Sikap angkuh dan sombong dapat menimpa siapa saja: saya, anda, kita, dia dan mereka. Sekali lagi, dapat menimpa siapa saja. Ungkapan seperti ‘kalau bukan saya, mana mungkin bisa!’, ‘Untung saja ada saya kalau tidak wah bahaya..’, ‘saya ini orang terkenal lho!’ dan ‘ah, dia kan ngajinya juga baru kemaren sore, sedangkan saya lulusan perguruan tinggi agama’ dan sejumlah uangkapan yang lain, merupakan indikasi sikap angkuh dan sombong. Untuk menjinakkannya, perlu menempuh beberapa hal. Antara lain sebagai berikut:
ada 6 Jurus menghindari sikap angkuh dan sombong
1.Senantiasa mengingat dan menanamkan keyakinan bahwa sikap angkuh dan sombong itu dosa.
Bukan orang lain yang akan merasakan balasan buruknya dari Allah melainkan pelaku tersebut (kita sendiri)
2.Yakinlah, sikap angkuh dan sombong tidak akan menambah apapun selain kerugian.
Tidak ada seorangpun suka terhadap orang yang memiliki sikap angkuh dan sombong. Sama seperti anda dan saya. Sebenarnya, seseorang yang angkuh dan sombong juga tidak suka bila ada orang lain berlaku angkuh dan sombong didepannya.
Dia pun akan mengatakan “sombong amat” "angkuh amat" padahal, pada saat yang sama ia tidak sabar kalau dirinya juga menunjukkan sikap angkuh dan sombong, mengapa ia tidak katakan pada dirinya sendiri ‘angkuh dan Sombong amat kau!”
3.Sering-seringlah mengingat kelemahan diri sendiri.
Pada berbagai kesempatan –santai, saat istirahat, bengong di kendaraan, merenung sejenak menjelang tidur, atau kapan saja—cobalah memikirkan kelemahan kita dibandingkan dengan orang lain. Dengan mengetahui kelemahan, insyaAllah akan muncul sikap rendah hati (tawadlu’). Sebaliknya, tanpa mengetahui kelemahan, seseorang akan merasa dirinyalah yang paling segala-galanya.
4.Seperti telah disebutkan, memelihara sifat angkuh dan sombong berarti membangun benteng penghalang datangnya kebenaran.
Dengan adanya sikap angkuh dan sombong, seseorang cenderung menolak kebenaran sekalipun telah jelas didepan mata. Padahal, menolak kebenaran berarti mengunci gerbang perubahan kearah kebaikan yang bermuara kepada kebahagiaan. Konsekwensinya, kebahagiaan dunia dan akhirat, bila demikian, hanyalah sebuah angan-angan hampa.
5.Bila Anda sering melayat orang yang meninggal dunia, jangan hentikan kebiasaan itu!
Selain sebagai pemenuhan atas perintah Allah subhanahu wa ta'ala, melayat itu juga dapat Anda gunakan sebagai perenungan. Saat melayat, cobalah sekali-kali singkap kain penutup wajahnya. Nampaklah wajah pucat pasi dengan mata terpejam, bibir rapat tertutup.
Badan terkujur membeku, tangan terlipat kaku. Tidak dapat berbuat apa-apa. Padahal, teman atau tetangga Anda itu mungkin saja seorang jutawan, atau barangkali wartawan senior, boleh jadi dia itu orang yang popularitasnya luar biasa, mantan penguasa.
Namun, kelebihan apapun tidak berarti apa-apa saat itu. Semuanya serba kecil dihadapan Allah Rabbul ‘alamin. Bila seperti ini realitasnya, apa lagi alasan untuk membiarkan penyakit sikap angkuh dan sombong tertanam lama di dalam diri kita?!
6.Setiap kali muncul keinginan untuk bersikap angkuh dan sombong atau membanggakan diri, segeralah mohon ampunan kepada Allah Dzat Pemutar balik Hati.
Berlindunglah dari kesombongan, dan berdo’alah kepada Allah! Mudah-mudahan Allah swt mengabulkan.
sumber: medan dakwah
ada 6 Jurus menghindari sikap angkuh dan sombong
1.Senantiasa mengingat dan menanamkan keyakinan bahwa sikap angkuh dan sombong itu dosa.
Bukan orang lain yang akan merasakan balasan buruknya dari Allah melainkan pelaku tersebut (kita sendiri)
2.Yakinlah, sikap angkuh dan sombong tidak akan menambah apapun selain kerugian.
Tidak ada seorangpun suka terhadap orang yang memiliki sikap angkuh dan sombong. Sama seperti anda dan saya. Sebenarnya, seseorang yang angkuh dan sombong juga tidak suka bila ada orang lain berlaku angkuh dan sombong didepannya.
Dia pun akan mengatakan “sombong amat” "angkuh amat" padahal, pada saat yang sama ia tidak sabar kalau dirinya juga menunjukkan sikap angkuh dan sombong, mengapa ia tidak katakan pada dirinya sendiri ‘angkuh dan Sombong amat kau!”
3.Sering-seringlah mengingat kelemahan diri sendiri.
Pada berbagai kesempatan –santai, saat istirahat, bengong di kendaraan, merenung sejenak menjelang tidur, atau kapan saja—cobalah memikirkan kelemahan kita dibandingkan dengan orang lain. Dengan mengetahui kelemahan, insyaAllah akan muncul sikap rendah hati (tawadlu’). Sebaliknya, tanpa mengetahui kelemahan, seseorang akan merasa dirinyalah yang paling segala-galanya.
baca juga: kaedah fiqh
Orang sunda menyebutnya ‘asa aing pangdadalina!’ (merasa dirinya paling gagah laksana burung garuda). sehingga terkikis penyakit angkuh dan sombongHal ini tida berarti jangan mengetahui kelebihan diri sendiri. Tidak seperti itu ! memahami potensi dan keunggulan diri sendiri amatlah penting.
Namun mangetahui keunggulan diri sendiri tersebut jangan sampai melahirkan sikap menganggap rendah orang lain. Sebab, setiap kelebihan yang Anda miliki hanyalah sebuah kemahalemahan manusia bila dibandingkan dengan kesegalamahaan Allah Dzat maha Kuasa. Dan setiap Anda memiliki kelebihan dalam perkara yang merupakan kelemahan Anda.
Namun mangetahui keunggulan diri sendiri tersebut jangan sampai melahirkan sikap menganggap rendah orang lain. Sebab, setiap kelebihan yang Anda miliki hanyalah sebuah kemahalemahan manusia bila dibandingkan dengan kesegalamahaan Allah Dzat maha Kuasa. Dan setiap Anda memiliki kelebihan dalam perkara yang merupakan kelemahan Anda.
baca juga: haruskah makmum
4.Seperti telah disebutkan, memelihara sifat angkuh dan sombong berarti membangun benteng penghalang datangnya kebenaran.
Dengan adanya sikap angkuh dan sombong, seseorang cenderung menolak kebenaran sekalipun telah jelas didepan mata. Padahal, menolak kebenaran berarti mengunci gerbang perubahan kearah kebaikan yang bermuara kepada kebahagiaan. Konsekwensinya, kebahagiaan dunia dan akhirat, bila demikian, hanyalah sebuah angan-angan hampa.
Selain sebagai pemenuhan atas perintah Allah subhanahu wa ta'ala, melayat itu juga dapat Anda gunakan sebagai perenungan. Saat melayat, cobalah sekali-kali singkap kain penutup wajahnya. Nampaklah wajah pucat pasi dengan mata terpejam, bibir rapat tertutup.
Badan terkujur membeku, tangan terlipat kaku. Tidak dapat berbuat apa-apa. Padahal, teman atau tetangga Anda itu mungkin saja seorang jutawan, atau barangkali wartawan senior, boleh jadi dia itu orang yang popularitasnya luar biasa, mantan penguasa.
Namun, kelebihan apapun tidak berarti apa-apa saat itu. Semuanya serba kecil dihadapan Allah Rabbul ‘alamin. Bila seperti ini realitasnya, apa lagi alasan untuk membiarkan penyakit sikap angkuh dan sombong tertanam lama di dalam diri kita?!
6.Setiap kali muncul keinginan untuk bersikap angkuh dan sombong atau membanggakan diri, segeralah mohon ampunan kepada Allah Dzat Pemutar balik Hati.
Berlindunglah dari kesombongan, dan berdo’alah kepada Allah! Mudah-mudahan Allah swt mengabulkan.
sumber: medan dakwah
Tidak ada komentar: