"Sesungguhnya banyak orang yang meyakini bahwa segala sesuatu diciptakan dari Nur (cahaya) Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wassalam, dan cahayanya diciptakan dari cahaya Allah. Mereka meriwayatkan (satu hadits): "Aku adalah cahaya Allah dan segala sesuatu berasal dari cahayaku." Mereka pun meriwayatkan hadits: "Aku adalah 'arab tanpa huruf 'ain, maksudnya Rab. Dan aku adalah ahnmad tanpa huruf mim maksudnya ahad." Apakah riwayat ini ada asalnya ?
Jawab : Alhamdulillah, segala puji bagi Allah. Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalamtelah menerangkan tentang sifat dirinya bahwa dia adalah cahaya dari cahaya Allah. Kalau maksud perkataan itu adalah bahwa dia cahaya ayang berupa zat dari cahaya Allah, maka ini menyimpang dari Al-Quran yang menunjukan kemanusiaan beliau. Tapi apabila maksudnya bahwa dia adalah cahaya dalam arti ajaran yang dibawanya berupa wahyu menjadi sebab ditunjukinya orang-orang yang Allah kehendaki dari kalangan makhluknya, maka ini benar.
Ada fatwa dari Lajnah tentang hal itu sebagai berikut : Nabi Shalallahu 'Alaihi Wassalam mempunyai cahaya yaitu cahaya risalah dan hidayah. Allah memberikan hidayah dengan cahaya itu oarang-orang yang dikehendaki dari kalangan hamba-hamba-Nya. Tidaklah diragukan lagi bahwa cahaya risalah dan hidayah adalah dari Allah. Allah berfirman:
"Dan tidak ada dari seorang manusiapun bahwa Allah akan berbicara kepadanya, kecuali dengan perantaraan wahyu atau dibelakang hijab atau dengan mengutus seorang utusan lalu diwahyukan kepadanya dengan izinnya apa-apa yang dikehendakinya. Sesungguhnya dia maha tinggi dan maha bijaksana. Dan demikianlah kami wahyukan kepadamu ruh (Al-Quran) dari perintah kami.
Jawab : Alhamdulillah, segala puji bagi Allah. Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalamtelah menerangkan tentang sifat dirinya bahwa dia adalah cahaya dari cahaya Allah. Kalau maksud perkataan itu adalah bahwa dia cahaya ayang berupa zat dari cahaya Allah, maka ini menyimpang dari Al-Quran yang menunjukan kemanusiaan beliau. Tapi apabila maksudnya bahwa dia adalah cahaya dalam arti ajaran yang dibawanya berupa wahyu menjadi sebab ditunjukinya orang-orang yang Allah kehendaki dari kalangan makhluknya, maka ini benar.
Ada fatwa dari Lajnah tentang hal itu sebagai berikut : Nabi Shalallahu 'Alaihi Wassalam mempunyai cahaya yaitu cahaya risalah dan hidayah. Allah memberikan hidayah dengan cahaya itu oarang-orang yang dikehendaki dari kalangan hamba-hamba-Nya. Tidaklah diragukan lagi bahwa cahaya risalah dan hidayah adalah dari Allah. Allah berfirman:
"Dan tidak ada dari seorang manusiapun bahwa Allah akan berbicara kepadanya, kecuali dengan perantaraan wahyu atau dibelakang hijab atau dengan mengutus seorang utusan lalu diwahyukan kepadanya dengan izinnya apa-apa yang dikehendakinya. Sesungguhnya dia maha tinggi dan maha bijaksana. Dan demikianlah kami wahyukan kepadamu ruh (Al-Quran) dari perintah kami.
Sebelumnya kamu tidak mengetahui apakah kitab (Al-Quran) itu dan apakah iman itu, akan tetapi kami jadikan dia sebagai nur (cahaya). Kami memberi petunjuk dengan cahaya itu orang-orang yang kami kehendaki dari kalangan hamba-hamba kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus, yaitu jalan Allah, yang kepunyaan-Nyalah apa-apa yang ada di langit dan apa-apa yang ada di bumi. Ingatlah kepada Allahlah kembali segala urusan." (Q.S. Asy-Syura : 51-53).
Nur (cahaya) yang dimaksud disini bukanlah hasil usaha dari penutup para wali (Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wassalam) sebagaimana yang diduga oleh orang-orang sesat. Adapun jasad Nabi Shalallahu 'Alaihi Wassalam maka dia terdiri dari darah, daging, tulang dan seterusnya.
Beliau diciptakan melalui seorang bapak dan ibu. Adapun apa yang diriwayatkan bahwa yang pertama diciptakan Allah adalah nur (cahaya) Nabi Shalallahu 'Alaihi Wassalam, atau bahwa Allah mencabut sebagian dari cahaya wajahnya, dan bagian cahaya yang dicabut ini adalah Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wassalam, lalu Allah memandang kepada cahaya itu kemudian meneteslah beberapa tetesan, lalu diciptakanlah dari setiap tetesan itu seorang nabi, atau diciptakanlah seluruh makhluk dari cahaya Nabi Shalallahu 'Alaihi Wassalam.
Maka riwayat ini dan yang semisalnya tidak benar dari Nabi Shalallahu 'Alaihi Wassalam sedikitpun.
Dari fatwa tadi jelaslah bahwa hal tersebut merupakan keyakinan yang bathil.
Adapun apa yang diriwayatkan bahwa "aku adalah 'arab tanpa huruf 'ain," maka ini tidak ada dasar sama sekali. Demikian pula "aku ahmad tanpa huruf mim." Sifat Rububiyah dan keesaan sifat-sifat yang dikhususkan untuk Allah, tidak boleh disifatkan kepada seorangpun dari kalangan makhluk-Nya bahwa dia rab atau dia ahad secara mutlak. Maka sifat-sifat ini merupakan sifat-sifat yang dikhususkan bagi Allah dan tidak boleh disifatkan kepada para rasul, atau manusia lainnya.
Dan semoga shalawat dan salam terlimpah kepada Nabi kita Muhammad, keluarganya dan para shahabatnya.
(Lajnah Da'imah lil Buhuts Al-Ilmiyah wal Ifta / Fatawa Lajnah Da'imah : 1/310).
Nur (cahaya) yang dimaksud disini bukanlah hasil usaha dari penutup para wali (Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wassalam) sebagaimana yang diduga oleh orang-orang sesat. Adapun jasad Nabi Shalallahu 'Alaihi Wassalam maka dia terdiri dari darah, daging, tulang dan seterusnya.
Beliau diciptakan melalui seorang bapak dan ibu. Adapun apa yang diriwayatkan bahwa yang pertama diciptakan Allah adalah nur (cahaya) Nabi Shalallahu 'Alaihi Wassalam, atau bahwa Allah mencabut sebagian dari cahaya wajahnya, dan bagian cahaya yang dicabut ini adalah Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wassalam, lalu Allah memandang kepada cahaya itu kemudian meneteslah beberapa tetesan, lalu diciptakanlah dari setiap tetesan itu seorang nabi, atau diciptakanlah seluruh makhluk dari cahaya Nabi Shalallahu 'Alaihi Wassalam.
Maka riwayat ini dan yang semisalnya tidak benar dari Nabi Shalallahu 'Alaihi Wassalam sedikitpun.
Dari fatwa tadi jelaslah bahwa hal tersebut merupakan keyakinan yang bathil.
Adapun apa yang diriwayatkan bahwa "aku adalah 'arab tanpa huruf 'ain," maka ini tidak ada dasar sama sekali. Demikian pula "aku ahmad tanpa huruf mim." Sifat Rububiyah dan keesaan sifat-sifat yang dikhususkan untuk Allah, tidak boleh disifatkan kepada seorangpun dari kalangan makhluk-Nya bahwa dia rab atau dia ahad secara mutlak. Maka sifat-sifat ini merupakan sifat-sifat yang dikhususkan bagi Allah dan tidak boleh disifatkan kepada para rasul, atau manusia lainnya.
Dan semoga shalawat dan salam terlimpah kepada Nabi kita Muhammad, keluarganya dan para shahabatnya.
(Lajnah Da'imah lil Buhuts Al-Ilmiyah wal Ifta / Fatawa Lajnah Da'imah : 1/310).
repost from islamqa
Tidak ada komentar: