nashiruddin AI-Albani rahimahullah dengan sedikit perubahan oleh Tim Redaksi)
Oleh Asy Syaikh Muhammad Nashiruddin AI-Albani rahimahullah
(Di sadur dan diringkas dari Mukaddimah Kitab Shifatu Shalatiin Nabii shallallahu ‘alaihi wa sallam, karya Al-Imam Al-Muhaddits Muhammad Nashiruddin AI-Albani rahimahullah dengan sedikit perubahan tanpa merubah makna)
Tidak ada komentar: