Media Dakwah dan dunia islam, bantu share sobat. barakallahu fikum
Pernikahan Abdullah anak ustadz jafar Umar Tholib rahimahullah dan profil singkat ayahnya

Pernikahan Abdullah anak ustadz jafar Umar Tholib rahimahullah dan profil singkat ayahnya

Kemarin infonya ada pernikahan 
Abdullah bin Ust Ja'far 'Umar Tholib rahimahullah 
Acara Walimatul 'urusy 
Taushiyah oleh Syaikh Syamir al Hakali
Hadir juga Ust Muhammad Umar As Seweed 

Diantara putra Ustadz Ja'far lainnya adalah Ustadz 'Amr yg belajar di Sudan dan Yaman, beliau berdakwah di Gunungkidul Yogyakarta 
Juga ada adeknya yaitu Muhammad bin Ja'far yg belajar di Yaman dan putri beliau juga ada yg belajar di PIAT Putri 

Ustadz Ja'far, Ustadz Asseweed & Ustadz Yazid Jawas dulu sama2 mengajar di Pesantren Islam Al Irsyad Tengaran (PIAT) Semarang, angkatan awal, bahkan Ustadz Ja'far termasuk Mudir PIAT Ke-2

Setelah Ustadz Ja'far mendirikan Pesantren Ihyaussunnah di Degolan Yogyakarta maka Ustadz Asseweed dan Ustadz Yazid juga mengajar disana 

Ustadz Ja'far sempat menimba ilmu ke Yaman pada Syaikh Muqbil bin Hadi, murid Syaikh Al Albani
Sedangkan Ustadz Asseweed dan Ustadz Yazid Jawas menimba ilmu ke Saudi pada Syaikh Utsaimin 

Syaikh Bin Baz, Syaikh Utsaimin dan Syaikh Al Albani adalah diantara rujukan para asatidzah bermanhaj salaf, yang berusaha berpegang teguh dengan Al-Qur'an dan Hadits sesuai dengan pemahaman para salafush shalih 

Ust Asseweed kemudian menjadi pembina di Pondok Pesantren Dhiyaus-Sunnah Cirebon. 

Ust Yazid Jawas menjadi Pembina Radio Rodja dan Pondok Pesantren Minhajus Sunnah Bogor. 
Adapun Ustadz Ja'far dikenal termasuk cinta NKRI dan menyayangi umat Islam, 

Beliau pernah memimpin laskar jihadnya untuk memerangi RMS yang ingin memisahkan Maluku dari NKRI, sebagaimana lepasnya Timor Timur dari NKRI, banyak sekali muslim yang terbunuh oleh RMS saat itu, baik anak-anak remaja maupun lansia, masjid2 di bakar muslimah dinodai kehormatannya dll, adapun yang selamat menjadi saksi bagaimana pembelaan Laskar Jihad pada saudara muslim mereka saat itu.

Oleh sebab itu Jenderal Polisi Prof. Drs. H. Muhammad Tito Karnavian, M.A., Ph.D menyebutkan bahwa Ustadz Ja'far sebagai sosok yang cinta NKRI dan cinta umat Islam, sebagaimana yg beliau sampaikan saat bertakziah atas wafatnya Ustadz Ja'far 

Salah satu bentuk kecintaan Ustadz Ja'far kepada NKRI adalah siap berjuang dan rela berdakwah di Papua, beliau prihatin dengan adanya hasutan supaya orang-orang Papua merdeka dan lepas dari NKRI, beliau membina Pondok dan bermukim di Papua bersama para murid-muridnya sampai menjelang wafatnya.

Ust Ja'far juga tak segan turun berhadapan langsung dengan para pendemo saat ada peristiwa pembubaran kajian, diantara yg beliau sampaikan kurleb...
Silahkan Ustadz Firanda, Ustadz Syafiq dan Ustadz Khalid Basalamah mengisi kajian, biarkan saya dan rekan-rekan yg akan menjaga keamanan...
Betapa tawadhunya beliau padahal beliau jauh lebih senior daripada mereka bertiga...

Bagaimanapun Para asatidzah adalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan dan kekurangan 

Maka diantara nasehat Ustadz Yazid Jawas agar kita menghindari ghuluw pada sosok figur tertentu dan sebagai tholabul ilmi hendaknya lebih fokus pada menuntut ilmu dan menjauhi fitnah

Dengan menuntut ilmu itulah kita bisa lebih mengenali kebenaran, sehingga bisa membedakan kritik positif yang membangun atau tahdzir serampangan, tidak menjadikan ormas, pondok, majalah, radio/ televisi sebagai barometer al wala' wal baro' karena hanya wasilah dalam berdakwah sehingga terhindar dari hizbiyah

Semoga Allah melapangkan dada kita dalam masalah perbedaan pendapat ijtihadiyah, melembutkan hati dan lisan kita, serta mempererat ukhuwah kita.

Pict : via FB Abdul Wahhab
Repost dari nurkhalid ashari
Read more »
Asal usul Khomeini, benarkah keturunan nabi dan kaitannya dengan agama Sikh India

Asal usul Khomeini, benarkah keturunan nabi dan kaitannya dengan agama Sikh India

SISI LAIN AYATULLAH KHOMEINI SERTA HUBUNGAN LAMBANG YANG MIRIP LOGO AGAMA SIKH DI BENDERA REPUBLIK SYIAH IRAN 
SIAPA tak kenal Ayatollah Ruhullah Khomeini, tokoh Revolusi Iran. Sosok yang dulu banyak diidolakan dan menginspirasi para aktivis pemuda pergerakan muslim, termasuk di Indonesia. 

Tak heran, poster dari tokoh revolusi ini banyak menghiasi dinding-dinding kamar mereka.

Peran dan keberhasilannya dalam menumbangkan rezim Shah Pahlevi tahun 1979 tak diragukan lagi. 

Semua orang pun tahu, dan karenanya sosok ini banyak dielu-elukan. 

Namun, ada sisi lain dari sang tokoh yang mungkin jarang diungkap.

Karenanya, pada edisi kali ini, kita akan mengungkap beberapa hal terkait dengan penyimpangan Ayatullah Khomeini yang dikutip dari buku-buku karyanya sendiri.

1. Kedudukan Imam-imam Syiah Lebih Terhormat daripada para Nabi

Sebagai penganut Syiah, Khomeini dalam mengamalkan keyakinannya lebih cenderung memilih pendapat orang-orang yang ekstrem di kalangan para penganut Syiah. 

Di antara yang menunjukkan hal tersebut adalah perkataannya yang ia sandarkan kepada orang-orang Syiah yang ekstrem dalam menetapkan keutamaan para wali mereka hingga melebihi keutamaan para nabi Allah dan rasul-rasul-Nya.

Khomeini berkata, “Sesungguhnya di antara hal yang termasuk paling urgen dalam madzhab kami, bahwasanya imam-imam kami memiliki kedudukan yang tidak bisa dicapai oleh para malaikat yang didekatkan dan tidak pula para nabi yang diutus…. Telah diriwayatkan dari mereka ‘alaihimus salam(imam-imam Syiah-pent.) “Bagi kami keadaan-keadaan tertentu bersama Allah yang tidak dapat dicapai oleh para malaikat yang didekatkan, demikian pula para nabi yang diutus.” (Lihat al-Hukumah al-Islamiyah hal. 52, karya Khomeini).

Khomeini juga berkata tentang salah seorang imam mereka yang hingga saat ini masih gaib dan terus ditunggu-tunggu, “Telah datang para nabi seluruhnya untuk meneguhkan prinsip-prinsip keadilan, tapi mereka tidak berhasil. 

Bahkan Nabi Muhammad sekalipun, penutup para nabi yang datang untuk memperbaiki kehidupan manusia. Sesungguhnya, orang yang akan berhasil mewujudkan hal tersebut hanyalah al-Mahdi al-Muntazhar.” (Di antara isi khutbah Khomeini yang disampaikan dalam acara peringatan Maulid al-Mahdi pada tanggal 15 Sya’ban 1400 H).

Bahkan Khomeini telah melontarkan tuduhan keji terhadap Nabi  bahwa beliau tidak menyampaikan risalah Islam sebagaimana mestinya. 

Khomeini berkata dalam salah satu bukunya, ”Fakta menunjukkan bahwa sekiranya Nabi telah menyampaikan persoalan imamah sesuai perintah Allah dan mencurahkan segenap potensi yang baik dalam hal ini, mustahil akan berkecamuk  perselisihan, pertengkaran, dan peperangan. Demikian pula, tidak akan terjadi perpedaan-perbedaan dalam perkara pokok maupun cabang dalam agama ini.” (Lihat Kasyf al-Asraar hal. 55).

Demikian pula, Khomeini telah menyematkan bagi imam-imam Syiah dengan sifat-sifat ketuhanan. Khomeini berkata, “Sesungguhnya atas para imam kedudukan yang terpuji dan khilafah yang terbentuk. Tunduk terhadap pemerintahan dan kekuasaannya semesta alam.”

Adapun para nabi, maka Khomeini menyifati mereka ‘alaihimus salam dengan sifat lemah. Khomeini berkata, “Dan kita katakan bahwasanya para nabi belum diberi taufiq dalam melaksanakan maksud dan tujuan mereka diutus. Dan bahwasanya Allah Subhanahu wa Ta’ala akan mengutus di akhir zaman seseorang yang akan menyelesaikan malasalah-masalah para nabi.” Seseorang yang mereka maksudkan adalah imam mereka yang masih gaib.
 
2. Apa kata Khomeini tentang perubahan al-Qur’an

Khomeini mendoakan rahmat dan ampunan bagi orang yang telah murtad, pengikut agama Majusi, penulis buku Fashl al-Khithab. Ia juga telah mengambil ilmu secara langsung dari bukunya Mustadrak al-Wasail dan berhujjah dengannya.

Perhatikan ucapan kekufuran yang sangat jelas dalam perkataan berikut ini, Khomeini ucapkan dalam salah satu bukunya berjudul Kasyf al-Asrar, “Sesungguhnya orang-orang yang tidak memiliki hubungan keterikatan dengan Islam dan al-Qur’an kecuali karena alasan kedudukan dan duniawi, di mana mereka menjadikan al-Qur’an sebagai sarana untuk mencapai tujuan mereka yang rusak. Adalah hal yang sangat mungkin terjadi, mereka (sahabat-sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam-pent.) mengubah kitab samawi (al-Qur’an) ini ketika nama imam disebutkan dalam al-Qur’an, atau mereka menghapus ayat yang menyebutkan tentang imam itu dari al-Qur’an dan menyematkan aib ini dalam kehidupan kaum Muslimin.” (Lihat Kasyf al-Asrar, hal. 114, karya Ayatullah Khomeini).

Inilah imam Syiah Rafidhah yang mereka sanjung dan mereka yakini makshum telah menghina para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dan menganggap para sahabat kemungkinan besar telah mengubah-ubah al-Qur’an al-Karim.

Khomeini telah mengingkari firman Allah Ta’ala

إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ (٩
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan al-Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (QS. al-Hijr: 9).

Padahal ayat ini telah memberikan jaminan tentang kesucian dan kemurnian al-Quran selama-lamanya.
 
3. Khomeini mengafirkan seluruh sahabat dan Ahlus Sunnah

Khomeini mengafirkan para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alihi wasallam dan menyifati mereka dengan an-Nawashib, bahkan Khameini memilih pendapat yang paling ekstrem dari pengikut-pengikut Syiah dalam hal bermuamalah dengan mereka, yaitu dianggap sebagai kafir harbi (kafir yang harus diperangi). 

Khomeini berkata, “Pendapat yang paling kuat adalah mengikutkan an-nashib dalam golongan kafir harbi dalam hal bolehnya memanfaatkan apa saja yang dia usahakan, dan hal ini telah termasuk khumus (1/5 bagian dari harta yang wajib dikeluarkan oleh orang Syiah-pent.). Bahkan yang nampak secara nyata adalah bolehnya menjarah hartanya di mana saja dan bagaimana pun bentuknya, dan wajibnya mengeluarkan khumus darinya.” (Tahrir al-Wasilah, I/352).

Lalu siapakah yang Khomeini maksudkan sebagai AN NAWASHIB ? 

Mereka adalah Anda para pembaca yang Sunni, dan kita seluruhnya Ahlussunnah wal Jama’ah.

Khameini juga berkata, “Adapun Nawashib dan Khawarij—semoga Allah melaknat kedua golongan ini—keduanya tidak diragukan lagi adalah najis.” (Lihat, Tahrir al-Wasilah).
 
4. Khomeini Menolak Peribadahan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala

“Sesungguhnya kami tidak menyembah Ilah (sembahan) yang mendirikan bangunan yang tinggi untuk ibadah, keadilan, dan agama, kemudian Ia menghancurkannya sendiri. Kemudian Ia mendudukkan Yazid, Mu’awiyah, dan Utsman, dan selain mereka dari golongan orang-orang yang melampaui batas terhadap manusia dalam pemerintahan. Dan Ia tidak pula menentukan nasib ummat setelah wafatnya nabi-Nya.” (Lihat Kasyf al-Asrar, hal. 123, karya Imam Ayatullah Khameini).

Khomeini dengan jelas mengumumkan bahwasanya ia tidak menyembah Allah Ta’ala yang tidak mampu memenuhi permintaan-permintaan dan angan-angannya. Pernyataan Khomeini di atas ia tujukan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Pernyataan yang sangat jauh dari adab, penyucian dan pengagungan terhadap-Nya.
 
5. Keyakinan Khomeini: Pengaruh bintang dan hari-hari tertentu terhadap aktivitas manusia

Khomeini meyakini bahwa terdapat hari-hari sial dalam setiap bulan, di mana setiap penganut Syiah wajib untuk menghentikan segala aktivitasnya. 

Dan bahwsanya pergeseran bulan ke rasi bintang tertentu menimbulkan pengaruh negatif terhadap aktivitas manusia. 

Maka orang-orang Syiah wajib untuk menghentikan setiap kegiatan yang telah mereka rencanakan hingga bulan melewati rasi bintang tersebut.

Keyakinan semacam ini jelas mengeluarkan orang yang meyakininya dari lingkup iman, sebagaimana telah diketahui oleh siapa pun yang telah belajar akidah, pemula sekalipun.

Hal yang menunjukkan akidah Khameini yang kufur ini adalah pernyataannya dalam bukunya Tahrir al-Wasilah, 2/238, “Makruh hukumnya untuk mengadakan akad nikah sementara bulan sedang berada pada rasi bintang Scorpio, atau pada akhir bulan, atau pada salah satu hari-hari sial dalam setiap bulan yang terdiri dari tujuh hari, yaitu; hari ke-3, hari ke-5, hari ke-13, hari ke-16, hari ke-21, hari ke-24, dan hari ke-25. Demikianlah pada setiap bulan.”

Khameini telah menyelisi perkataan imamnya sendiri, yaitu Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu yang diriwayatkan dalam kitab Nahj al-Balaghah (yaitu kitab yang paling terpercaya bagi Syiah), “Wahai sekalian manusia! Jauhkanlah diri kalian dari mempelajari ilmu perbintangan kecuali sekadar untuk menjadi petunjuk di darat maupun laut, karena sesungguhnya hal tersebut bisa menyeret seseorang kepada dunia perdukunan. Ahli nujum itu seperti seorang dukun, dan dukun ibarat seorang tukang sihir. Tukang sihir serupa dengan orang kafir, dan orang kafir tempatnya di neraka.” (Lihat Nahj al-Balaghah, 1/157).
 
Beginilah sisi lain dari pemimpin revolusi Syiah Iran, sang tokoh yang banyak dielu-elukan, ternyata akidahnya menyimpang jauh dari Islam. 

Masihkah orang mengidolakannya?

[sumber: Buletin Al Fikrah STIBA Makassar]

KHOMEINI BUKANLAH KETURUNAN AHLUL BAIT, NAMUN KETURUNAN INDIA BERAGAMA SIKH

Masih ingat pernyataan musisi Ahmad Dhani yang membela kesesatan pemimpin Syi’ah Ayatullah Khomeini dengan dalil bahwa ia adalah keturunan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam?

Saat itu Dhani menjawab pernyataan: “bahwa Ayatullah Khomeini adalah orang sesat yang dalam kitabnya Kasyful Asrar mengatakan, bahwa para shahabat kafir”.

Dhani membela Khomeini dengan mengatakan, “Imam Khomeini jelas shohih keturunan Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasalam…. Yang lain gak jelas, dan gak shohih.”

Pernyataan Dani ini didukung dengan gaya penampilan Khomeini yang mengenakan turban (kain penutup kepala yang dililitkan sedemikian rupa) berwarna hitam. 

Turban berwarna hitam ini hanya boleh digunakan oleh mereka, para ulama rujukan Syi’ah, dari kalangan Ahli Bait keturunan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. 

Sedangkan turbah yang berwarna putih digunakan bagi ulama Syiah yang bukan Ahli Bait.


Namun, benarkah Khomeini adalah keturunan nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam?

Siapakah Khumaini sebenarnya? 

Dan apa asal agamanya? 

Inilah yang masih banyak tidak diketahui oleh kaum muslimin.

Ayah Khumaini berasal dari selatan negara India yang menganut agama sikh dan ibunya adalah anak dari seorang imam di tempat peribadatan agama sikh di Kasmir. 

Apa sikhisme itu?  

Sikhisme (bahasa Punjabi: ਸਿੱਖੀ) adalah salah satu agama besar di dunia yang bertolak belakang dengan islam. 

Agama ini berkembang terutamanya pada abad ke-16 dan 17 di India. Kata Sikhisme berasal dari kata Sikh, yang berarti "murid" atau "pelajar". 

Selebihnya bisa dilihat disini : https://m.dw.com/id/asal-usul-agama-kaum-sikh/a-16151272

Dan tentunya, kita tidak sembarang ucap, bahwa dia (Khomeini) asalnya dari kaum penganut agama sikh di India. Itu diakui sendiri oleh Ulama syi’ah Musa Al-Musawi. Dia mengatakan pada kitabnya Al-Jumhuriyyah Ats-Tsaniyah:

حيث قدم جده من الهند قبل 120سنة وسكن قرية خمين في إيران. ووالده هو مصطفي ابن احمد وكان يدعى سينكا، ولد سنة 1842 في كشمير من أسرة سيخية ثرية وكان والد سينكا تاجر خمر وعلى علاقة ودية بالإنجليز ،ولما تعرف على فتاة مسلمة تدعى طاهرة وهي ابنة أحد التجار المسلمين قرر اعتناق الدين الإسلامي للزواج منها فهدده أهله بالقتل ففر مع طاهرة من كشمير إلى مدينة لكفؤ ،وأسلم سينكا على يد سيد حامد حسين مؤلف كتاب عبقات الأنوار.وحفيد عم الخميني يسمى ودا ويعيش بالقرب من مدينة سريناجار عاصمة كشمير ،وهو مسؤول عن معابد السيخ هناك . وهذه المعلومات استقاها المؤلف من علماء الشـيعة في كشمير
“Kakek Khumaini datang dari India sebelum  120 tahun yang lalu. Dan dia tinggal di kota Khumain di Iran. Dan ayahnya adalah Musthafa bin Ahmad dan dikenal sebagai “Singh” lahir tahun 1842 di Kashmir dari keluarga penganut agama sikh. 

Dan ayah Singh adalah penjual Khamr dan memiliki hubungan hangat dengan Inggris. Dan setelah dia mengenal seorang wanita muslimah yang bernama Thahirah dan dia adalah anak dari pedagang muslimin, maka dia menetapkan untuk memeluk agama islam agar dapat menikah dengan wanita tersebut. 

Maka keluarganya mengancam untuk membunuhnya. Maka dia kabur bersama Thahirah dari Kashmir ke kota lokfo. Dan Singh masuk islam di tangan Sayyid Hamid Husain penulis Kitab ‘Aqabat Al-Anwar.  

Dan cucu dari pamannya Khumaini bernama Wud dan dia tinggal di dekat kota Srinagar ibu Kota Kashmir dan dia penanggung jawab tempat-tempat peribadatan Sikh disana. Dan inilah info-info yang dikumpulkan oleh penulis dari ulama-ulama syi’ah di Kashmir” (Al-Jumhuriyyah Ats-Tsaniyah hal. 352)

Itu adalah kesaksian ulama syi'ah sendiri.

Sehingga Khumaini bukan Ahlul Bait, Karena Ahlul Bait adalah keturunan nabi yang benar-benar berpegang teguh dengan agama islam dan bukan keturunan dari keluarga penganut agama sikh.

Bukti lain kalau dia asal India adalah foto di bawah ini:
Keterangan foto menggunakan bahasa persia. 

Intisari maknanya: “Gambar Khumaini di masa kecilnya sedang di gendong oleh ayahnya. Diambil dari kitab “Malik Kiyan”  karangan Dr. Humaid Khowajah Nushairi. Kitab mereka sendiri yang bersaksi dan gambarnya jelas.

Dan ternyata, Khumaini sendiri mengakui bahwa dia adalah seorang India. Dan ini banyak yang tidak diketahui oleh kaum muslimin.

Dia berkata sendiri di kitabnya Syarh Du’a Sihr bahwa dia adalah orang India. 

Dia menamai dirinya dengan “As-Sayyid Ruhullah bin Musthafa Al-Khumaini Al-Hindi”. Al-Hindi adalah berasal dari India. 

Lihat pengakuan dia sendiri disini: (gambar 2)

Lihat Pengakuannya Yang Diblock Warna Kuning

Begitulah khumaini yang bukan Ahlul Bait. Pada awal hidupnya dia menulis risalah dan kitab dengan namanya Hindi (asal India). 

Kemudian tiba-tiba berubah menjadi Musawi dan kemudian memakai kain penutup kepala warna hitam.

Akan tetapi saudaranya Khumaini enggan untuk merubah nasab keluarganya dari Singh menjadi Musawi. 

Dan dia juga enggan untuk memakai kain penutup kepala hitam. 

Akhirnya, Khumaini mengurungnya hingga membunuh saudaranya.

Maka orang pertama asal India dari kaum penganut agama Sikh yang menguasai Iran dan memperbudak orang syi’ah dan memut’ah wanita-wanita syi’ah sekehendak perutnya adalah Khumaini.

Maka bagaimana dia dipastikan sebagai Ahlul Bait, sedangkan nasabnya saja masih sangat diragukan.

Dan Khumaini, meletakkan simbol khas agama nenek moyangnya “Sikh” sebagai simbol negara Iran. 

Maka sangat mirip simbol bendera Iran dan simbol bendera kaum agama Sikh.

Yang sebelah kiri adalah simbol negara Iran. Sebelah kanan simbol agama Sikh
Maka, begitukah ahlul bait?? Memiliki kesamaan dengan agama sikh?? Kalla wa haasya. 

Bodohlah orang yang bodoh tertipu oleh Khumaini.

Bahkan.. Sekali lagi, nasabnya sangat diragukan bahkan ada versi lain yang menyatakan dia adalah keturunan Inggris walau India adalah tempat tinggalnya.Ayahnya bernama William Richard Williampshon. Dia lahir di kota Bristol dan ibunya seorang India Kashmir.

Berita ini diambil dari salah satu kabar media dari India yang telah dikabarkan pada tahun 80-an.

Dan selebihnya bisa dilihat disini : https://www.indymedia.org.uk/en/2004/05/290618.html

Maka, bagaimana Khumaini dapat dipastikan sebagai Ahlul Bait keuturnan nabi, sedangkan nasabnya saja tidak diakui oleh ulama syi’ah dan yang lainnya.

Maka dari itu, Abu Muntashir Al-Balusy mengatakan:

ان الخميني لا ينتسب الى سلسلة نسب معروفة
“Sesungguhnya Khumaini tidak bernasab kepada silsilah nasab yang dikenal”.

Read more »
Kesaksian Murid K.H. Ahmad Dahlan tentang Wahhabi Memberantas Kemusyrikan, Khurafat dan Bid’ah di Tanah Suci

Kesaksian Murid K.H. Ahmad Dahlan tentang Wahhabi Memberantas Kemusyrikan, Khurafat dan Bid’ah di Tanah Suci


Haji Muhammad Soedja’ dalam bukunya berjudul “Pemimpin Hadji” yang terbit pada tahun 1927 M, memberikan kesaksian panjang lebar tentang perubahan-perubahan keadaan Makkah setelah dikuasai oleh Pemerintahan Wahhabi, sebagai berikut (dengan penyesuaian ejaan dan perbaikan kalimat agar lebih mudah dipahami):

“PERUBAHAN DI NEGERI MEKKAH

Di Negeri Mekkah itu pada sebelum dipegang oleh Pemerintah Wahabi adalah satu negeri yang amat makmur sekali segala apa yang terjadi di negeri luar tanah suci itu, terjadi juga di Mekkah. Di Mekkah itu banyak gahwan-gahwan (kafe) yang disitu disediakan rupa-rupa minuman yang dingin dan boleh jadi yang ……….. tapi dengan sembunyi, dan rupa-rupa mainan domino, dam schak dan lain-lain, dan gambusan dengan tandakan, qasidah-qasidan dan lain-lain kesenangan bangsa suara mulut dan alat yang dipukul dengan tangan atau ditiup dengan mulut, demikianlah di sepanjang jalan raya dan di setiap kampung-kampung orang itu selalu bersenang-senang hati, tidak memperhatikan beribadah dalam Masjidil Haram bagi orang bangsa Arab, tetapi Masjidil Haram itu kebanyakan yang memenuhi hanya orang-orang gharib, terutama bangsa Jawa. Demikianlah keadaan sehari-hari di tanah Mekkah mulai sore sampai pada lewat tengah malam.

Maka setelah tanah Hijaz itu dipegang oleh Pemerintah Wahabi, segala rupa perbuatan yang tidak patut atas tanah suci Mekkah dan segala rupa perbuatan yang tidak patut atas Agama Islam itu dilarang dengan sekeras-kerasnya sehingga bersih seperti disapu olehnya. 

Qubbah-qubbah daripada kuburannya Siti Khadijah dan Abdul Muththalib dan lain-lain yang di Ma’la, dan qubbah-qubbah daripada Ma-atsir (petilasan) seperti qubbah maulud Nabi, qubbah maulud ‘Ali, qubbah Fathimah dan qubbah Jabal Nur, semuanya itu dihancurkan (dihapuskan) dan disapu sehingga tiada ada bekas-bekasnya, hanya qubbah Siti Khadijah masih ditinggalkan dinding dan kuburannya. 

Selain daripada qubbah-qubbah, adalah beberapa tempat yang menjadi timbulnya kemusyrikan atau sekurang-sekurangnya menimbulkan khurafat (takhayul/gugoh tuhon), seperti di dalam Masjidil Haram ada sebuah tiang (cagak) daripada Masjid itu yang dari batu marmer ungu, yang pada perasaannya bagi orang-orang haji bangsa Jawa, tiang itu ungunya lantaran pada zaman dulu Haji Saka/Aji Saka (orang budha yang pertama menempati tanah Jawa) bersembahyang i’tikaf disitu. Lalu diantara khurafatnya: barang siapa bermohon kepada Tuhan hendak berhasil maksudnya bermohonlah disitu, niscayalah Tuhan akan memberinya. 

Demikian juga di sebelah Ka’bah ada sebuah batu plester yang merah, lain daripada batu-batu marmer yang banyak, maka batu merah itu khurafatnya pada barangsiapa orang yang tidak fasih akan membaca kalimat atau huruf-huruf Arab, menjilatlah akan batu itu, lambat laun tentu orang-orang atau kanak-kanak itu niscaya akan menjadi fasih mulutnya akan membacakan huruf Arab tadi.

Di tembok daripada kuburnya Siti Khadijah ada sebuah jendela yang pakai gigi (ruji) disitu khurafatnya bagi anak-anak perempuan Mekkah yang dara, bila ada meminang padanya seorang lelaki, mengikatlah kanak dara itu akan gigi jendela dengan benang atau tali kain, agar supaya peminang lelaki tadi tidak sampai menjadi terlepas (urung). 

Banyaklah macam-macam perbuatan manusia yang menyesatkan orang daripada Agama Islam dengan perkataan berkat-berkat (mengambil berkat untuk menghasilkan hajatnya dalam perkara duniawi dan perkara ukhrawi).

Selain daripada itu, Pemerintah Wahabi menghapuskan rupa-rupa perbuatan khurafat dan musyrik seperti tersebut di atas, maka segala perbuatan bid’ah dalam Agama juga dihapuskan olehnya dengan sekeras-kerasnya. 

Seperti berjamaah lima waktu pada tiap-tiap waktu sampai berkali-kali oleh empat Imam dengan berganti-ganti menurut sebagaimana aturan yang telah diatur pada daulat-daulat Mekkah yang dahulu, pada zamannya pemerintah Turki dan pemerintah Raja Husein, maka berjamaah pada tiap-tiap waktu itu sampai empat kali. 

Pada waktu Subuh yang pertama imam dari Madzhab Syafi’i, kedua imam dari Madzhab Maliki, ketiga imam dari Madzhab Hambali dan keempat imam dari Madzhab Hanafi. Demikianlah berganti-ganti sampai empat kali pada tiap-tiap waktu.

Maka setelah dipegang oleh Pemerintah Wahabi, perubahan yang pertama berjamaah di Masjidil Haram itu diubah jalannya cuma 2 kali, yaitu pada waktu Subuh, pertama imam dari Madzhab Hambali, lalu imam dari Madzhab Hanafi. Waktu Dzuhur, pertama imam dari Madzhab Hambali, lalu imam dari Madzhab Maliki. Waktu ‘Ashar, pertama imam dari Madzhab Hambali, lalu imam dari Madzhab Syafi’i. Pada waktu Maghrib dan Isya’, imam dari Madzhab Hambali sendiri.

Dulu shalat tarawih, di dalam Masjidil Haram pada bulan puasa masing-masing Imam setelah bersembahyang fardhu, lalu mengimami tarawih sendiri-sendiri, bahkan tidak hanya imam-imam itu saja, tetapi banyak orang-orang itu yang mengimami sendiri-sendiri, sampai beratus imam tarawih di dalam Masjidil Haram. Keadaan yang demikian itu sampai menjadi riuh suaranya orang bertakbir dan membaca Qur’an masing-masing menurut kemauannya sendiri, sehingga bingung bagi bangsa kita orang haji bangsa Jawa tidak mengerti satu-persatunya siapa imam itu.

Dulu pada tiap-tiap bulan puasa, sekalian menara Masjidil Haram bila pada waktu malam dihiasi dengan beberapa lampu dalam tiap-tiap menara untuk membedakan dan meramaikan Masjid dengan bulan yang tidak puasa.

Maka setelah dipegang oleh Pemerintah Wahabi perhiasan lampu di menara itu dihapuskan sama sekali.

Dulu di atas menara pada tiap-tiap habis adzan kyai modin lalu membaca taslim dengan berlagu-lagi dan mengeraskan suaranya sampai merdu berbareng-bareng tujuh orang di atas menara itu, sampai kira-kira 15-20 menit lamanya. Hanya pada waktu Maghrib kyai modin tidak membaca taslim, tetapi pada setelah sembahyangnya imam dari madzhab Hanafi di atas makam Hanafi dibaca selawat oleh bilal yang ada di situ dengan suara yang amat merdu. Bahkan dikhususkan suaranya kanak-kanak muda yang tidak lebih 18 tahun umurnya. Dan pada waktu sahur kyai modin membaca tadzkir demikian pula sebelum fajar membaca tarhim sampai masuk pada waktu Subuh.

Sungguhpun suara-suara itu bukannya suara yang busuk, tetapi suara yang baik bagi pendengar, artinya: membaca selawat Nabi dan memuji-muji kepada Nabi dan sahabat-sahabat sekalian tabi’in dan mendoa atau dzikir kepada Tuhan yang Maha Mulia serta Maha Tinggi, sehingga suara yang merdu itu sangat menarik hati kepada si pendengar, karena suaranya baik pun lagunya menarik hati. 

Akan tetapi oleh karena yang demikian itu sesungguhnya bukan jalannya Nabi kita dan sekalian sahabat Khulafa’ur Rasyidin, maka yang demikian itu diberhentikan oleh Pemerintah Wahabi yang menguasai Mekkah pada sekarang ini.

Di Jabal Qubais, di Ma’la dan di lain-lain tempat sekelilingnya Mekkah pada tiap-tip malam, terutama malam Jum’at banyak sekali daripada bangsa penduduk Mekkah itu sama berkumpul-kumpul membaca wirid dzikir Naqsyabandiyah, Syatariyah dan Qadiriyah dan lain-lain dan dzikir Syekh Saman dengan bersyi’ir, dan bertandak atau membaca manaqib daripada Syekh Abdul Qadir Jailani dan lain-lain sebagainya. 

Oleh karena yang demikian itu bukan pula kelakuan Nabi dan sekalian sahabatnya, bahkan kelakuan itu kebanyakan oleh yang gemar sehingga menjadi tersesat kepada Allah, maka yang demikian itu juga dihapuskan dan dilarang oleh Pemerintah Wahabi. 

Tetapi penduduk Mekkah pada waktu sekarang ini diperintahkan supaya melazimkan sembahyang berjamaah pada tiap-tiap waktu, terutama di Masjidil Haram. Sehingga di ancam kepada penduduk Mekkah itu, barang siapa yang meninggalkan sembahyang berjamaah pada tiap-tiap waktu dengan sengajanya, maka dihukum 24 jam dalam penjara.

Dalam Masjidil Haram pada musimnya banyak orang Haji sewaktu-waktu diperkenankan bagi segala bangsa yang hendak mengajarkan Agama Islam dengan bahasanya sendiri, bahkan disediakan mimbar-mimbar yang teruntuk kepada kepada bangsa-bangsa yang akan mengajar itu sampai 4 buah mimbar, dan pada waktu malam tiap-tiap mimbar disediakan juga satu lampu pompan yang tergantung untuk menerangi tempat itu. Yang mengajar 1 orang Mesir, 2 orang Hindustan, 3 orang Jawa, dan 4 ulama dari bangsa Sudan.

Air zamzam, dulu air zamzam itu tersedia bagi sabil umum dengan kendi-kendi yang terletak di halaman Masjid kalau waktu sore-sore dan waktu malam. Tetapi sekarang siqayah (peminuman) di empat penjuru di dalam Masjid itu, dengan beberapa Zier dalam tiap-tiap penjuru itu dengan dinaungi dengan heimah (tenda) penahan panas supaya air minum itu selalu dingin diminumnya. 

Banyaklah perubahan yang kecil-kecil itu sehingga tidak dapat dimuatkan di sini.

Tetapi pangkal perubahan yang paling terbesar bagi tanah Hijaz, yaitu keamanan tentang pembunuhan orang Badui kepada orang Haji dan rampasan bekalnya orang Haji di seluruh penjalanannya di Hijaz itu dengan seketika dapat dilenyapkan oleh Pemerintah Wahabi. Itu sudah menjadi keuntungan dan kesejahteraan yang besar sekali bagi segenap kaum muslimin yang melakukan kewajiban dalam Agama Islam yang suci.

(selesai nukilan)

==========================================

Haji Muhammad Soedja’ (1885 – 1962) merupakan merupakan salah satu murid pertama K.H. Ahmad Dahlan bersama dengan saudaranya dan pemuda Kauman lainnya seperti H. Fachroddin, Ki Bagus Hadikusumo, H. Hisyam, H. Zaini, H. Mukhtar, H.A. Badawi, H. Hadjid dan lainnya. Beliau merupakan putra dari Raden Lurah Hasyim yang lahir di Kauman. Lurah Hasyim merupakan lurah keagamaan pada masa Sultan Hamengkubuwono VII. Soedja’ merupakan murid K.H. Ahmad Dahlan yang diamanahi untuk membesarkan bidang PKU (Penolong Kesengsaraan Umum). Karya tulis Beliau selain “Pemimpin Haji”, diantaranya adalah buku berjudul “Islam Berkemajuan” yang didalamnya banyak menceritakan kisah perjuangan guru Beliau, K.H. Ahmad Dahlan.

==========================================

Soedja’ adalah diantara murid K.H. Ahmad Dahlan yang meriwayatkan kepada kita bagaimana perhatian K.H. Ahmad Dahlan terhadap pemurnian aqidah tauhid, yakni pemurnian tauhid ibadah dari praktik-praktik penyimpangan aqidah yang menjurus kepada perbuatan syirik, yang saat itu marak terjadi di masyarakat tempat Kyai Dahlan tinggal.

Diantara kisah yang diceritakan oleh Soedja’ yang dimuat dalam buku “Islam Berkemajuan” adalah tentang kritik K.H. Ahmad Dahlan terhadap praktik ziarah kubur yang dilakukan masyarakat sekitarnya saat itu, sebagai berikut:

“Pada tahun 1906, K.H.A. Dahlan memproklamirkan UUD yang mengejutkan perasaan kaum muslimin pada umumnya; ialah ziarah kubur kufur, ziarah kubur musyrik, dan ziarah kubur haram.

Sungguh peluru yang dilepaskan itu tepat mengenai sasaran yang dimaksud sehingga kaum muslimin gempar, lebih-lebih para alim-ulamanya mereka dari jauh sama mengatakan Haji Ahmad Dahlan sekarang sudah jadi orang Muktazilah, sudah ingkar kepada sunah Rasulullah, sudah menjadi Wahabi, dan lain-lain sebagainya.

K.H.A. Dahlan mendengar sambutan orang banyak yang beraneka warna yang berupa tuduhan atau dakwaan atas pribadinya itu, Beliau terima dengan senyum tenang dan sabar, karena Beliau menginsyafi bahwa mereka memang sungguh-sungguh belum sadar daripada tidurnya yang nyenyak itu. Buktinya, Beliau telah membuka pintu kamar tamunya untuk menerima barang siapa saja di antara mereka yang hendak menentang atau membantah soal ziarah kubur yang dikufurkan, yang dimusyrikkan, dan yang diharamkan oleh Beliau. 

Tetapi, tidak ada seorang pun dari mereka yang datang di kamar tamunya K.H.A. Dahlan untuk menentang atau membantah soal yang diumumkan tersebut. Hanya beberapa orang yang datang untuk menyatakan ketegesan (maksud) kedudukan orang ziarah kubur menjadi kufur, orang ziarah kubur menjadi musyrik, dan orang ziarah kubur haram. Padahal, paham Islam pada umumnya ziarah kubur adalah sunah.

Setelah mereka diberi penjelasan dengan dalil keadaan kaum muslimin Indonesia pada umumnya dan kaum muslimin di Yogyakarta pada khususnya, serta kaum muslimin di Kauman lebih khusus lagi, terutama kepada yang minta penjelasan sendiri (kepada hatinya) bagaimana rasa yang terkandung dalam hatinya di waktu ziarah kuburnya para yang dipandang wali, keramat, saleh, dan bagaimana pula bila berziarah kuburnya keluarganya sendiri.

Dengan penjelasan-penjelasan ini si peminta penjelasan merasa puas dan menginsyafi bahwa soal ziarah kubur oleh kaum muslimin pada umumnya sangat dengan mesti mengandung salah-satu dari tiga anasir di atas, atau malah mungkin mengandung tiga-tiganya sama sekali.

Dengan datangnya beberapa orang yang minta ketegesan soal ziarah kubur itu, dapat dimengerti bahwa kaum santri pada umumnya, dan haji-haji pada khususnya, banyaklah sesungguhnya belum sama memiliki tauhid suci murni khalis dan mukhlis. Bahkan, masih banyak terlihat orang-orang itu masih gemar memakai jimat-jimat dan kemat-kemat untuk macam-macam maksud yang baik dan maksud yang tidak baik.

Maka itu K.H.A. Dahlan merasa perlu giat berusaha menanam bibit tauhid yang sesuci semurni-murninya kepada para pemuda-pemuda di masa itu supaya dapat mempertumbuhkan iman yang teguh dan bakuh serta kuat untuk mengamalkan amalan-amalan agama Islam baik yang mengenai masyarakat dan yang mengenai akhirat.”

(selesai nukilan)

==========================================

Perhatian K.H. Ahmad Dahlan terhadap pemurnian aqidah tauhid seperti disinggung di atas, diwariskan juga kepada murid-murid Beliau, termasuk Soedja’. 

Ini terlihat pada Soedja’, diantaranya ketika Soedja’ mengkritisi praktik ziarah makam Nabi di Madinah dalam bukunya “Pemimpin Hadji”, sebagai berikut:

“Tuan-Tuan dan Saudara tentu akan mengetahui benar-benar, betapa sifat dan kelakuannya orang-orang yang sama ziarah kepada kuburnya Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Di situ adalah beberapa sifat dan kelakuan daripada orang-orang muslimin yang sama berziarah itu, amat mengkhawatirkan sekali mereka itu akan i’tiqad ilahiyahnya. 

Bukan ratusan saja daripada mereka itu yang sama ziarah, tetapi ribuan daripada bangsa-bangsa muslimin yang sama memelekatkan dirinya kepada pagar makam Kanjeng Nabi, sambil mendoa dan menangis, mohon ampun daripada segala dosanya, atau mohon berkat dan syafaat daripada Kanjeng Nabi supaya dihilangkan daripada kesusahannya dan dihilangkan daripada kemalangannya, dan mohon dilapangkan tentang perihal penghidupannya, dan dijauhkan daripada kesukaran dan kealpaan dirinya kepada segala keperluan-keperluan yang dianggap olehnya sendiri. 

Dan mohon kepada Kanjeng Nabi Muhammad SAW hendaklah diberi berkat dan syafa’at akan beroleh ilmu yang manfa’at i’tiqad yang kuat dan iman yang teguh kepada Tuhan, dan kepada Agama Islam, yang membawa kebahagiaan dan kesejahteraan pada hari kemudia, kelak mendapat keridaan Tuhan, bermukim dalam surga yang indah serta mulia akan selama-lamanya.

Tuan-Tuan Saudara! Betapa orang sama berebut hendak menutup pagar makamnya Kanjeng Nabi atau hendak mengusap-usap pagar itu dengan kedua tangannya, lalu diusapkannya kepada seluruh tubuhnya masing-masing, yang seolah-olah mendapat berkat daripada segala yang diusapnya itu, sehingga tiang lampu yang ditaruh di luar halaman pagar itupun tiada ketinggalan orang sama mengusap-usapnya. 

Cobalah Tuan-Tuan Saudara memfikirkan sendiri. Jika seandainya pagar yang mengelilingi halaman makamnya Kanjeng Nabi itu dibukanya, dan orang dibiarkan mengecup dan mencium atau mengusap-usap akan kuburannya Kanjeng Nabi, sudah tentu tidak sedikit darah yang mengalir daripada mereka itu, karena berebut lebih dulu akan mengecup atau menciumnya. Sedang pagar atau tiang lampu pun tiada dapat disunyikan daripada ciuman dan kecupan atau usapan, sehingga penjaga-penjaga yang mencegah keadaan yang demikian itu sama sekali tiada diindahkannya.

Tuan-Tuan Saudara tentu dapat mengira betapa i’tiqad dan iman (kepercayaan) mereka itu kepada Allah Yang Maha Kuasa dan Maha Tinggi?

Selanjutnya seandainya Kanjeng Nabi Muhammad yang dikunjungi makamnya itu, bangun kembali hidup sebagai kita di dunia ini, betapakah Kanjeng Nabi akan menerima kedatangan mereka itu? Dengan gembirakah? Atau dengan berdukacitakah? Atau dengan nafsukan?

Tuan-Tuan Saudara tentu mengerti! Betapakah Kanjeng Nabi telah berulang-ulang mengajarkan Agama Islam kepada ummatnya tentang Ziarah Kubur dan meminta kepada orang yang mati atau kepada selain daripada Tuhan.”

(selesai nukilan)

Selanjutnya, Soedja’ mengutip beberapa ayat Al-Qur’an dan Hadits Nabi, kemudian mengatakan:

“Maka setelah mengetahui yang demikian itu, maka teranglah apa yang telah dilakukan oleh junjungan kita Kanjeng Nabi Muhammad SAW tentang amal ziarah kubur.

Sesungguhnya ziarah kubur itu sunnat, karena mengingatkan akan keadaan di alam akhirat dan memberik kebaikan kepada mayat, dengan mendoakan baginya dan memintakan rahmat dan ampunan baginya akan Tuhan, sebagaimana yang telah tersebut dalam Shahih Muslim.”

(selesai nukilan)

Selanjutnya Soedja’ mengutip hadits “laa tusyaddu ar-rihal”, dan mengakhiri penjelasannya dengan peringatan dan nasihat terkait ziarah ke Kota Madinah dengan mengatakan sebagai berikut:

“Maka daripada itu, berhati-hatilah hai Tuan-Tuan Saudara yang berziarah ke Madinah, akan menjaga Agama Tuhan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Ziarah itu disunnatkan pokoknya karena ingat dan mengambil ‘ibarat kepada yang terkubur itu (mayatnya) supaya membangunkan hati Tuan hendaklah rajin akan perbuatan kebajikan di dalam dunia, untuk berbekal Tuan kalau pulang ke lobang kubur sampa ke alam yang baka.

Berhubung dengan itu, baiklah Tuan-Tuan Saudara janganlah bersiap ke Madinah dengan niat dan maksud ziarah ke makam kuburnya Kanjeng Nabi Muhammad SAW dan lain-lain kuburan yang ada di kota Madinah. 

Tetapi niatlah Tuan-Tuan Saudara berziarah kepada Masjidnya Kanjeng Nabi, dan bersembahyanglah di situ menghormat kepada Masjid itu. Karena sembahyang di situ adalah pahala yang berlipat ganda daripada di lain Masjid tiga tersebut di atas (Masjidil Haram, Masjid Nabawi dan Masjidil Aqsha). 

Adapun niat dan maksud Tuan-Tuan Saudara akan berziarah ke makam kuburnya Kanjeng Nabi itu pangkal yang kedua setelah Tuan-Tuan Saudara ada di sana (kota Madinah). 

Maka dengan begitu mudah-mudahan Allah Subhanahu Wa Ta’ala Yang Maha Murah dan Belas Kasihan menerima akan segala kebajikan Tuan-Tuan Saudara, dan mengampuni segala dosa dan kesalahan Tuan-Tuan Saudara adanya. 

Amien.

(selesai nukilan)

Wahyu Indra Wijaya

Repost from Rendi Apriyano
Read more »
AQIDAH BUYA HAMKA RAHIMAHULLAH DALAM ASMA WA SIFAT

AQIDAH BUYA HAMKA RAHIMAHULLAH DALAM ASMA WA SIFAT


Dari kitab klasik ini setidaknya kita mengetahui aqidah Buya HAMKA rahimahullah dalam masalah asma wa sifat, di antaranya?

1. Beliau menetapkan sifat dzatiyah Allah seperti: tangan, mata.

2. Beliau menetapkan sifat fi'liyah Allah seperti: istiwa'

3. Beliau menyatakan bahwa keyakinan seperti itu adalah madzhab salaf sejak zaman para sahabat Rasulullah.

4. Beliau tidak men-tasybih (menyerupakan) sifat Allah dengan sifat Makhluk

5. Beliau tidak men-Takyif (membagaimanakan) sifat Allah.

6. Beliau juga menyatakan bahwa aqidah seperti ini adalah aqidah yang diyakini syaikhul Islam ibn Taimiyah, imam ibnu al-Qoyyim dan imam Muhammad ibn Abd al-Wahhab rahimahumullah.

Pada zaman itu, beliau adalah benteng Ummat Islam di negeri ini.

Tak heran jika ada yang menggelarinya "Wahhabi" 

rahimahullah semoga Allah merahmatinya dengan rahmatnya yang Luas.

Amiin.

Read more »
Pakar Ilmu DNA, DR. Abdullah al-shuaibi alyamani: Habib Bukan Keturunan Nabi Muhammad

Pakar Ilmu DNA, DR. Abdullah al-shuaibi alyamani: Habib Bukan Keturunan Nabi Muhammad


PAKAR ILMU DNA DARI YAMAN DR. ABDULLAH AL SHUAIBI MEMBONGKAR DNA PARA PENGAKU AHLU BAIT YANG BERASAL DARI YAMAN...

INI BUKAN WAHABI YAA.....!!!

Pakar DNA Yaman, DR. Abdullah Al-Shuaibi Sebut Habib Bukan Keturunan Nabi Muhammad ﷺ

Admin by Admin 15 Maret 2024 3 min read

Pakar ilmu DNA dari Yaman, DR. Abdullah Al-Shuaibi, mengungkapkan fakta bahwa beberapa keluarga di Yaman, yang menyebut dirinya Banu Hasyim bahkan mengaku keturunan Nabi Muhammad ﷺ, sebenarnya keluarga tersebut sama sekali bukan Keluarga Bani Hasyim, bahkan leluhur mereka bukan orang Arab, baik Qohton maupun Adnan.

Seperti dikutip Yaman Press, sebagian orang menganggap pendapat ini adalah sebuah tuduhan yang bertentangan dengan ilmu nasab yang belum punah dan masih dijadikan pegangan di dunia Arab. sebagian lagi mendukung Al-Shu’aibi dan menyatakan bahwa ilmu itu tidak mempunyai agama, dan bahwa DNA merupakan dalil yang sangat kuat dalam kriminologi. Dari situ untuk nasab pun akan sangat kuat.

Menurut Al-Shuaibi, dinasti Arab termasuk dalam haplogroup J, tepatnya J1, atau lebih jelasnya J-M267, artinya siapa pun yang hasil tes DNA-nya ada di haplogroup J berarti dia berasal dari dinasti Arab, namun hasilnya harus di grup J yang sama dan di bawah mutasi M267 atau mutasi apa pun, mutasi ini turun di bawah, misalnya orang yang hasilnya J-P58 atau J-z1884, hasil ini adalah orang dinasti arab karena semuanya jatuh di bawah mutasi M267.

Al-Shuaibi menambahkan, setelah para pakar memberikan pernyataan ilmiyah, banyak dari mereka yang menarik diri dari proyek penelitian. itu terkait setelah para peneliti mencapai pembagian kelompok manusia yang lebih akurat, dan dinasti Bani Hasyim ditentukan lebih tepat.

Mereka yang mengaku sebagai Bani Hasyim kemungkinan telah menarik hasil tes mereka, setelah menjadi jelas bahwa garis keturunan mereka salah dan palsu, dan bahwa mereka sama sekali tidak bisa menjadi Bani Hasyim dan, dalam banyak kasus, mereka sama sekali bukan berasal dari Arab.

Al-Shuaibi membenarkan, bahwa dia dapat memperoleh beberapa hasil dari mereka yang mengaku dari Bani Hasyim Yaman, yang sepenuhnya berada di luar garis keturunan dan asal usul Arab.

Al-Shuaibi melaporkan, bahwa keluarga-keluarga ini telah memalsukan garis keturunan mereka ke garis keturunan Bani Hasyim untuk memeras warga negara, mendapatkan hak istimewa, dan mengklaim hak ilahi untuk memerintah.
Di bawah ini adalah beberapa di antara hasil tes DNA dari yang mengaku Bani Hasyim Yaman :

1- Sampel dari seseorang dari keluarga Al-Junaid menghasilkan E-L117. Kode ini sama sekali bukan berasal dari Arab dan tidak termasuk dalam garis keturunan J. 
Asal usul Kode ini tidak berasal dari Jazirah Arab, melainkan dari Afrika Timur. 
Ditemukan di Mesir dan cekungan Mediterania, termasuk Eropa selatan, selain itu 30% Yahudi Timur (Sephardic) termasuk dalam garis keturunan ini.

2- Contoh seseorang dari rumah Al-Saqqaf (habib Ba’alwi) G-M201. 
Trah ini juga sama sekali bukan berasal dari Arab dan tidak termasuk dalam dinasti J. 
Asal usul dinasti ini tidak berasal dari Jazirah Arab. Dinasti ini berasal dari apa yang sekarang dikenal sebagai Iran ( persia), dan sebagian besar masih ada di Iran (persia) meskipun munculnya dinasti ini di Israel dan beberapa wilayah di Jazirah Arab, dan mungkin merupakan akibat dari migrasi orang-orang Yahudi ke Jazirah Arab sebelum Islam dan masuknya sebagian dari mereka ke Islam dan pemukiman mereka di sana.

3- Contoh seseorang dari Keluarga Sharaf al-Din (Sharaf al-Din, keturunan al-Hadi al-Rasi Saada) dari silsilah E-Y17750, yang juga bukan bagian dari silsilah Arab, meskipun demikian klaim anggota keluarga ini bahwa mereka adalah Bani Hasyim, yang berarti klaim mereka salah. 
Garis keturunan ini berasal dari Afrika Timur dan ditemukan di Mesir dan cekungan Mediterania. Mediterania, termasuk Eropa Selatan, selain fakta bahwa 30% Yahudi Timur (Sephardic) juga termasuk dalam garis keturunan ini.

Patut dicatat bahwa hasil pemeriksaan DNA bersifat konklusif dan tidak diragukan lagi, dan menunjukkan asal usul garis keturunan, dan faktor ayah adalah penentunya, dan ibu tidak ada hubungannya dengan itu, itulah yang membuatnya sangat akurat, dan keakuratannya dapat diandalkan hingga 100%, dan ini membuktikan bahwa sebagian besar keluarga Bani Hasyim Yaman memalsukan silsilah mereka dengan tujuan untuk mendapatkan keistimewaan dan keuntungan mengklaim silsilah mereka ke Bani Hashem.

Artikel ini disadur dan diringkas dari artikel yang diterbitkan oleh yemenisport.com dengan judul : 

“khabir yamaniy yakshifu haqiqata hasyimiy al yaman wa intisabuhum ila ali al bait marji’an ba’duhum ila al sulalat al yahudiyyah”.

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=8343714762310413&id=100000159164437&mibextid=Nif5oz

Repost dari  Chaeruddin irsyad
Read more »
Kecil Besarnya tarif ngisi kajian berpotensi merusak hati yang rapuh, jangan salah niat

Kecil Besarnya tarif ngisi kajian berpotensi merusak hati yang rapuh, jangan salah niat

Dulu saya pernah menjadi 2 panitia di sebuh masjid, yang jarak kedua masjid tersebut antara 5 sampai 8 kilo.

Area masih terjangkau, tidak perlu beli tiket naik pesawat, bukan beda pulau atau provinsi.

Dan tarif keduanya berbeda-beda.
Keduanya mengeluarkan tarif di angka 300 ribu dan 750 ribu untuk setiap ceramah/kajian.

Dan kondisi kedua masjid dengan tarif yang berbeda itu sesuai kondisi, 300 ribu masjidnya menggunakan kipas biasa, 750 ribu masjidnya menggunakan AC dobel power di setiap sudut.

Singkat cerita kedua masjid itu saya yang membuat agenda susunan jadwal kajian dengan seorang pemateri yang sama.

Masjid dengan tarif 300 ribu jadwalnya pada waktu shubuh sampai syuruq, masjid dengan tarif 750 ribu jadwalnya pada jam 7 pagi, di hari yg sama.

Undangan panggilan pertama tidak ada masalah.

Undangan panggilan kedua dan seterusnya mulailah timbul troble dan banyak drama semacam sinetron di indosiar.

Sang pemateri tidak bisa dan minta izin untuk tidak bisa mengisi karena berbagai alasan yang berbeda-beda ketika di minta, antara tidak enak badan/sakit, sibuk dan berbagai alasan lainnya.

Yg pada intinya atau simpelnya gak mau.

Singkat cerita ketika sang pemateri meminta izin kepada saya untuk tidak bisa memberikan kajian di masjid pertama dengan alasan sakit, singkat cerita ketika saya keluar untuk mengecek masjid kedua, saya bertemu dan berpapasan langsung sekitar jam 6.30 di lokasi masjid, pemateri sedang sarapan di kawasan kuliner sekitar masjid dengan santai.

Memang di sekitaran lokasi masjid kedua itu banyak wisata kuliner dan berbagai macam jualan.

Saya berfikir keras bagaimana bisa shubuh kondisi tidak enak badan dan jam 6.30 langsung sembuh dan segar bugar.

Dengan kondisi tidak enak badan begitu bisanya dibela mati-matian dan diperjuangkan untuk bisa mengisi ceramah karena tarifnya 750 ribu, karena tarifnya lebih besar dari masjid yg pertama.

Kenapa untuk masjid yg pertama gak bisa, dan banyak kali alasannya ini itu.

Mungkin kalau masjid yg pertama lebih besar juga, pastinya akan diterima dan tidak ditolak.

Padahal kalau isi kepalanya terpakai, kalau diambil keduanya bisa dapat 1 juta lebih, dari shubuh sampai jam 8 pagi.

Tapi yah itulah manusia.

Dan ini sebagian dipakai oleh kalangan kita dan juga sebagian saya temui.

Semoga kita terlindungi dari hal sedemikian.

Mau kita berilmu tinggi, mau sudah senior, mau sudah bergelar (S.Ag, S.Pd, Lc, MA, Dr, Prof) dll.

Hati² dengan hal itu, kita bukanlah orang yg gak paham agama, atau orang yang baru belajar agama atau yang baru masuk islam.

Kita tahu hal sedemikian tidak baik.

Malu pada diri sendiri, kita menyampaikan dakwah, tapi tidak sesuai dengan diri sendiri atas apa yg kita sampaikan dan dakwahkan.

Saya yakin kalau kita sama² jujur dari hati yg bersih pasti hal sedemikian itu adalah suatu hal contoh yg tidak baik.

Read more »
Viral, Pemerasan dan Akhlak Buruk Petugas di Masjid Al Jabbar Bandung

Viral, Pemerasan dan Akhlak Buruk Petugas di Masjid Al Jabbar Bandung


AKHLAK BURUK PARA PEKERJA DI MESJID RAYA AL JABAR BANDUNG 

Setelah magrib berangkat dari jatinangor rencana langsung mau ke ciparay. Berangkat 2 mobil namun di tengah jalan memutuskan untuk singgah sholat Isya ke Mesjid megah Al Jabar di kota bandung. 

Sampai di pintu masuk di kasih karcis parkir. Dari jauh sudah begitu kagum dengan keindahan Mesjid yang penuh dengan cahaya indah. Wajar sih Parkiran susah di cari karna ada ratusan mobil yang parkir. Udah bayangin ada ribuan orang yang akan sholat berjamaah di dalam. 

Setelah keliling akhirnya nemu tempat parkir dan ada petugas parkir pakai rompi di dalam. Keluar mobil langsung di minta uang "seikhlasnya" karna udah bantu kasih aba aba parkir. Kasih 2 ribu nggak mau.
Lah katanya ikhlas. 

Kasih 5 ribu masih melengos akhirnya petugas bilang 10 ribu. 
Saya kasih aja. Karna udah adzan isya dan mau buru2 biar bisa jamaah bergegas deh ke Mesjid. 
Sampai di pelataran jinjing sepatu ke tempat penitipan. 

Ternyata petugas nggak mau terima suruh masukin ke plastik. Balik lagi beli plastik yang di jual sebelum pelataran seharga 5 ribu. Akhirnya bisa titip sepatu dan di kasih nomor. 

0Sebelum ambil wudhu kami mau ke toilet dulu. Baru masuk toilet udah di gedor2 petugas sambil ngomong pakai TOA keras banget "di toilet jangan lama-lama" . 

Belum juga mulai kesal akhirnya keluar aja dan langsung ke tempat wudhu. 

Tempat wudhu besar dan sepi. Langsung naik ke atas ternyata yang jamaah hanya beberapa saf aja. Bahkan hingga jamaah selesai.

Lanjut ke tempat titip sepatu. Ternyata sepatu saya nggak di temukan. Sekitar 30 menit menunggu akhirnya saya tanya ke petugasnya. Padahal tanya baik2 petugas nya nyolot bilang kalau sepatu saya mungkin bukan di sini tapi di tempat sepatu wanita. Bahkan petugas lain dengan kata kata nggak enak Saya di suruh cari di tempat lain.

Emangnya saya pikun lupa letak sepatu di mana. Saya tegaskan kalau saya titip di sini dan ini nomornya. Akhir petugas lain bantuin. Ternyata sepatunya ada di bawah kaki dia. 

Balik ke parkiran mobil ternyata petugas parkir udah beda lagi orangnya namun masih pakai rompi yang sama. Dan minta lagi 10 ribu "seikhlasnya"

Karna malas debat saya kasih 10 ribu. Saya di pintu keluar bayar parkir lagi 5 ribu. Waktu saya saya bilang udah bayar 2 kali 10 ribu di dalam petugasnya hanya senyum senyum aja.

Karna di luar macet ada satu petugas pakai rompi yang bantu keluar. Sambil ngulurkan tangannya minta seikhlasnya lagi. 

Karna udah kesal saya nggak kasih.

Saya mengagumi keindahan Mesjidnya tapi sayang ternoda oleh petugasnya.

Pantang lihat plat mobil beda..mesjid harusnya menjadi tempat yang aman bagi siapapun dan bukan tempat untuk melakukan pemerasan secara halus, sungguh buruk pelayanannya dan memalukan ! 

Sumber : 
https://twitter.com/petanirumah/status/1778957479168340236?t=CTA_nqKPiTXXcoynKBk-Ow&s=19

Repost from azizahnisa
Read more »
Beranda