Apabila insan ditimpa derita, dikepung oleh sengsara, dihambat duka, dia akan berusaha mencari tempat bergantung., mencari dahan berpaut, mencari teduhan untuk berlindung. Jiwa dan fikirannya melayang dan meraba; kepada siapakah aku hendak mengadu? Siapakah yang bisa menolongku? Siapakah yang mampu untuk mengeluarkanku dari kemudaratan ini?
Bagi jiwa insan yang renggang dari Tuhan, jiwa yang hambar dari kemanisan iman dan hubungan ruhi dengan ilahi, dia akan terus terbayang penolong itu temannya, ada kelebihan atau orang besar, atau orang berharta, atau orang berkebolehan yang dia rasa dapat membantunya. Jika dia sakit, pertama yang terbayang dalam fikirannya wajah para dokter. Jika dia kesesakan harta, terbayang sumber-sumber yang boleh dia dapatkan uang. Jika ditindas, terbayang wajah mereka yang berkuasa yang dirasa dapat membantunya. Demikian seterusnya.
Jiwa, jantung hatinya sentiasa tersangkut dalam alam makhluk. Bergantung dengan yang lemah, karena dia sangka itu teguh. Berpaut pada yang rapuh yang dia sangka kukuh. Lalu Allah pun membiarkannya bersama dunianya yang goyah dan harapan sentiasa terdedah kepada kehancuran. Dia terlupa bahwa betapa banyak orang sakit yang gagal diobati.
Bagi jiwa insan yang renggang dari Tuhan, jiwa yang hambar dari kemanisan iman dan hubungan ruhi dengan ilahi, dia akan terus terbayang penolong itu temannya, ada kelebihan atau orang besar, atau orang berharta, atau orang berkebolehan yang dia rasa dapat membantunya. Jika dia sakit, pertama yang terbayang dalam fikirannya wajah para dokter. Jika dia kesesakan harta, terbayang sumber-sumber yang boleh dia dapatkan uang. Jika ditindas, terbayang wajah mereka yang berkuasa yang dirasa dapat membantunya. Demikian seterusnya.
Jiwa, jantung hatinya sentiasa tersangkut dalam alam makhluk. Bergantung dengan yang lemah, karena dia sangka itu teguh. Berpaut pada yang rapuh yang dia sangka kukuh. Lalu Allah pun membiarkannya bersama dunianya yang goyah dan harapan sentiasa terdedah kepada kehancuran. Dia terlupa bahwa betapa banyak orang sakit yang gagal diobati.
Dia terlupa bahwa betapa banyak yang dikhianati oleh orang yang dipercayai. Dia alpa betapa banyak penguasa gagal menyelamatkan diri sendiri. Bahkan dia lupa betapa orang berharta, berkuasa dan ternama, Allah kepung hidup mereka dengan berbagai sengsara. Pergantungan yang sangat lemah. (Oleh : Dr. Maza dengan perubahan seperlunya)
Seperti itulah gambaran orang yang bergantung kepada makhluk, oleh karena itu hendaklah orang pertama yang menjadi tempat kita mengadu Dzat Yang Maha Perkasa, kepada-Nyalah segala sesuatu berakhir, hidup dan mati kita berada ditanga-Nya.
Lihatlah Musa Alaihissalam saat ia melarikan diri dari Firau'n ia berkata "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku sangat memerlukan kebaikan (makanan) yang Engkau turunkan kepadaku (QS. Alqasas :24).
Seperti itulah gambaran orang yang bergantung kepada makhluk, oleh karena itu hendaklah orang pertama yang menjadi tempat kita mengadu Dzat Yang Maha Perkasa, kepada-Nyalah segala sesuatu berakhir, hidup dan mati kita berada ditanga-Nya.
Lihatlah Musa Alaihissalam saat ia melarikan diri dari Firau'n ia berkata "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku sangat memerlukan kebaikan (makanan) yang Engkau turunkan kepadaku (QS. Alqasas :24).
Saat itu ia dalam keadaan lelah dan lapar, siapa yang teringat olehnya? Apakah minta bantuan pada orang kampung? kepada dua wanita pengembala yang telah ditolongnya? Tidak, ia hanya ingat Rabbul a'lamin.
Ya'qub Alaihissalam yang bersedih sangat dalam bahkan matanya menjadi buta karna terlalu banyak menangis berkata "hanya kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku" (QS. Yusuf : 86) dan hasilnya Allah taala mengembalikan Yusuf kepadanya dalam keadaan yang jauh lebih baik.
Bagaimanapun besarnya ujian menimpa, derasnya cobaan melanda dan dalamnya luka yang dirasa hendaklah kita menjadikan Allah taala Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang tempat bersandar, barulah setelah itu kita tembuh jalan penyelesaian yang disertai sabar dan tawakkal.
Ya'qub Alaihissalam yang bersedih sangat dalam bahkan matanya menjadi buta karna terlalu banyak menangis berkata "hanya kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku" (QS. Yusuf : 86) dan hasilnya Allah taala mengembalikan Yusuf kepadanya dalam keadaan yang jauh lebih baik.
Bagaimanapun besarnya ujian menimpa, derasnya cobaan melanda dan dalamnya luka yang dirasa hendaklah kita menjadikan Allah taala Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang tempat bersandar, barulah setelah itu kita tembuh jalan penyelesaian yang disertai sabar dan tawakkal.
(Rail / Alam takambang jadi guru : ...)
Tidak ada komentar: